Chapter 7

45.5K 2.4K 92
                                    

Reyna melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit dan sudah rapih dengan seragam sekolahnya lalu turun ke bawah untuk sarapan. Semalam sang Ayah sudah pulang dalam keadaan Reyna yang sudah tertidur pulas.

"Pagi Mah, Pah." sapa Reyna menciumi pipi kedua orang tuanya secara bergantian.

"Pagi sayang," balas Mama dan Papanya.

"Kamu mau berangkat kapan? Bareng Papa ya?" tanya Papa.

"Ga perlu Pah, Papa duluan aja. Aku jalan, enak seger udaranya," tolak Reyna secara lembut.

"Gapapa? Bareng aja ya. Udah lama tau ga berangkat bareng," pinta Papa.

"Udah Rey bareng Papa aja," Mama tersenyum ke arah Reyna untuk memastikan agar putrinya mengangguk setuju.

"Oke siap!" jawab Reyna sambil hormat.

--<>--

Reyna menghembuskan napasnya dan berdiri di depan sekolah sedangkan sang Ayah sudah pergi untuk bekerja. Reyna segera melangkahkan kakinya karena waktu upacara yang sebentar lagi akan dimulai.

Reyna berjalan menyusuri koridor sekolah yang tak lama kemudian disusul oleh kedua pacarnya yang setia. Iya, Cellia dan Syila pastinya.

"Duh, makasi loh Richeese nya," Syila mengerlingkan kedua matanya.

"Iye nih uangnya," Reyna memberikan uangnya yang kemarin ia bayar memakai uang Syila.

Syila nyengir, "kamu peka. Aku suka," candanya.

"Kok jijik ya?" celetuk Cellia.
"Btw makasih Rey, makin sayang."

"Kok sekarang malah gue yang jijik ya?" Reyna menggidikkan bahunya.


"Eh iya, gimana sama tetangga lo itu, mau kenalan dong." Syila nampak sangat antusias sedangkan orang yang sedang ia tanya hanya memasang wajah datar.

Reyna mendengus kasar, "tau ah," yaiyalah gimana gak kesal coba, kenapa harus Kelvin. Kenapa? Coba kalau Cameron Dallas gitu. Lah ini KELVIN. Nggak ada yang bisa dibanggain.

"Lah perasaan baru kemaren excited banget gara-gara punya tetangga baru." Cellia menyenggol lengan Reyna.

"Ekspetasi tak sesuai realita," jawab Reyna.

Tanpa sadar karena obrolan yang menemani, mereka bertiga sudah berada di ambang pintu kelasnya. Mereka pun memasuki kelas dan menaruh ransel masing-masing di tempat duduknya.

"Maksudnya?" tanya Syila dibarengi dengan membuka resleting ransel untuk mengambil topi upacaranya.

"Lo tau ga?" tanya Reyna.

Cellia dan Syila mengangkat kedua bahunya yang bertanda bahwa mereka tak tau.

"Tetangga baruku adalah musuh bebuyutanku."

Mereka saling bertatap melirik satu sama lain dan tertawa lepas.

"Tuh kan, ini nih. Emang salah ngomong gue." Reyna hanya berdecak.

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang