17. Lagi

42 5 0
                                    

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding besar yang menghadap ke lapangan futsal. Menghembuskan nafas kasar setelah beberapa menit yang lalu baru saja selesai membersihkan toliet yang super duper kotor dan juga bau. Ini semua karena ulah Fakih, gara-gara Fakih membuat masalah di kelas aku terpaksa harus menjalani hukuman menyebalkan seperti ini.

Fakih datang dengan membawa satu botol air mineral, duduk di sampingku dan meneguk air tersebut hingga setengah. Aku kira Fakih akan memberikanku minum secara romantis seperti di FTV tapi tidak. Ekspektasi tak sesuai dengan realita.

"Lo mau minum?" fakir menutup kembali botol tersebut.

Aku mengangguk cepat, karena aku memang sangat dehidrasi. "Minta dong kih," Aku mengulurkan tanganku untuk meminta minum pada Fakih.

Fakih tidak langsung memberikan minuman tersebut. Dia malah membuka tutup botolnya lagi dan aku yakin Fakih akan meneguk habis minuman itu dan tidak akan memberikannya padaku. Fakih memang menyebalkan.

"Nih," Fakih menyodorkan botol minuman itu kepadaku. "Gue cuma bisa beli satu, uang gue pas-pasan. Itu pun kurang lama ratus perak." Fakih menampilkan cengirannya tanpa malu mengatakan itu semua.

"Benar-benar lo tu ya," Aku langsung menerima minuman tersebut dan meneguk habis tak bersisa.

"Istirahat lo bayarin ke kantin ya, kurang lima ratus soalnya. Gue takut minuman ini ngga halal gara-gara kurang lima ratus perak." Fakih tertawa.

Aku tertawa mendengar lelucon fakir. Dia memang benar-benar lucu. Kami berdua tertawa tanpa memikirkan kejadian beberapa jam lagi saat dengan atau tanpa sengaja fakir mencium keningku. Aku tidak ingin hal tersebut dibahas lagi, karena aku malu saat mengingat kejadian itu.

bel ganti pelajaran sudah berbunyi, artinya hukuman aku dan Alga sudah selesai dan kami berdua sudah dibolehkan untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

"Yuk masuk," Aku mengajak Fakih untuk kembali ke kelas.

"Mager," ucap Fakih malas. Ia membuat botol minuman tadi ke sembarang arah.

"Ayo ish," Aku masih memaksa Fakih untuk segera masuk kelas karena aku tidak ingin telat lagi dan mendapatkan hukuman.

Fakih masih duduk santai, aku menatap Fakih dengan tatapan sinis mengisyaratkan agar Fakih tidak beralasan lagi.

"Buruan Fakih," Aku meggeram kesal.

Tangan kanan Fakih terulur dengan manja meminta bantuan agar aku membantu Fakih bangkit dari duduk. Aku membalas uluran tangan Fakih dan langsung menarik tangan Fakih sekuat tenaga agar segera berdiri. Aku berhasil menarik tangan Fakih dan posisi kamu berdua sangat berdekatan Fakih menghadap aku sangat dekat sekali. Embusan nafas kasar Fakih terdengar jelas olehku. Aku terkunci dengan tatapan mata Fakih, tatapan yang selalu aku sukai.

"Gue mau gini terus ah, Biar bisa modus sama lo." Fakih bersuara dengan suara menggoda, kedua  tangannya sudah menangkup wajahku.

Aku baru menyadari posisi Fakih yang semakin mendekat. Aku langsung berteriak dan langsung menarik tangan Fakih agar menjauh dari wajahku.

"Fakih gila lo," Aku marah pada Fakih dan Fakih hanya membalas amarahku dengan senyuman nakal.

🍃

-Lagi, aku selalu suka hal-hal sederhana yang terjadi antara kita. Menggetarkan jiwa dalam dada-

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang