Chapter 39

26.6K 1.4K 27
                                    

Reyna terus saja memutar-mutarkan pensil yang berada di jarinya. Bel untuk istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi belum ada niatan sama sekali untuknya beranjak dari tempat duduk.

Tidak usah ditanya bagaimana perasaannya saat ini. Setelah kejadian kemarin, Reyna sedikit demi sedikit dapan meluaskan kembali pikirannya. Iya. Mungkin memang dirinya juga terlalu egois sehingga ia yang membuat masalahnya dengan Kelvin menjadi serumit ini.

Apalagi semua ucapan Agam kemarin membuat Reyna terus-menerus berpikir tanpa henti. Semalaman, ia susah untuk tidur bahkan tidak belajar sama sekali dan untungnya hari ini tidak ada pekerjaan rumah satupun.

Ia hanya memandang layar ponselnya dengan nilai Kelvin yang tertera di sana. Reyna juga memperbesarnya dan ia teliti kembali. Dan seperti yang kita tahu, gambar di ponselnya tidak akan pernah bisa berubah setitik pun.

Reyna menghela napas dan menoleh ke arab pintu kelas ketika wajah Syila dan Cellia yang muncul dari sana. Senyum tipisnya membuat kedua sahabatnya itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan.

"Lo kenapa gak ke kantin sih? Ngeribetin tau," kesal Syila yang keribetan dengan membawa minuman dingin beserta jajanan ringan yang Reyna titipkan.

Reyna nyengir, "Maaf."

Syila menaruh satu plastik dengan isi makanan ringan itu di depan Reyna. Seperdetik kemudian, Reyna sudah mengais makanan itu dan mempersilahkan kedua temannya untuk mengambil atau meminta makanannya jika mau.

"Tadi Agam nyariin lo." Reyna berhenti mengunyah lalu meluruskan pandangannya pada Cellia.

"Terus?"

"Ya gue bilang aja lo lagi gak selera ke kantin." Reyna mengangguk paham.

"Berarti dia sendirian di kantin?"

Syila menggeleng, "Enggak, ada Kelvin, Fauzan sama Ruki."

Reyna terdiam. Di dalam hatinya ia berpikir saat mengetahui Kelvin yang berada di kantin. Mungkin, bila ia mengubah keadaan dengan pergi ke kantin, ia akan bertemu dengan Kelvin di sana bukan?

Ia menarik napas dan memikirkan hal aneh dari itu. Tiba-tiba saja, ucapan Kelvin kemarin terlintas begitu saja pada pikirannya. Hal yang Kelvin ucapkan bahwa ia mungkin akan melepas Reyna dan membiarkan perasaannya terbaikan.

Jauh di dalam lubuk hati Reyna, cewek ini memiliki rasa yang kurang rela bahwa Kelvin akan benar-benar menyerah untuknya suatu saat nanti. Entah ini hanya gengsinya atau bukan, ia akan merasa kecewa meskipun hanya sedikit.

Lamunannya buyar begitu saja ketika Syila mengguncang bahunya. Ia pun langsung menatap Syila dengan banyak pertanyaan.

"Katanya Agam suruh cek ponsel lo."

Reyna mengangkat sebelah alisnya taj mengertu dan mengikuti apa yang disuruh oleh Agam melewati Syila.

Ketika ia mengecek ponselnya, ada beberapa pesan masuk sejak lima menit yang lalu. Reyna langsung membukanya dan membaca kalimat yang tertera di sana satu persatu.

Pulang sekolah kayanya gue gabisa nganter lo, deh. Soalnya mau ada latihan basket.
-Agam.

Mau nungguin gue? Nanti gue izin dulu ke Kelvin buat nganter lo.
-Agam.

Reyna berpikir sejenak, dalam benaknya ia bisa saja menemani Agam. Namun, seseorang yang terlintas di kepalanya membuat Reyna sedikit menimbang.

"Apa gue tungguin aja?" gumamnya.

"Kenapa, Rey?" tanya Cellia. Reyna tersenyum dan beralih pada ponselnya untuk membalas pesan Agam.

--<>--

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang