15. Menemani Fakih

74 6 0
                                    

Sore ini, aku sudah siap-siap untuk menemani Fakih bermain futsal. dia yang memintaku untuk menemaninya. katanya, kalau aku menemani Fakih akan semakin semangat bermain futsal. Dasar lebay.

Aku menunggu Fakih sendiri di halte sekolah. Fakih akan menjemput sekitar lima menit lagi. aku memainkan ponsel untuk mengusir kebosanan. selang beberapa waktu, akhirnya Fakih sudah datang menjemputku.

Tidak aku pungkiri, penampilan Fakih kali ini membuat aku semakin jatuh cinta. dengan kaos tim bola kesayangan sudah melekat pada tubuh Atletis Fakih.

"Lama?" Tanyanya sambil menyerahkan helm bermotif naruto padaku.

"Banget," Aku berbohong, menerima hal tersebut dan memakainya.

Aku segera naik pada motor Fakih, sambil memegang pundaknya agar membantu aku untuk lebih mudah naik ke motor Fakih yang tinggi.

"Peluk dong," Fakih berbicara dari arah depan, matanya sedang melirikku lewat kaca spion.

Rasanya aku bahagia, ketika mendengar perintah Fakih. tanpa menunggu lama lagi, aku segera memeluk pinggang Fakih, memebenamkan wajahku di belakang pinggang Fakih.

Waktu tidak adil, ketika aku sedang nyamn-nyamannya berada di pelukan Fakih. tiba-tiba saja motor Fakih sudah berhenti. dan ternyata aku sudah sampai di tempat Fakih akan bermain futsal.

"Turun, nyaman banget kayaknya peluk gue." Fakih melepaskan helmnya. berbicara padaku lewat kaca spion.

"Nggak biasa aja," Aku mengelak, padahal benar apa yang dikatakan Fakih bahwa aku nyaman memeluk Fakih.

"Ini tangan lo, masih aja melingkar di pinggang gue." Fakih memegang kedua tanganku.

Aku merasa sangat malu menyadari itu semua. bisi-bisanya aku lupa melepaskan pelukan dari Fakih. dengan gerakan reflek segera aku melepaskan tanganku dari pinggang Fakih.

"Nanti Kapan-kapan aja peluk guenya, sekarang temenin gue dulu main futsal." Fakih menyimpan helmnya dan mengacak puncak kepalaku lembut.

Aku hanya diam mematung, kemudian melepaskan helm dan turun dari motor Fakih, mengikuti langkah Fakih yang tertinggal jauh.

Aku sudah melihat Fakih sedang berdiri bibir lapangan, menyaksikan pertandingan sebentar. sebelum akhirnya dia yang akan bertanding.

"Gue mau main futsal dulu yah," Fakih menyimpan topi berwarna puguh nya yang sedari tadi ia kenakan.

Aku hanya mengangguk, "Semangat yah," kataku.

"Iya, Arzila cantik." Fakih sudah berada di tengah-tengah lapangan. mendengarkan instruksi dari wasit.

Aku melihat Fakih dari kejauhan, ia sangat mempesona. sesekali ia menyunggingkan senyuman padaku. ah, rasanya menyenangkan jika setiap hari harus bersama dengan orang yang kita sayang.

🍃

-Tak apa tidak memiliki sebuah status, jika berteman dan selalu bersamamu saja sudah membuatku bahagia-

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang