17. Sixteenth

522 67 2
                                    

Jihoon terbangun dari tidurnya, ia merasakan pening di kepalanya. Samar ia melihat laki-laki yang tengah duduk di sofa milik Guanlin. Saat pandangannya sudah jelas, ia dapat melihat bahwa itu adalah Samuel. Pergerakannya yang ingin duduk bersandar di dashboard membuat Samuel menoleh dan langsung berjalan cepat kearah Jihoon.

"Kakak udah bangun? Gue ngerusuh ya Kak? Sorry"

Jihoon menggeleng pelan, lalu ia menyapukan penglihatannya pada ruangan ini. Masih sama, kamar Guanlin fikirnya.

"Guanlin lagi keluar cari makan sama ke tempat kerja Kakak, tadi pagi sekali dia nelpon gue buat jagain elu Kak"

Jihoon mengangguk, tangannya terulur untuk mengambil gelas berisi air putih disampingnya. Namun dengan cepat Samuel mengambilkannya dan memberikan pada Jihoon.

"Jujur aja sih Kak, Guanlin gak pernah sepeduli ini. Keju banget emang, tapi emang kenyataannya gitu. Dulu pas Seonho sakit sampe satu minggu dirumah sakit aja dia gak ngejengukin malah dia sibuk sama ekskulnya. Dia tuh kaya gak mau lo kenapa-napa, bahkan paa gue dateng tadi mukanya kusut banget, jelas dari semalem dia gak tidur. Bahkan untuk ninggalin lo sendiri tadi aja dia sebenarnya gak mau. Tapi gue paksa"

Samuel menjeda kalimatnya, tangannya terulur mengambil gelas kosong yang berada ditangan Jihoon.

"Gue bilang kaya gini bukan karena Guanlin sahabat gue, tapi kenyataannya emang gitu Kak. Lagian lo gak tau kan alasan Guanlin balikan sama Seonho? Ya itu karena Seonho orangnya agak manja, perhatian Guanlin kedia itu cuma sekedar Adik dan Kakak, gak lebih. Tapi Seonho anggepnya lebih, terlebih karena mereka sudah kenal dari jaman pake popok jadi Seonho takut kalau Guanlin bakal ninggalin dia. Tapi emang Guanlin nya bodoh, ia malah lebih mentingin Seonho dari pada Kakak. Ah sebentar"

Samuel lagi-lagi memutuskan kalimatnya, saat ponselnya memunculkan sebuah notif. Dan bisa Jihoon lihat bahwa itu Daehwi. Ia mengetikkan beberapa kata, lalu me lock ponselnya dan menyimpannya lagi disaku jaketnya.

"Oh dari mana tadi ya Kak?" Jihoon menghela nafas pelan. Sungguh kalau ia tak pusing ia ingin sekali memukul wajah bule satu ini.

"Bercanda kok, jadi Guanlin pacaran sama Seonho itu bukan karena cinta tapi terpaksa. Emang Guanlin itu kaya Kakak, pinter banget nyembuyiin semuanya, terlebih lagi kalian itu sama-sama suka gak peka. Berusaha sok bahagia, ah bucin banget emang. Gue juga berani bertaruh pasti Guanlin gak pernah ngomong ini kan ke Kakak?"

Jihoon menggeleng, membiarkan Samuel mengoceh lebih lama lagi. Jika sudah ia akan berganti mengoceh pada Samuel ini.

"Karena ya dia bodoh, dia pikir dengan ini semua bisa selesai. Pas dia balikan sama Seonho dulu juga dia uring-uringan, apalagi secara gak langsung Kakak jauhin dia. Padahal gue tau kalian saling suka. Emang ya orang yang gak peka itu susah buat diajak kompromi. Tapi gue kalau di posisi Kakak juga bakal kaya gitu kok-"

"Sok tuli dan buta saat orang yang lo sayang jalan sama yang lain?" potong Jihoon.

"Lo sadar gak kalai Daehwi tuh sebenarnya sayang ke elo itu udah lama, bahkan sejak lo pacaran sama Somi. Apalagi Somi itu saudaranya. Lo sama kaya gue, sama-sama sok kuat. Dan ya lo benar, saat itu gue emang suka sama Guanlin tapi gue gak ada keberanian ngomong jujur kedia..."

"Dia sempet ngedown, dia gak mau cerita kesiapapun. Dan gue juga gak mau maksa dia buat cerita akhirnya dia cerita sendiri ke gue. Dia sama Baejin, hanya karena ingin ngalihin semuanya. Ngalihin kesakitannya, tapi namanya orang lama-lama juga nyaman kan? Akhirnya dia kena karmanya dalam artian, dia jadi suka beneran ke Baejin"

Samuel terdiam, jadi selama ini Daehwi memendamnya? Cinta sepihak yang ia pikir selama ini ternyata terbalas.

"Dan gue nyakin kali ini, Daehwi saat ini detik ini juga, dia itu masih sayang ke elo" ujar Jihoon final.

That Is RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang