Chapter 4

46.6K 2.7K 128
                                    

Reyna mencoba mentralkan napasnya yang begitu cepat, ia menghembuskannya secara perlahan dan memberanikan diri untuk membuka knop pintu. Tepat pada hari ini, ia harus menjalani tes yang akan diberikan oleh pihak sekolah untuk seleksi Biologi bersama Kelvin dan juga Reva, salah satu siswi terpintar yang diambil dari kelas XI IPA-3.

Ia mencoba untuk tidak gugup dan memejamkan matanya sejenak, mempercayakan dirinya bahwa ia bisa dan harus bisa untuk mendapatkan hasil yang sudah diekspetasikan olehnya.

Mereka memasuki ruang guru itu dan disambut oleh sapaan Pak Dharma, guru tertegas SMA Garuda 1, dimana beliaulah yang akan mengawasi mereka selama tes berlangsung. Reyna mulai mencari tempat duduknya dan mengeluarkan peralatan alat tulisnya, Ia juga menoleh untuk melihat posisi lawannya yang duduk di meja sederetnya.

Tanpa disadari waktu pengerjaan tes tersebut dimulai dengan 40 butir soal dalam waktu dua jam. Lumayan, iya, lumayan membuat Reyna cukup pusing dengan pemberian durasi yang akan kurang menurutnya. Setelah beberapa menit menatap lembaran kertas dihadapannya, Reyna mengambil soal itu dan mulai mengerjakan dengan mudah walau ia harus mengulang beberapa kali untuk membaca soal yang ditakutkan kurang teliti. 

Waktu berjalan dengan cepatnya yang membuat Pak Dharma berkeliling dan meminta kertas hasil ujian mereka satu persatu, setelah berpamitan mereka semua bergegas keluar dari sana yang seperti kurangnya pendingin ruangan tersebut karena kegugupan masing-masing. Reyna berjalan untuk memasuki kelasnya dan mengikuti jam pelajaran sekarang. Ia mengepalkan tangannya erat-erat dan menggeleng ketika mengingat bahwa hasilnya akan diberi tau hari Senin mendatang.

Sebenarnya, Reyna sedikit memiliki kekhawatiran saat mengerjakan soal yang tadi diberikan, dan ketika ia menoleh ke arah Kelvin yang sepertinya sangat mudah dalam mengerjakan tentu membuat dirinya semakin cemas.

Baru saja ia ingin kembali melangakah untuk sampai kelas, namun bel istirahat berbunyi yang terdengar begitu nyaringnya disetiap lorong sekolah, bel kesenangan bagi seluruh siswa di dunia. Apalagi karena pelajaran sebelumnya adalah Matematika. Huh.

Ia tersenyum saat melihat kedua sahabatnya berlari menghampirinya antusias dan mengajak Reyna untuk ikut pergi ke kantin. Di sana mereka memilih duduk di meja depan tukan bakso dan sekalian memesan jajanan itu.

"Eh, Rey, gimana tadi?" tanya Syila.

"Apanya?"

"Seleksi Biologinya lah." Reyna tersenyum.

"Oh. Gampang, saantai."

"Serius, terus yang keseleksi siapa?"

"Ya gue lah pasti. Selaw aja si."

"Awas aja lo, ya." Reyna mengangkat sebelah alisnya.

"Eh, orang mah doain temen nya. Ini malah ngancem" ucap Reyna.

Cellia memutar bola matanya, "Iya, semoga kepilih."

"Yang ikhlas Cell doainnya," Syila terkekeh melihat ekspresi Cellia.

"Iye-iye."

--<>--

Pulang sekolah Reyna diantar kembali oleh Cellia, senyuman Rey mengembang ketika mengingat besok adalah hari Sabtu. Meski besok ia akan ada rapat OSIS untuk keperluan sekolah beberapa minggu yang akan datang.

Reyna sudah berada di kasurnya untuk berbaring setelah mandi, karena suntuk yang melanda, ia pun membaca-baca beberapa Wattpad kesukaannya yang kebetulan baru saja update.

Ia menoleh ke srsh pintu ketika seserorang memanggil namanya dengan sedikit keras.

"Reeeeey!" panggil Mama.

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang