9. Khawatir

50 10 0
                                    

Aku duduk sendirian lagi kali ini. Fakih tidak masuk sekolah, aku tidak tahu apa alasan Fakih tidak masuk. biasanya Fakih selalu memberiku kabar. ia selalu menyuruhku untuk membuat surat izin misalnya. tapi kali ini tidak, mungkin hubungan aku dan Fakih belum membaik seperti dulu.

Aku merasa khawatir pada Fakih, apakah dia sakit? tidak seperti biasanya ia seperti ini. atau mungkin dia hanya bolos karena tidak mau bertemu dengan pelajaran sejarah? Ah, entahlah akupun masih menebak-nebak.

Tadinya aku ingin mencari tahu kabar Fakih, tapi nihil tak ada yang tahu. Gio yang teman dekat Fakih semasa Smp saja dia tidak tahu.

"Yo, lo tau ngga Fakih kenapa ngga sekolah?" Aku bertanya pada Gio saat tak sengaja bertemu Gio di kantin.

Gio yang sedang membawa minuman kaleng bersoda mendekat ke arahku. "Fakih ngga masuk?" Dia malah balik bertanya.

Aku menggeleng, "Nggak," Aku menggeleng pelan, "Dia sakit?"

"Gue nggak tahu Zil," Ternyata Gio juga tidak mengetahui keadaan Fakih.

Aku hanya diam memikirkan cara bagaimana mencari tahu keadaan Fakih.

"Lo tau alamat rumah Fakih kan?" seketika saja pertanyaan itu terlontar dari mulut ku.

Gio yang mendengar ucapan ku nampak terkejut. ia diam beberapa detik sebelum ia menggeleng.

"Gue nggak tahu." kata Gio cepat.

"Lo kan temen dekatnya Fakih masa ngga tau sih," Aku tidak puas dengan jawaban Gio barusan.

Aku menatap Gio sebentar, merasa janggal dengan jawabannya. rasanya aneh jika teman lama tapi tidak tahu alamat rumah teman sendiri.


"Gue duluan." Terlihat raut wajah Gio yang tak biasa. sepertinya ia nampak terkejut dengan pertanyaanku barusan.

Aku semakin bingung dengan tingkah Gio yang pergi begitu saja. seakan menyembunyikan sesuatu dari aku perihal Fakih.

🍃

-Apa lagi yang kamu sembunyikan dari ku?-

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang