Chapter 38

26.2K 1.4K 26
                                    

Satu minggu telah berlalu, dan keadaan masih sama seperti minggu kemarin. Reyna dengan Kelvin belum ada kemajuan apa-apa. Mereka masih saja saling diam jika bertemu, tak pernah mengeluarkan sepatah katapun atau minimalnya bertegur sapa. Entah di sekolah, di rumah, ataupun tidak sengaja bertemu disuatu tempat.

Cukup. Mungkin memang ini yang harus dijalani. Semakin lama, Reyna juga terbiasa dengan dirinya tanpa harus ada Kelvin. Namun, semua masalah yang ia hadapi membuat Reyna semakin merasa sendirian disetiap harinya.

Percayalah, di lubuk hati Reyna, ia masih menginginkan Kelvin untuk kembali berteman dengannya. Ingin berbicara kepadanya saja sudah cukup. Tapi inilah yang terjadi. Emosi yang mereka pendam membuat semuanya tak kunjung usai. Masalah mereka yang tak kunjung mereda.

Reyna menggelengkan kepalanya. Sekarang adalah pelajaran Fisika, ia tak mau ambil pusing tentang urusan lain dan ingin mengikuti pelajaran penting ini sampai selesai. Reyna kembali merangkum beberapa pembahasan penting dalam buku paket untuk ia salin ke buku tulisnya.

Reyna menoleh ke arah Syila ketika cewek itu menyenggol lengannya. Untuk memberi respons, ia hanya mengangkat alisnya.

"Gue lupa, tadi Pak Bekti nyari lo. Katanya suruh ke ruangan dia nanti kalau udah jam istirahat."

"Buat apa?" Syila mengangkat kedua bahunya yang bertanda bahwa ia tak tau.

Reyna hanya mengangguk dan kembali menulis.

--<>--

Reyna melangkahkan kakinya untuk menuju ke ruang guru dan menemui Pak Bekti yang mencarinya. Sesaat Reyna melangkah, tanpa sengaja ia bertemu Pak Bekti yang langsung menyapanya.

"Rey!" Reyna tersenyum dan bersalaman pada Pak Bekti.

"Bapak tadi manggil saya?"

Pak Bekti mengangguk dan tersenyum, "Iya."

"Ada apa, Pak?"

"Jadi gini, untuk perlombaan cerdas cermat. Kamu yang akan mewakilinya dari sekolah kita."

"Tapi, saya sama Kelvin belum memutuskan siapa yang akan mewakili lomba ini, Pak."

Pak Bekti tersenyum, "Kelvin mengundurkan diri. Jadi, kamu yang akan diajukan."

Reyna terdiam dan tidak menjawab sepatah katapun. Pak Bekti melirik jam tangannya dan memegang pundak Reyna.

"Bapak mau ada rapat. Jadi, semangat buat lombanya, ya."

Reyna tersadar dan tersenyum tipis, ia menghela napas dan menoleh ke arah kirinya. Tanpa sadar, ternyata ia sedang berada di depan lapangan Basket. Terlihat Kelvin yang sedang bermain bersama timnya dan kebetulan, lelaki itu juga menoleh ke arahnya. Sekilas.

Reyna pun kembali menghela napas panjang dan memutar balikkan jalannya untuk ke kantin menemui teman-temannya.

Di sana, sudah terdapat makanan yang sengaja ia titip untuk ia makan saat jam istirahatnya dimulai.

Reyna tersenyum saat temannya menyapanya, ia mulai duduk dan mengaduk-aduk makanan soto ayamnya.

"Udah ketemu Pak Bekti?" Reyna mengangguk pelan. "Udah."

"Terus?"

Reyna mengangkat kedua bahunya, "Gue yang bakalan diikutin lomba."

Agam yang berada di depannya pun mengangkat sebelah alisnya, "Kelvin?"

Reyna menghela napas, "Ngundurin diri tanpa sebab."

Karena terasa aneh, Agam pun memandang wajah Reyna lekat-lekat.

Ketua Osis VS Kapten Basket ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang