16. Fakih gila

75 5 0
                                    

Pelajaran kali ini benar-benar sangat membosankan. tidak ada yang ingin aku dengar sama sekali, karena percuma saja semuanya terasa sulit untuk dipahami.

Aku melirik kesebelah dan melihat Fakih sudah tertidur dengan posisi tangan terlipat diatas meja dan buku paket yang sengaja ia biarkan terbuka untuk menyembunyikan wajahnya yang sedang tertidur. Fakih memang paling jago dalam urusan berbohong, guru didepan pasti menganggap Fakih sedang membaca buku. tapi nyatanya, tidak.

Aku menguap berkali-kali, mataku sudah sulit untuk dikompromi. aku menoleh sebentar  kearah Fakih, memandang wajah tenang Fakih yang sedang terlelap. setiap garis yang ada diwajah Fakih selalu saja membuatku semakin merindu.

Aku sadar tindakanku bodoh, segera aku mengalihkan pandanganku dari wajah Fakih. mencoba fokus pada pelajaran yang sedang dibahas oleh Bu Raya tapi sayangnya mataku sudah tidak bisa lagi dikompromikan.

Aku mengikuti Fakih, kedua tanganku sudah terlipat diatas meja. buku paket sudah berdiri untuk menghalangi wajahku dan aku ikut menenggelamkan wajahku dibalik buku paket tersebut.

Posisi aku semakin dekat dengan Fakih. membuat aku semakin leluasa menatap wajah Fakih yang tenang. aku kembali melanjutkan kegiatan favoritku. memandangi wajah tenang Fakih.

"Lo ganteng, tapi nyebelin." Aku berkata pada diriku sendiri dengan suara pelan karena tidak ingin didengar oleh siapapun.

Rasanya menyakitkan, ketika orang yang kita cintai berada sangat dekat dalam jangkauan kita tapi tidak bisa kita miliki.

Aku masih memandangi wajah Fakih, tiba-tiba saja seulas senyum tercetak dibibir tipis milik Fakih membuat aku terkejut.

"Lo cantik, tapi nyebelin." suara serak Fakih mengagetkanku.

Tadinya, aku ingin segera bangun dari posisi tidurku tapi tangan Fakih lebih dulu mencengkal tanganku. jantungku semakin berdetak tak beraturan. kami berdua saling tatap dengan posisi dekat.

"Zila," panggil Fakih lagi, suara Fakih terdengar sangat berat.

"apaan sih, lepas."

"Lo cantik banget sih." kata Fakih lagi, masih dengan posisi menatap Arzila.

"Iyah gue tahu, awas ah gue mau bangun." Arzila bersuara dengan nada berbisik.

"Jangan, gue senang memandangi lo dalam karak sedekat ini."

Aku semakin malu sekaligus senang mendengar ucapan Fakih barusan. sudah dipastikan pipiku semakin memerah karena ucapan Fakih.
"Lebay lo," Aku menoyor kepala Fakih. karena tanganku sudah berhasil dilepaskan.

"Gue serius, lo cantik." Fakih masih saja memandangi diriku.
jangan terlalu senang, Karena setiap hari Fakih selalu saja bilang kalau aku cantik.

cup
"Gue sayang sama lo."

Tidak, itu seperti mimpi tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang kenyal menempel pada dahiku. sesuatu itu adalah bibir tipis Fakih.

Aku diam mematung, kali ini lebih diam dari biasanya. aku masih mencerna dengan baik kejadian beberapa detik yang lalu yang terjadi antara diriku dan Fakih.

Aku segera memegangi dahiku, benar saja dahiku sedikit basah.
"Iler gue nempel," Fakih menepuk dahiku. dan tertawa setelahnya.

Aku tidak bisa menahan kesal setelah menyadari itu semua. "Fakih, lo gila." Aku berteriak sangat refleks tidak perduli pada guru yang ada didepan.

Seisi kelas segera menoleh kearah kami berdua. karena kami duduk dibangku paling belakang dan pojok. begitu juga dengan bu Raya yang sedang menejalaskan materi berhenti menatap kami dengan tatapan marah.

"Kalian berdua," Bu Raya menunjukan tangannya kearah aku dan Fakih. "Keluar dari sini." banyak bu Raya. wajahnya merah padam menahan marah.

🍃

-Aku tidak mengerti maksud dan tujuanmu melalui semua itu. jujur saja, aku senang dan sedih dalam waktu bersamaan.-

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang