Chapter 35

27.4K 1.4K 25
                                    

Dan betul saja, di hari terakhir mereka sekolah di minggu ini, Kelvin dan Reyna berangkat sekolah bersama. Mereka baru saja memasuki parkiran sekolah yang cukup sepi karena waktu masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Reyna melepas helm-nya dan memberikannya pada Kelvin. Ia menggelengkan kepalanya agar rambutnya tidak terlalu berantakan. Kelvin yang tak sengaja melihat rambut Reyna terkena jatuhan daun dari pohon besar yang biasanya selalu menghalau mereka dari matahari dan tempat berlindung saat hujan turun pun mengulurkan tangannya untuk menyisir rambut Reyna dengan jarinya membuat Reyna menoleh cepat.

Reyna menggeleng lebih keras dan mengelus seluruh rambutnya agar tidak ada lagi daun yang bersinggah di sana. Kelvin lalu menurunkan tangannya dan tersenyum, juga mengerti satu hal, rupanya Reyna agak canggung bila ia seperti itu.

"Yuk," ajak Kelvin yang berjalan bersisian dengan Reyna.

Mereka berdua keluar dari daerah parkiran untuk ke koridor kelas, Reyna menarik napas panjangnya dalam-dalam lalu merentangkan kedua tangannya.

Cuaca hari ini memang sejuk, angin yang terus bermondar-mandir saling bertabrakan dan juga matahari yang tertutup oleh awan. Kemungkinan nanti akan turun hujan, atau matahari akan berhenti mengumpat dan memunculkan kembali sinarnya seperti biasa. Entahlah, intinya cuaca sekarang sangat membantu menimbulkan semangat bagi mereka.

"Rey." Reyna berdeham untuk menanggapinya.

"Gue mau ke lapangan dulu, ya. Kalau lo mau ke kelas duluan gapapa, nanti kita muter lewat kelas lo."

Reyna menoleh dan menggeleng. "Gak, deh. Bosen gue sendirian, gue ikut lo aja."

"Mau main basket 'kan?" tanya Reyna, Kelvin mengangguk kemudian.

"Yaudah, lo tunggu di lapangan, ya. Gue mau ambil bolanya di ruangan basket dulu." Reyna mengangguk kecil.

"Dah," Kelvin berbelok tepat di depan ruang guru untuk ke ruang basket dengan kedua tangan yang masih ia tenggelamkan dalam saku celana.

Reyna tersenyum dan melanjutkan jalannya agar sampai di lapangan basket. Ia berjalan santai dengan kedua tangan yang ia jentikkan, tak lama suara-suara kecil nyanyian mulai keluar dari bibir mungilnya.

I may know myself,
But I realize I can't be le astroy,
I know, I know that you're bad for my head,
And I don't care I want you anyway.

Boy, you think that you know me,
Oh, but you can't see my lonely heart,
Things look defferent in the morning,
That's when we found out who we are.

Reyna mengambil napasnya panjang ketika memasuki chorus yang tanpa bernapas itu, suaranya yang membuat siapapun dapat menikmati lagunya ia buat agar terdengar kecil karena tak ingin orang lain mendengar suaranya yang ia pikir pas-pasan, padahal sesungguhnya suaranya itu di atas rata-rata.

Would you still hold me?
Without a makeup on my face,
Without alcohol in your vase,
Oh, would you baby?

Ia tersenyum saat ingin memasuki lapangan basket, tetapi langkahnya terhenti dan dengan cepat ia menolehkan kepalanya ketika mendengar seseorang yang melanjutkan nyanyiannya.

Would you still love me?
With all the promises you made,
Would you still mean the words you say,
Oh, would you baby?

Yeah, you know everybody makes mistakes.
Hm, don't let me be yours.
You know everybody makes mistakes,
Don't let me be yours, nah, don't let me be.

Reyna terdiam, memandangi seseorang yang persis berada di belakangnya. Bernyanyi dengan alunan yang lebih indah darinya, Reyna menunduk ketika Agam mulai menghampirinya.

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang