Chapter 28

29.1K 1.5K 15
                                    

Kelvin tersenyum ketika melihat notifikasi pada layar ponselnya. Ia baru saja keluar dari kelasnya karena bel pulang sekolah telah diperdengarkan beberapa menit yang lalu.

Es krim.

Dua kata. Iya, hanya dua kata. Dan pesan itu dikirim oleh Reyna, Kelvin menggeleng pelan dan terkekeh ketika Reyna masih ingat kepada omongan asalnya pagi tadi.

"Gak ada lo sehari nggak seru. Gak ada yang bisa gue bikin kesel," gumam Kelvin berbicara sendiri pada ponselnya.

Ia kembali memfokuskan pandangannya pada jalan, memasukkan ponselnya pada saku baju. Langkahnya menuju parkiran sekolah, Kelvin mulai memakai helm dan menyalakan mesin motornya.

Kelvin membawa motornya dengan kecepatan normal, untung saja jalan hari ini tidak begitu padat sehingga ia tak harus berbosan-bosan pada jalan yang ia lewati.

Tidak butuh waktu lama, motornya terhenti di pingir jalan dekat dengan kedai es krim. Ia mematikan mesin motornya dan membuka helm dengan jambul yang sengaja tidak Kelvin rapihkan. Dan karena itu, membuat tingkat ketampanannya semakin bertambah. Apalagi, para gadis yang juga sedang berada di sana menatap Kelvin kagum.

"Pak, martabak manis keju susu satu, ya. Sama martabak coklatnya satu," pesan Kelvin kepada tukang martabak yang dikenal bahwa martabak di sini sangatlah enak dan tidak tertandingi.

"Iya, Dek. Silahkan tunggu." Kelvin mengangguk dan tersenyum manis setelahnya.

Ia menduduki salah satu bangku yang berada di meja sebelah kanan gerobak martabak manis itu. Tangannya terulur untuk mengambil ponselnya, ia memfoto kedai es krim yang terlihat dari posisinya sekarang lalu dengan sengaja mengirimnya pada Reyna.

Betapa kecewanya beberapa gadis di sana yang sejak awal mendapatkan pemandangan bagus secara gratis dan juga memperhatikannya ketika melihat Kelvin mulai tersenyum sendiri dengan ponselnya.

Mereka mengira bahwa Kelvin sudah memiliki kekasih dengan bisikan para gadis itu satu sama lain. Tentu saja Kelvin tak memperdulikan tatapan itu, ia masih sibuk dengan hatinya ketika Reyna membalas pesannya dengan stiker bergambar kucing yang bergerak dengan kalimat 'Thank you!' di atasnya.

"Wah, gila. Cuma gara-gara beginian doang gue deg-degan," gumam Kelvin dengan senyumnya yang tidak pudar sedikitpun.

"Gemesin," katanya.

Ia masih saja setia melihati pesan-pesan yang belakangan ini selalu ia kirimkan kepada Reyna, begitupula dengan balasan pesan dari cewek ini.

Udah istirahat sana. Jangan mainan hp, nanti pusing.
Read.

Kelvin memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku baju dan memerhatikan tukang martabak dan tangannya yang lihai mengadoni makanan itu secara cepat.

--<>--

Reyna menoleh ke arah pintu ketika seseorang mengetuknya dari luar, ia kembali memfokuskan pandangannya pada ponsel ketika sempat melihat Kelvin yang membuka pintu kamarnya dengan baju sehari-haru karena ia sudah pulang ke rumah sebelumnya.

"Main handphone aja terus." Kelvin segera merebut ponsel Reyna dari tangan cewek itu dan ia taruh di nakas.

Reyna berdecak sebal. "Ih, itu belum gue bales."

"Istirahat. Dari tadi pasti mainan handphone-kan? Kalau gak sembuh-sembuh gimana? Mau ketinggalan banyak pelajaran?" Reyna hanya mendengus panjang mendengar peringatan dari Kelvin.

"Es krim?" tanyanya kemudian, bola matanya bergeser ke kanan dan ke kiri untuk mencari makanan itu di kedua tangan Kelvin.

Kelvin tersenyum dan duduk di sisi ranjang Reyna, menaruh tentengan plastik di nakas dan membukanya.

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang