Chapter 15

89 11 1
                                    

Aku dan Aldo pergi ke desa tak jauh dari kediaman Paman Tom. Kira-kira jaraknya sekitar 1 km.

Aldo bilang, alasan mengapa Paman Tom memilih tinggal menyendiri dari desa karena warga desa telah memandangnya dengan stigmen negatif setelah kematian ibunya.

Wajar saja, Paman Tom pergi dan tak pernah kembali meninggalkan ibunya seorang diri. Begitu ia kembali, ibunya meninggal karena sakit. Ditambah rumah ibunya yang hancur tanpa alasan yang jelas membuat warga desa menggap Paman Tom anak durhaka.

****

Kami menyusuri jalan setapak sepanjang lereng. Tak lama kami berjalan sampailah kami di jalan yang mulus yang lebih lebar.

Di zaman ini pemggunaan aspal sudah jarang diterapkan, lantaran sumber dayanya yang semakin menipis. Penggunaan aspal mulai diganti dengan komposisi bebatuan yang telah dihaluskan dicampur denga limbah plastik dan kaca. Ini adalah suatu trobosan dunia dalam mengatasi menggludaknya limbah plastik.

Jalanan terlihat sedikit ramai kendaraan. Beberapa orang tua juga terlihat berjalan di pinggir jalan seperti kami. Mereka terlihat membawa barang bawaan yang terlihat berat. Sepertinya mereka adalah petani atau pedagang yang ingin menuju ke desa juga.

Didesa ini memang sebagian besar penduduk adalah petani. Disini tanaman padi adalah yang paling banyak ditanam. Meskipun metode pertanian hampir sepenuhnya dikerjakan mesin, namun peran manusia tetap penting terutama dalam menjadi operator yang mengatur mesin tersebut.

Kami hampir masuk ke kawasan desa. Sesekali anak kecil lewat berlari larian. Suasana desa nampak sibuk kali ini. Makin kami masuk kedalam, makin banyak pedagang dan ramai pula pembelinya.

Tujuan pertama kami adalah toko perabotan. Disana kami membeli beberapa alat makan.

"Untuk apa kita membeli perabotan baru?" Tanyaku.

"Entahlah, di daftar yang diberikan Paman Tom ditulis begitu."

Selanjutnya kami menuju ke toko baju. Disana kami membeli beberapa pakaian perempuan. Tapi, ukurannya bahkan lebih kecil untukku. Kalaupun ini pakaian untukku, pasti tidak akan muat. Lalu ini pakaian ini untuk apa?

Kami menuju ke pasar. Disana menjual berbagai macam bahan makanan. Anehnya, yang kami beli cuma kacang merah dan kacang hijau.

"Tunggu sebentar, kenapa kacang-kacangan semua?".

"Di daftar yang diberikan Paman Tom tertulis begitu."

"Tidakkah kau merasa aneh?" Keluhku.

"Apanya?" Jawab Aldo dengan tampang bodohnya. Mau berapa kali aku melihat tampang itu tetap menyebalkan.

"Semua yang kita beli! Bukankah aneh kita membeli baju cewek yang jelas-jelas ukurannya tidak pas denganku. Lalu siapa yang kau suruh pakai baju itu? Lalu, alat makan baru, bukankah tidak ada yang rusak dirumah? Dan desainnya, kenapa beli yang imut? Ditambah kacang-kacangan ini. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?".

Aldo sejenak berbalik badan kearahku. "Sudah kubilang, aku hanya menuruti apa yang ditulis di kertas ini." Ujarnya menunjukan kertas daftar belanjaan yang diberikan Paman Tom. "Kalau kau mau protes bilang ke Paman Tom sana."

Aku kemudian mengambil paksa kertas itu dan kubaca satu-satu untuk memastikan apakah belanjaan kami benar.

Betapa kecewanya aku setelah kudapati seluruh belanjaan kami benar "Kau benar."

"Kita berpikir positif saja, siapa tahu dia sedang mempersiapkan kedatangan seseorang."

"Siapa?" Tanyaku.

Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang