6. Insiden di lapangan basket

89 12 0
                                    

Kedekatan aku dan Fakih tidak bisa di artikan dengan mudah. Orang-orang selalu mengira bahwa aku memiliki hubungan khusus dengan Fakih. wajar saja, karena kita selalu bersama ketika di sekolah. kecuali ketika Fakih pergi ke toilet, atau Fakih di kenakan hukuman karena terlambat atau tidak mengerjakan tugas.

Aku mencintai Fakih, kalian juga pasti sudah mengetahui itu semua. tapi Fakih? Ah, entahlah.
Kata Ifa, temanku. Fakih juga sebenarnya memiliki perasaan yang sama. tapi ia enggan mengungkapkan. Itu masih anggapan Ifa. Teman aku.

Aku juga sebenarnya bertanya-tanya mengapa Fakih tidak pernah mengungkapkan yang sebenarnya. Ah, apa yang harus di ungkapkan jika Fakih saja tak menyimpan perasaan apapun untuk aku.

Aku berjalan sendirian menuju loker, mengambil baju olahraga yang sengaja aku simpan disana. Tentu saja aku sendirian, karena Fakih sedang pergi ke kantin. Aku tidak memiliki banyak teman disini. Yah, karena aku memang tipikal cewek yang cuek. lagipula, katanya mereka iri karena aku bisa berteman dekat dengan Fakih. bisa dibilang mereka cemburu. Yah, aku beruntung menjadi alasan mereka untuk cemburu pada Fakih, padahal kenyataannya aku dan Fakih hanya berteman. Teman terbaik aku selain Fakih hanyalah Ifa, Nama lengkapnya Refa shahifah.

Aku menutup kembali loker milikku, memastikan bahwa semua sudah terkunci. barulah aku berjalan menuju toilet untuk berganti pakaian.
Semua murid kelas 12 IPA 2 sudah berada di lapangan dan membentuk lingkaran. begitu juga Fakih, ia melambaikan tangannya menyuruh aku untuk menghampirinya.

"Lama banget sih," Dia berbicara, setelah aku berada di sampingnya. mengenggam tangan miliknya. membentuk sebuah lingkaran bersama teman sekelas aku lainnya.

"Urusannya di lo apa?" Aku bertanya heran pada Fakih. ia menggeleng, mengalihkan pandangannya dari aku.

Setelah mendapat instruksi dari pak Reza guru olahraga. Aku segera mengambil bola basket, dan memainkannya. Sial, sejujurnya aku paling tidak bisa jika harus praktek bermain basket. tapi, mau tak mau aku segera memainkan bola tersebut.

Peluit panjang berbunyi, menandakan permainan akan segera di mulai. dengan gerakan kaku, aku melemparkan bola yang entah mengarah kemana.

"Zila, lempar yang bener bolanya!" Ifa berteriak dari depan. aku semakin bersalah karena tidak memberi umpan yang benar.

Bola tersebut kembali mengarah padaku, lawan yang ada di depan aku seakan paham kelemahan aku yang tidak bisa bermain bola, ia terus-menerus memberikan bola padaku. dengan ragu, aku segera menangkap bola tersebut dan memberikan kembali pada Ifa. kali ini, sasaran aku tepat pada Ifa.

Berkali-kali aku mengusap keringat yang membasahi pipi ku, aku semakin kelelahan. "Ayo Zila cantik semangat, lo pasti bisa." terdengar teriakan laki-laki dari arah penonton. suara tersebut tak asing lagi telingaku.

Aku mencoba mencari sumber suara tersebut, ternyata benar. Fakih sudah berada di bibir lapangan dengan memegang dua botol minuman dingin. Aku tersenyum ke arahnya.

Sedetik kemudian, "Zila, Awas." Terdengar teriakan Ifa sangat keras. Aku menoleh, mengalihkan pandangan dari Fakih. tiba-tiba saja aku melihat bola melayang dan kemudian menghantam kepalaku.

Semuanya gelap, Aku tidak sadarkan diri.

🍃

-Keberadaan seseorang yang kita cintai kadang kala selalu menyita perhatian sekitar-

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang