Chapter 4

219 20 1
                                    

Namaku Edo, 12 tahun kelas 6 SD. Tinggiku saat ini 140 Cm. Tubuhku normal saja, tidak gemuk dan juga tidak kurus.

Aku memiliki rambut lurus yang tidak terlalu panjang. Mungkin ini juga keturunan dari ayahku yang memiliki rambut lurus.

Saat usia 4 tahun, aku disuntik cairan human-droid dengan iming-iming imunisasi.

Ayahku bekerja di salah satu perusahaan droid. Sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga.

Setauku ayah hanya seorang karyawan biasa. Beliau jarang sekali membicarakan tentang pekerjaannya. Ketika membicarakan pekerjaannya didepan ku dia hanya menyebut "kerjaan ayah", "kantor ayah", atau "perusahaan tempat ayah bekerja". Ia tidak pernah bercerita secara spesifik.

******

Selasa, 11 Januari 2056. Aku berangkat sekolah seperti biasa. Masih teringat dalam benakku tentang perkataan ayah tadi malam.

Seperti biasa aku naik kereta pukul 6.45.

Ah sial ada Aldo. Dia duduk di di kereta sambil setengah tertidur. Aku mencoba menjauh saja.

Berhasil, sesampainya di stasiun Aldo nampaknya belum menyadariku.

Aku mencoba berjalan dibelakangnya. Sejauh ini aku belum ketahuan.

Tiba-tiba ia menoleh kebelakang sambil berkata "oh iya Edo, hari ini ada pelajaran apa ya?".

Heh? Dia menyadari keberadaanku. Kami saling melihat. Padahal aku sudah menjoba bersembunyi dari tadi.

"Halo? Permisi ada orangnya gak?". Aldo masih menunggu jawaban.

Aku masih terdiam kaget.

"Ah, Ipa, Ips, Bahasa, dan kesenian".

"Ah sial, aku cuma bawa 2 buku". Aldo menjawab sambil menepuk dahi.

Anak ini, niat sekolah enggak sih? Kemarin dia cuma bawa satu buku. Sekarang, cuma nambah satu.

*****

Sekolahku berjalan seperti biasa. Belajar dengan guru killer, mengumpulkan pr, hingga diganggu Aldo. Sebenarnya yang terakhir tidak biasa namun entah mengapa aku menjadi terbiasa sejak dua hari terakhir.

Pukul 14.00 kami pulang.

"Aldo kau mau pulang bareng lagi?". Kali ini aku yang mengajaknya duluan.

"Ah maaf aku ada pekerjaan setelah ini".

"Pekerjaan? Pekerjaan seperti ap-".

"Kalau begitu sampai jumpa". Aldo buru-buru memotong pembicaraan dan pergi.

Aneh, dia seperti menyembunyikan sesuatu.

Sesampainya di gerbang sekolah ada yang tidak biasa. Ada ibuku di gerbang.

Aku terkejut, terdiam dan kaget. Tidak biasa ibu datang ke sekolahku. Sejak kelas 4 aku sudah berangkat dan pulang sekolah sendiri. Tapi sekarang ibu mau apa?

"Ayo do, kita pulang". Ibu berkata sambil tersenyum.

"Tunggu dulu, ibu kenapa tiba-tiba menjemputku?".

"Sudahlah, ayo pergi". Ibu bersikeras dan menarik tanganku.

"Aduh, tunggu".

Kami terus berjalan. Anehnya ibu melewati stasiun kereta.

"Loh bu, stasiunnya kan disana?".

"Kita tidak naik stasiun do. Kita naik mobil saja".

Mobil siapa? Selama ini keluarga kami tidak mempunyai mobil.

Kami tiba di depan mobil yang dituju. Mobil pada zaman ini sudah tidak memiliki roda. Mereka mengambang dan bisa terbang, namun hanya di situasi darurat.

"Ibu, mobil ini?"

"Ini mobil pinjaman ayah. Ayo naik. Ibu bisa mengendarainya kok".

Ternyata mobil ayah. Tetap saja terasa aneh bagiku. Kenapa ayah tiba-tiba meminjam mobil.

Aku naik ke atas mobil. Segera setelah itu mobil melesat kencang.

Namun rute yang kami lalui buka  menuju rumah. Melainkan menuju keluar kota.

"Ibu kita mau kemana?". Mulai bingung.

"Sudah, ikut saja". Kali ini ibu berkata dengan nada dingin.

15 menit berlalu tidak ada hambatan berarti. Jika tidak ada yang menghalangi 10 menit lagi kami akan berhasil keluar kota.

Di langit terlihat ada beberapa pesawat terbnag sejajar. Lebih tepatnya itu pesawat perang. Mereka terbang menuju pusat kota.

"Cih, sudah dimulai ya?". Ibu berguman dengan nada kesal.

Ada apa ini sebenarnya?

"Bersiap do, kita akan menambah kecepatan".

"Ada apa ini bu?".

"Sudah kau diam saja dulu".

Sesaat kemudian terdengar suara ledakan besar dari pusat kota yang mengagetkan warga sekitar.

"Apa itu?".

Karena ledakan tersebut berada di pusat kota yang banyak gedung tinggi sehingga gedung-gedung tinggi tersebut runtuh seketika. Efek runtuhnya gedung membuat gedung disekitarnya juga ikut roboh dan membuat efek domino.

"Ibu, ada apa ini sebenarnya?". Aku mulai berseru panik.

Pesawat-pesawat yang terbang tadi nampak menjatuhkan sesuatu dalam jumlah bannyak. Kepulan asap menyelimuti pusat kota dari jauh. Reruntuhan gedung dari pusat kota pun perlahan mulai menyebar.

Nampak pesawat yang terbang di atas terus menjatuhkan bom dari atas kota.

Situasi mencekam. Ini nampak seperti penyerangan militer.

Hingga salah satu pesawat menjatuhkan bom disekitar mobil kami.

"EDO LOMPAT!!!".

Sontak aku langsung lompat setelah mendengar seruan ibu.

Aku selamat dengan beberapa luka lecet. Namun mobil yang kami naiki hancor akibat bom tadi.

"Bagaimana dengan ibu?".

Aku langsung kembali ke puing-puing mobil yang kami naiki tadi.

Terlambat. Ibu terluka parah

"Tidak kusangka akan secepat ini". Ibu berkata dengan sisa napasnya.

Aku terdiam

Memandang ibu yang terluka dan situasi sekitar yang porak poranda.

Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang