7. Bingung

59 13 0
                                    

Setelah insiden di lapangan basket barusan, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

Aku membuka mataku yang terpejam entah sudah berapa lama, pening di kepalaku terasa sangat nyeri. Aku melirik kearah sekitar. mencoba mencari tahu dimana aku berada sekarang. setelah kesadaranku perlahan terkumpul, aku baru sadar bahwa ternyata aku berada di UKS.

Tidak ada siapapun di sini, aku hanya seorang diri tertidur di atas Brankar. Aku terdiam sejenak mengingat apa yang terjadi.

Suara pintu terbuka membuat lamunanku buyar, aku segera mendongak ke arah pintu. Fakih sudah berdiri di sana dengan tangan kanan membawa segelas teh hangat. dan tangan kirinya membawa semangkuk bubur ayam.

Ia berjalan mendekat ke arah ku, menyimpan bubur dan teh hangat tersebut di atas nakas. "Lo udah sadar?" kemudian ia duduk di kursi yang sudah ada.

"Keliatannya?" Aku mencoba membenarkan posisi tidur ku untuk lebih menghadap ke arah Fakih.

"Syukur deh, lo ngerepotin gue banget." Fakih mengeluarkan ponsel di satunya.

Aku kira, Fakih akan menyuruhku untuk makan dan dia bersedia untuk menyuapiku. ternyata tidak.

"Ini semua gara-gara lo." Aku menatap Fakih dengan tatapan kesal. jika bukan karena dia memberi semangat, aku tidak akan mencari sosok Fakih dan terlempar oleh bola.

"Lah, Kenapa gara-gara gue?" Fakih menyimpan ponselnya di atas nakas dan menatap aku.

"Kalau lo nggak ngasih gue semangat, gue nggak akan gagal fokus." Aku berbicara dengan nada judes pada Fakih.

"Gue tau kalau gue ini ganteng, jadi wajar aja kalau lo sampe gagal fokus segala." Fakih berbicara dengan tingkat kepedean yang super tinggi.

Banar kata Fakih, aku memang bodoh hanya karena mendengar suara Fakih menyemangati saja sudah kehilangan konsentrasi.

Fakih mengambil mangkuk yang berisi bubur ayam tersebut. "Udah nggak usah bawel, mending makan dulu." Fakih sudah memisahkan satu sendok bubur tersebut dan ia mendaratkan bubur itu tepat di depan mulutku.

"So perhatian lo," Aku menerima suapan tersebut, menelannya dengan sangat hati-hati.

"Gue perhatian salah, gue cuek juga salah. lo mah cewek ribet." Fakih sudah menyodorkan kembali satu sendok bubur ayam.

Aku tidak langsung menerima suapan tersebut, karena bubur yang tadi saja mesih belum seutuhnya habis. "Yaudah, ngapain lo masih temenan sama gue." Aku membuka mulutku kembali dan menerima suapan dari Fakih.

"Karena kalau gue nggak temenan sama lo, gue udah punya banyak pacar." Fakih meletakkan mangkuk tersebut dan mengambil teh hangat.

Aku mengerutkan dahi, jawaban Fakih barusan benar-benar tidak masuk akal. "Nggak nyambung lo."

"Lo, nya aja yang bego." Fakih berkata seenak jidatnya saja.

"Ko gue?" Aku menunjuk ke arah diriku sendiri.

"Jawaban gampang gitu aja masih nggak paham apa maksudnya."

Aku semakin heran dengan apa yang di ucapkan Fakih barusan, "Oh, jadi lo temenan sama gue karena cuma mau manfaatin gue doang?" Aku semakin sewot. salah mengartikan ucapan Fakih barusan.

"Tau lah, lo nggak peka apa kelewat bego sih?" Fakih mulai berdiri dan meninggalkan aku sendirian di UKS.

Aku semakin bingung karena Fakih meninggalkan begitu saja dengan air muka yang sulit di artikan.

Kebiasaan Fakih memang seperti itu, selalu saja meninggalkan aku sendirian. tapi kali ini sangat berbeda, kepergian Fakih membuat aku bertanya-tanya dalam hati.

Mengapa Fakih pergi? dan apa maksud dari pernyataan Fakih barusan?

🍃

-Kamu teka-teki yang sulit aku artikan, kamu juga seperti soal esai yang sulit aku temukan apa jawabannya.-




FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang