1. How it Begin √

12.2K 1K 58
                                    

"Tubuhmu Indah."

Jujur saja, dari sekian banyak tipe suara laki-laki di muka bumi ini, aku paling lemah ketika harus mendengar suara berat dan rendah seperti apa yang dimiliki laki-laki berkemeja maroon didepanku. Tangannya merayap ke pinggangku, dia mendorong tubuhku hingga kini aku masuk kedalam pelukannya.

"Bagaimana ini? Aku tidak menjual tubuhku." Ucapku sembari tersenyum penuh godaan. Kedua tanganku melingkar di lehernya yang bekeringat, bersusah payah mengimbangi ciumannya yang terbilang dahsyat untuk seseorang yang mempunyai tampilan luar sedingin ini.

Ciuman berdurasi kurang lebih dua menit itu berlangsung panas. Sesekali ia menggigit bibirku hingga aku harus mendesah kesakitan. Tak mau mengecewakan konsumenku, aku membalas setiap ciumannya sebisa dan semampuku walau napasku nyaris habis. Seharusnya aku tidak tertipu, seseorang yang tampak dingin dari luar memang biasanya diam-diam menghanyutkan.

"Berapa?"

Dia mengakhiri ciumannya dengan sebuah kecupan lembut di bibirku. Sial, jantungku berdebar beberapa kali lebih cepat karena itu. Dia mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang dari sana.

"Cukup?"

Tanpa berpikir lama, aku mengambil dua lembar uang yang dikeluarkannya sebagai ganjaran atas ciumanku barusan. Dengan segera, aku memasukkan benda yang menjadi alasan utama kenapa aku mau bertindak segila ini kedalam tas yang aku jinjing.

"Tentu, lain kali jangan ragu untuk menggunakan jasaku." Aku tersenyum, agak geli ketika noda lipstik merah menyala yang aku pakai menempel di kulit sekitar bibir laki-laki itu. "Ada lipstik di bibirmu, kau bisa membersihkannya dengan ini."

Dengan senang hati, laki-laki itu mengambil tisu yang aku berikan kepadanya lalu mengusap bibirnya. Sebelum benar-benar pergi, dia sempat berterima kasih kepadaku seraya memberikan sebuah kartu nama dengan desain elit kepadaku.

"Namanya Jeon Wonwoo ya?" Aku bermonolog ketika laki-laki bermarga Jeon itu menghilang dari pandanganku. "Chief Marketing Officer? Hebat, dugaanku tidak meleset. Dia bukan orang sembarangan."

"Kurasa kau harus memperhatikan sekitarmu, kau terlihat seperti gadis gila yang tengah mabuk karena berbicara sendirian."

Keningku mengkerut, siapa perempuan lancang berpakaian 'sopan' yang tiba-tiba muncul didepanku ini? Gayanya cukup berkelas, ditunjang dengan fisiknya yang nyaris sempurna. Tubuhnya seramping iklan model susu suplemen diet, dua aset di dadanya terhitung sangat besar. Dia adalah tipe ideal dari kebanyakan tamu laki-laki kurang belaian di club malam ini.

"Apa aku punya masalah denganmu?" Tanyaku sarkas.

"Tidak juga, tapi aku punya penawaran menarik untukmu." Dia menarik kursi didepan meja bartender lalu duduk diatasnya. Menyilangkan kedua kakinya hingga paha atas perempuan itu terekspos bebas, membuat beberapa adam yang lewat didepannya bersiul nakal.

"Aku tidak tertarik."

Sebelum aku melangkah untuk menjauh darinya, perempuan itu mengatakan hal yang sangat tidak masuk akal kepadaku. "Haura Aprilia, Warga Negara Indonesia berusia 22 tahun. Kau bekerja sangat keras belakangan karena membutuhkan uang untuk operasi Ibumu di Indonesia. Aku benar, kan, Park Haera-ssi?"

Aku mendesah kesal, sempat berpikir beberapa saat sebelum akhirnya membalikkan tubuhku supaya bisa melihat perempuan itu lagi. "Apa maumu?" Putusku pada akhirnya.

"Atasanku ingin bertemu denganmu, dia akan memberikanmu penawaran yang sangat menguntungkan. Ikut aku atau kau akan menyesal."

Sejujurnya aku ingin menolak, atau setidaknya memberikan beberapa umpatan kepada perempuan kurang sopan itu. Namun sepertinya, kakiku sedang tidak dapat diajak berkompromi sehingga tanpa diperintah ia melangkah mengikuti perempuan itu dengan sendirinya. Mungkin aku terlalu lelah hari ini, seharusnya pukul dua malam, aku sudah lenyap dari bar untuk pulang ke rumah.

A W A Y  [KMG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang