Chapter 10

166 13 2
                                    

"Sebenarnya kamu siapa? Kenapa kau berada dalam tubuh Lisa?"

Sontak aku terdiam. Nama itu tak asing bagiku. Tidak ada yang salah dengan nama itu, namun situasi ini merubah nama itu terdengar mengejutkan ketika di ucapkan oleh Paman Tom.

Benar, Lisa adalah nama ibuku.

Dengan keringat dingin mulai mengalir, aku berusaha menolehkan kepala menghadap wajah Paman Tom. Wajahnya nampak serius. Struktur wajahnya yang tegas menambah aura tidak enak ini menjadi semakin menjadi.

"Aku... aku..." aku terhenti sebentar, mengumpulkan semua keberanian memastikan ini pilihan yang tepat "aku putranya".

Hening sejenak, ia tidak menjawab.

"Begitu kah?" Jawabnya lega. "Aku khawatir kalau orang yang tidak bertanggung jawab yang mencuri tubuh Lisa".

Pendapatnya memang benar.

"APA MAKANAN KESUKAANNYA?!" Tiba-tiba ia melontarkan pertanyaan dengan intonasi keras. Aku pun sempat kaget.

Namun aku menjawabnya dengan lantang "NASI GORENG AYAM CAMPUR TELUR".

"TANGGAL LAHIRNYA?"

"18 SEPTEMBER 2022"

"KETIKA IA SEDANG GABUT APA YANG BIASANYA IA LAKUKAN?"

"MENGGONTA-GANTI SALURAN TELEVISI SAMBIL MENDESIS KESAL DAN MENGGARUK RAMBUT MENCARI KUTU ATAU KETOMBE". Kami saling teriak sahut menyahut.

Hening sejenak, keributan tadi jelas mengeluarkan energi yang tak sedikit.

"Haha... jadi kau memang anaknya ya". Serunya sambil tertawa dengan nafas pendek karena masih ngos-ngosan.

"Baguslah jika kau memang anaknya. Setidaknya biar aku ceritakan hal yang sebenarnya harus kau tau di masa lalu. Sebuah cerita yang akan mengungkap kenapa orang tua ini tau tentang ibumu". Ia mulai bicara dengan tenang.

Aku mulai bersiap mendengar. Aku yakin ini cerita yang akan mengungkap seluruh tanda tanya yang menumpuk sejak kejadian kemarin.

"Sebenarnya, aku sejak lama menyukai Lisa".

Hening sejenak. Aku sampai menganga saking terkejutnya.

Dia bilang apa tadi? Suka dengan ibuku? Apa maksudnya cinta?

"Apa maksudmu?"

"Sebenarnya, ibumu adalah teman masa kecilku. Saat kecil hingga SD kami tinggal di desa ini"

"Kami sering bermain bersama. Entah itu disekolah atau pun di luar jam sekolah, kami benar-benar dekat. Tapi saat itu kami masih anak kecil. Yang aku pikirkan adalah bermain, sama sekali tidak terlintas di benakku kalau aku mencintainya sejak lama."

"Hingga saat kelulusan SD, orangtuaku bercerai membuat keluargaku berantakan. Aku memutuskan untuk merantau ke kota melanjutkan pendidikanku."

"Saat itu, tidak ada kereta menembus gunung di desa ini seperti sekarang. Sehingga untuk bisa sampai ke kota aku harus menempuh perjalanan puluhan KM selama 5 jam."

"Mau tidak mau aku harus meninggalkan Lisa sejauh puluhan KM. Saat itu perasaanku hanya sebatas teman."

"3 tahun aku sekolah di kota dan tidak pernah bertemu dengannya. Hingga saat SMA secara mengejutkan Lisa pindah dan bersekolah di sekolahku. Rupanya kehadiran kereta menembus gunung membuat jarak dari desa ke kota terpangkas menjadi hanya sekitar 2 jam. Setidaknya cukup untuk bolak balik saat berangkat sekolah."

"Aku sempat menyarankannya tinggal di kota tapi ia menolaknya karena ia berdalih sedang merawat seseorang dirumah".

"Ya, orang yang selama ini dia rawat adalah ibuku. Ibuku yang ditinggal cerai oleh ayahku dan ditinggal merantau oleh anaknya, selama ini dirawat oleh Lisa. Sesekali ia menjenguknya sepulang sekolah di rumahku."

Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang