Aku duduk di bangku paling belakang dengan wajah yang di Tekuk. duduk bersama Fakih disini membuat aku semakin canggung. banyak sekali sorotan mata yang menatap Aku dan Fakih dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Lo disini aja, biar gue yang pesen makanan." Fakih sudah berdiri hendak berjalan menuju pedagang bakso yang ada di kantin.
Aku ikut berdiri, "Gue aja, gue nggak mau lo salah pesen."
Fakih tersenyum dengan senyuman mengejek, entah apa maksudnya aku tidak tahu. "Bakso, jangan pake toge dan mie kuning." Dia berbicara dengan cepat, seolah sudah menghafalkan kalimat yang akan di ucapkan.
"Minumnya Es teh manis, Es-nya yang banyak dan airnya sedikit." Dia berbicara lagi, kemudian pergi meninggalkanku sendirian yang melongo karena heran.
Aku tertegun sebentar, sekaligus senang karena Fakih sudah hafal dengan menu makanan yang selalu aku pesan di kantin ini.
Selang beberapa menit, Fakih datang dengan membawa dua gelas Es teh manis yang tentu berbeda. Dan di belakang Fakih sudah ada Mang Diman membawakan dua mangkuk Bakso.
"Makasih Mang," Aku tersenyum kearah Mang Diman setelah menyimpan Bakso tersebut di meja.
Fakih sudah terlihat bersemangat untuk segera menyantap Baksonya. "Cepet makan!" Ia sudah melahap Baksonya.
Aku yang baru saja memotong Bakso tersebut menjadi beberapa bagian kemudian mengangguk. "Makan itu pelan-pelan." Aku mengalihkan pandangan pada Fakih yang sedang menyantap Bakso dengan cepat.
"Gue laper," ia tetap saja makan dengan cepat.
"Nggak usah cepat-cepet juga kali." Aku memperingati Fakih lagi, takut ia akan tersedak.
"Suka-suka gue dong, daripada lo makannya lelet kayak siput." Fakih meminum Es teh manisnya dengan cepat, sampai-sampai ia tidak memakai sedotan.
"Suka-suka gue juga dong," Aku mulai sewot, dan kembali memasukkan potongan bakso kedalam mulut.
"Oke," ia kembali menghabiskan Es teh manisnya. setelah habis ia berdiri hendak meninggalkan aku. "Bayarin yah, gue lupa bawa duit." Dia berbicara tanpa dengan wajah tanpa dosa dan berlari meninggalkanku begitu saja.
Ini bukan kali pertama Fakih seperti ini, pantas saja ia baik memesankan bakso untukku. ternyata kebaikan Fakih ada maunya.
Mengenai hubungan aku dan Fakih? Aku dengannya dekat, dekat sekedar sahabat. entahlah, akupun tidak begitu memperdulikan status dengan dia. tapi, keinginan untuk memiliki kadang selalu terlintas dalam benakku. Oke, lupakan saja itu tidak penting. karena aku rasa, disini hanya aku yang berharap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fakih
Short StoryBukan cerita Bad boy, bukan cerita tentang si tokoh utama memiliki sifat dingin luar biasa dan akhirnya mencair setelah diceritakan beberapa part. Ini cerita tentang seorang pria bernama Fakih Aksara yang memiliki sikap setengah gila karena perlaku...