Chapter 14

121 12 3
                                    

"Oh selamat pagi". Sapa Paman Tom padaku dan Aldo melihat kami keluar dari rumah bersama. Kami berdua baru saja selesai sarapan.

"Selamat pagi". Balasku

"Oh Paman, ada hal yang ingin kubicarakan". Cetus Aldo tanpa menjawab salam Paman Tom.

"Setidaknya jawab salamku!". Jawab Paman Tom dengan wajah kesal.

"Ini tentang Naila, katanya dia mau membangkitkan kekuatan psikisnya".

"Diabaikan?" Paman Tom nampak terpukul karena salamnya bahkan dicuekin oleh Aldo. "Eh, Naila?" Wajahnya kini nampak kebingungan. Wajar, karena Naila yang Paman Tom kenal telah lama wafat.

"Ah iya, sebenarnya nama gadis ini adalah Naila". Aldo memperkenlkanku pada Paman Tom. Sedangkan aku sedikit membungkuk sopan setelah diperkenalkan. "Seperti yang kukatakan tadi, dia ingin membangkitkan kekuatan psikisnya."

"Hmm.. jadi namamu Naila ya? Kebetulan macam apa ini. Juga kau tak pernah memberitah namamu sebenarnya padaku sebelumnya." Paman Tom mulai melotot padaku. "Jadi, kau ingin memiliki kekuatan psikis? Kenapa?".

"Karena keren". Jawabku spontan.

"Hoy, seriusan".

"Karena aku ingin menjadi lebih kuat agar tidak lagi menjadi beban bagi Paman maupun Aldo. Begini sebenarnya aku memiliki niatan kembali ke kota suatu saat nanti, namun kondisi kota sedang kacau jadi untuk melindungi diri, aku ingin membangkitkan kekutan psikisku."

Paman Tom terdiam seoalah tak menduga aku akan menjawab demikian.

Sedangkan Aldo nampak kebingungan karena alasan yang kuutarakan ke dia dengan Paman Tom terdengar berbeda.

Paman Tom nampak berpikir sejenak. "Apa kau sungguhan ingin mengikuti instruksi dariku?". Paman Tom bertanya padaku untuk memastikan apakah aku yakin atau tidak.

"Iya". Jawabku penuh semangat.

"Tapi latihan ini bukan latihan biasa seperti yang kau pikirkan. Kau memiliki human-droid kan? Pada dasarnya kekuatan psikis muncul karena-".

"Aku sudah tau. Dari Aldo." Aku memotong Paman Tom yang sedang menjelaskan.

"Oh begitu ya." Wajahnya nampak kesal dan sekilas melirik ke arah Aldo seolah berkata sialan kau! Kenapa tak bilang dari awal. Malu maluin tau.

Sedangkan Aldo hanya tersenyum dan seolah tak memiliki dosa sama sekali.

"Baiklah kalau begitu langsung saja kita mulai latihannya." Ujar Paman Tom kembali ke mode kerennya.

Ini dia. Aku sudah tidak sabar melihat bagaimana bentuk latihannya. Mungkin saja aku bisa melihat hal-hal gaib yang hanya bisa dilakukan oleh pengguna kekuatan psikis seperti mengeluarkan cahaya yang memicu bangkitnya kekuatanku atau mungkin trik keren lainnya.

"Mari kita mulai dengan..." Paman Tom menghela nafas sejenak. "Lari keliling halaman".

"Haaaa??". Aku ternganga kebingungan. "Lari?". Bukankah itu cuma latihan fisik biasa.

"Benar, keliling halaman ini kira-kira sekitar 1 km."

"Tapi kenapa lari?".

"Kau harus membangun staminamu dulu sebelum fisikmu."

Ya ampun ini diluar ekspentasiku. Lari hanyalah latihan biasa kan. Sedangkan Aldo hanya diam-diam menertawaiku.

Aku melotot padanya menyuruhnya diam. Setelah menyadari tatapanku dia langsung memperbaiki mimik wajahnya.

Terpaksa, aku pun harus lari keliling halaman. Sepuluh menit berlalu aku telah memutari halaman sebanyak 3 kali.

"Kau payah sekali, dulu saja saat aku pertama kali berlatih aku bisa menyelesaikan 6 putaran dalam 10 menit." Ucap Aldo yang mengamatiku saat lari. Entah dia mengejekku atau justru menyemangatiku, tapi itu tetap saja menyebalkan.

"Berisik kau! Aku ini perempuan tau." Benar, tubuh ini memiliki fisik lebih lemah. Pergerakanku jadi sedikit berbeda dan kaku. Aku tak tau kalau perbedaan cowok dan cewek akan seperti ini.

Beginilah rutinitas latihan yang kujalani setiap hari. Seminggu kemudian latihan lari ditambah dengan push up, sit up, hingga back up kulakukan untuk membentuk otot agar lebih kuat, begitulah kata Paman Tom. Latihan fisik ini terus kujalani secara bertahap dan meningkat selama 3 bulan.

****

5 April 2056

Aku terengah setelah latihan selesai. Tubuhku mulai kuat berkat latihan. Ototku juga mulai terbentuk, namun tidak terlalu mencolok sehingga aku tetap terlihat feminim. Aku juga sudah mulai terbiasa dengan tubuh ini dan sudah tidak kaku lagi.

Aku meminum segelas air putih sambil menyeka keringat di dahiku.

Aku mengadah ke langit, berpikir sejenak. Kalau diingat lagi bukankah ini semua hanya latihan fisik. Dari mana katanya latihan khusus.

"Hai". Aldo datang dengan tersenyum.

Aku sontak langsung menghampirinya. "Hei, bukankah selama ini aku hanya melakukan latihan biasa? Mana kekuatan psikisku?" Protesku tak sabaran.

"Sudah sudah, ini latihannya benar kok, aku bahkan harus menjalani latihan seperti ini selama setahun dulu baru memperoleh kekuatanku."

"Hah benarkah?".

"Benar, aku mendapatkannya tepat setelah kakakku wafat."

Aku terdiam sejenak. Rasanya tidak enak tiba-tiba menyinggung tentang kakaknya Aldo, Naila.

"Ngomong-ngomong temani aku ya." Ujar Aldi.

"Heh, kemana?".

"Ke desa, aku ingin membeli beberapa barang dan makanan disana. Oh iya kau juga belum pernah kesana kan? Kalau begitu nanti ku ajak jalan-jalan juga deh."

Aku terdiam menatap mata Aldo lalu menganggukan kepala sedikit tanda aku setuju.

"Baiklah ayo pergi."

Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang