Chapter 3

52K 2.8K 105
                                    

Reyna bercermin sambil melihat pantulan dirinya yang sedang mengikat rambut sepinggangnya. Ia menghembuskan napas panjang ketika mengingat bahwa tiga hari lagi akan menghadapi tes seleksi bersama Kelvin.

Ia melirik jam dinding kamarnya dan bergegas keluar kamar untuk sarapan dan berangkat sekolah karena waktu yang tinggal setengah jam lagi sebelum bel sekolah berbunyi.

"Pagi sayang," sapa Mama.

"Pagi Ma," sapa Rey sambil mencium pipi sang bunda.

"Perlu aku bantu?" tawar Reyna.

"Gak kok, gak perlu. Nih, makanan nya udah siap bentar lagi."

"Oke. Oh, iya, Papa gak pulang, Ma?"

Rina menggeleng. "Enggak, Papa kan pulang nya besok."

"Oh." Reyna menganggukkan kepalanya.

Bicara tentang sang Ayah, seperti inilah keluarganya. Kepala keluarga yang jarang di rumah karena harus pergi ke luar kota maupun ke luar negeri untuk mengurus perusahaannya. Namun, itu sudah biasa bagi mereka karena kewajiban seorang Ayah yang harus menafkahi keluarnya.

Setelah selesai sarapan, Reyna pun berpamitan karena Cellia yang sudah berada di depan rumahnya untuk berangkat bersama. Sudahlah, siapa yang bisa menolak ketika ada yang berbaik hati, bukan?

--<>--

Reyna turun dari mobil Cellia dan berjalan bersama melewati lapangan. Waktu masih pagi, namun Reyna lagi-lagi harus berhadapan dengan emosinya bila bertemu seorang Kelvin. Iya, di depannya kini sudah berada Kelvin dengan kedua teman setianya.

Sial, pagi-pagi ko udah muncul setan bumi ya. Batin Reyna.

"Rey, masih pagi." inget Cellia. Karena dia tau pasti ujung-ujungnya akan ada sebuah pertengkaran kecil.

"Iya. Enggak."

"Kecuali kalau dia mulai duluan," sambung Reyna kemudian.

Cellia memutar kedua bola matanya pasrah. "Terserah, intinya gue gak mau ya dibikin pusing pagi-pagi."

"Iya."

Mereka pun melanjutkan langkahnya dan berusaha untuk tidak memperdulikan orang itu. Dan benar, seperti dugaan Cellia. Pasti ada yang memulai duluan sehingga membuat mereka tak pernah akur sedikitpun.

"Eits," halau Kelvin dengan posisi di depan Reyna dengan memainkan bola basketnya. Sedangkan keberadaan Ruki dan Fauzan yang selalu setia di sampingnya membuat Reyna mendesah.

"Gak usah cari ribut." Kelvin terkekeh pelan.

"Chill." Kelvin mengelus pelan pundak Reyna, sokap.

"Apasi, gue mau masuk kelas." Reyna berusaha melewati Kelvin yang masih menahannya.

"Eh, gak usah modus lo!" baiklah, kini kesabarannya sudah mulai meluntur dengan nada bicaranya yang mulai meninggi.

"Dih. Inget, tiga hari lagi," kata Kelvin sambil menunjukkan jarinya di depan wajah Reyna.

"Gak takut." ucap Reyna menekankan setiap kata yang dia lontarkan dan pergi berlalu dari hadapan cowok menyebalkan itu.

"Lo ribut mulu si, gue pusing!" kesal Cellia yang berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Reyna.

"Dia duluan."

"Heh." kedantangan Syila secara tiba-tiba membuat Reyna dan Cellia menoleh ke tengah-tengah mereka.

"Kaya setan lo main muncul aja," sahut Reyna.

"Yeh, gue nyapa juga. Gak ada yang berniatan bales?"

"Replay-replay," suruh Cellia.

"Apa banget, deh."

"Eh anterin gue ke koperasi ya, mau beli buku-buku," ajak Reyna sambil membenarkan seragam sekolahnya.

"Lah, buat apaan? Emang kita punya tambahan pelajaran?"

"Enggak, itu buat ngisi keperluan rak OSIS."

"Oh, yaudah."

--<>--

Hari ini pelajaran pertama diisi oleh pelajaran IPA yang tepatnya adalag tepatnya Biologi. Entah kenapa tiba-tiba saja Bu Sisi memasuki kelas dengan membawa kertas ujian yang bertumpuk pada kedua tangannya.

"Siap, Berdiri!" pimpin Reyna.

"Memberi salam."

Kompak satu kelas memberikan salam beserta Bu Sisi yang menjawab salamnya lalu mempersilahkan mereka untuk duduk kembali di tempat masing-masing.

"Baiklah silahkan duduk, hari ini kita akan ada ulangan Biologi." Kata Bu Siska dan bersiap untuk membagikan kertas ulangan.

"YAAAAAAAH."

"IBU MAH GANGASIH TAU."

"SAYA KECEWA DENGAN IBU."

"BU HARI JUMAT AJA BU."

"BU SAYA BELUM SIAP...
BELUM SIAP JADI PENDAMPING IBU," celetuk Ery.

"DADAKAN GINI SI BU KAYA TAHU BULAT."

"APA YANG BU SISKA LAKUKAN ITU.... JAHAT."

"Yeah, pas banget!" seru Reyna kegirangan, meskipun dia berbicara pelan.

Iya, seperti itulah realita mereka bila akan menghadapi ulangan dadakan. Lebih-lebih bila semalam mereka tak belajar sedikit pun. Dan kejadian ini, tidak jarang dilakukan oleh kebanyakan guru yang entah tujuannya apa.

"Sudah sudah, soalnya tiga puluh pilihan ganda semua. Kerjakan dan tidak berisik!" ujar Bu Siska.

"Baik, Bu." murid satu kelas pun pasrah dan mulai mengeluarkan peralatan mereka.

"Yah, Ibu. Saya cinta ibu fix." sahut Dika yang duduk di belakang sudut kelas dan membuat sebagian temannya terkekeh.

Saat Reyna mengerjakan soal-soal yang diberikan, ia tersenyum puas. Lumayan, tidak terlalu rumit. Jujur saja Reyna cukup khawatir untuk seleksi yang akan datang. Bukan takut kalah, tapi takut tidak terpilih. Itu saja, kalau kalah ya tak apa menurutnya. Kalau ga kepilih itu yang kesel. Cih, dasar manusia.

Akhirnya ia mengerjakan soalnya dengan lancar dan sedikit kendala, tetapi ia bisa menghalau itu semua. Gak sedikit yang, "syat syut" ke Reyna untuk menanyakan jawaban nomor sekian-sekian. Wajar lah ya, yang penting jangan nanya dari no 1 sampe 30 aje kaya si Firly. Anjir memang si Firly.

--<>--

Langkah Reyna mewakili semua kepercayaannya pada jalan yang ia pilih. Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu tetapi ia masih berada di koridor dan dalam perjalanan ingin pulang.

Kewajibannya sebagai ketua kelas harus dijalani, yaitu membantu guru yang sedang membutuhkan seseorang dan ia lah orangnya. Baru saja Reyna selesai dengan mengoreksi nilai-nilai murid kelasnya yang dibantu oleh wakil ketua kelas.

"Tau gitu tadi gue minta Cellia buat  nunggu gue, deh," gerutunya sambil sesekali merasakan udara yang sedikit kencang.

Suara pantulan bola dari sebelah kanannya membuat Reyna menoleh dan mendapati tim basket sedang berlatih karena akan ada pertandingan. Ia memasang wajah datarnya ketika tak sengaja melihat Kelvin sang kapten yang juga melihat ke arahnya.

Karena malas untuk menatap cowok itu lama-lama, Reyna mengabaikannya dan kembali berjalan untuk sampai halte dan menaiki bus dari sana. Tujuannya sekarang hanya satu, yaitu ingin cepat-cepat pulang dan merebahkan tubuhnya di kasur. Hanya itu.

- to be continue

Eheheh hai guys maafkeun gue habis UTS. so, ga megang hp.
Makanya sekarang baru update sangat lama memang eheh. yaudah laya gapapa

BTW, Don't forget to VOMMENT guys! Ilysm. I lv you shawn mendes maksudnya
Ehehe.
Bye! See ya next part!❤

-natasyadr.

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang