14. Akward

52 8 0
                                    

Aku telah selesai menghabiskan makanan. perutku sudah tak terasa lapar lagi saat ini. aku menyesap Ice Blend dan menyisihkan setengah dari cup Ice Blend tersebut.

"Gue mau nanya Kih," Aku meletakkan Ice Blend di atas meja. tepatnya bersebelahan dengan ice Blend milik Fakih yang hampir habis.

"Gue udah siapin semua jawaban untuk setiap pertanyaan lo. jadi silahkan lo mau tanya apa aja akan gue jawab." Fakih menyimpan ponselnya di atas meja. ia berhenti memainkan game hanya untuk mendengarkan pertanyaan aku.

"Ada banyak pertanyaan." Ucap ku pelan. aku membenarkan posisi dudukku menghadap Fakih dengan seksama.

Semua pertanyaan yang ada di otakku sudah siap untuk aku lontarkan pada Fakih. ada satu pertanyaan yang selalu aku simpan diam-diam.

Apakah Fakih memiliki perasaan yang sama seperti diriku? Apakah rasa cinta yang aku miliki terbalas oleh Fakih? Apakah selamanya hubungan aku dan Fakih hanya sebatas sahabat?

Ingin rasanya aku menanyakan itu semua pada Fakih. aku lelah jika harus terus menerus menebak segala perasaan yang ada dalam pikiran.

"Kenapa lo ninggalin gue pas di UKS?" Aku menatap Fakih tajam. ingin rasanya aku menjambak rambut ikal Fakih karena kesal ketika mengingat kejadian beberapa hari yang lalu di UKS.

fakih masih bersikap tenang, ia mengehela nafas sebentar kemudian tersenyum kearahku. "Kalau pertanyaan itu, gue nggak bisa jawab." Fakih malah menyengir tanpa dosa.

Aku mulai kesal pada Fakih. bukankah tadi ia bilang akan menjawab setiap pertanyaan yang akan aku lontarkan?

"Ternyata seorang Arzila beneran bego yah." Fakih menyunggingkan senyum sekilas.

Aku semakin bertanya-tanya sendiri, "Maksud lo apa?" Aku bertanya kembali, karena masih belum paham maksud ucapan Fakih barusan.

"Nggak ada maksud. udah lupain aja, intinya gue nggak sebrengsek apa yang lo pikirkan." Fakih menarik kusrsinya untuk semakin mendekat menghadapiku.

"Anggapan lo soal gue cuma manfaatin lo itu salah besar. gue temenan sama lo murni tanpa ada alasan apapun." Ucap Fakih.

Hatiku semakin mencelos ketika mendengar pernyataan Fakih barusan. ternyata dugaanku salah, aku kira Fakih berkata seperti itu karena ia cinta padaku. tapi nyata tidak, sakit memang.

"Oke, Terus kenapa selama dua hari lo ngilang gitu aja?" Aku mencoba mengalihkan segala topik pembicaraan  menghindari sakit yang akan di rasakan jika harus terus-menerus mencari tahu.

"Gue bosan sekolah," Fakih menjawab asal. dia memang benar-benar pria paling menyebalkan yang aku temui.

"Gue serius Kih, lo kenapa ngilang selama dua hari?"

"Gue bantuin kera sakti nyari kitab suci lalu nemenin naruto ngalahin madara biar dia bisa jadi hokage." Fakih malah menjawab dengan jawaban yang terkesan sangat akward membuat aku semakin kesal dengan ulahnya.

"Nggak lucu bego," Aku menoyor kepala Fakih pelan.

"Gue emang nggak lucu. tapi gue ganteng." Fakih menaik turunkan sebelah halisnya kemudian tersenyum jahil padaku.

Fakih memang memiliki tingkat kepercayaan diri yang teramat tinggi.

"Terserah lo." Aku meminum kembali Ice Blendku yang tinggal setengah. menghabiskan semuanya tanpa tersisa.

"Semua pertanyaan gue nggak ada yang lo jawab. lo bener-bener ngeselin."

"lah, gue ngomong panjang lebar di bilang nggak di jawab." Fakih membela diri.

"Gue nggak butuh jawab kayak gitu." Aku menatap Fakih tajam.

"Gue cuma bisa jawab gituan doang," Fakih hanya mendengar


🍃

-Terkesan sederhana memang, tapi semuanya lebih istimewa ketika alasan semua itu adalah kamu-

FakihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang