Mingyu hanya perlu berkonsultasi ke klinik Lee Seokmin satu bulan sekali setelah ini. Dia melewati masa-masa sulitnya dengan sangat baik berkat dukunganku dan orang-orang disekitarnya. Kandunganku juga mulai membesar, usia Baby Kim sudah menginjak bulan ketujuh dan dia sudah dapat menendang perutku dengan kencang sampai aku kesakitan.
Tidak hanya itu, kabar baik juga datang dari Kim Minseo dan Joshua. Adik iparku itu berhasil menjalani program bayi tabung di rumah sakit Elizabeth Singapore bersama suaminya. Kandungannya memang lemah, mengharuskan ia pulang pergi ke rumah sakit untuk dirawat inap.
Sementara Joshua, dia bilang dia telah menemukan seseorang yang mampu membuat hatinya bergetar. Wanita beruntung itu adalah seorang perawat berdarah british yang memiliki mata sebiru lautan. Lucunya, dia akan dengan senang hati melepaskan perempuan itu kapanpun aku minta. Tapi bagaimana ya, sekarang fokusku adalah tentang Kim Mingyu dan anakku.
Jeon Wonwoo? Lama sekali aku tidak mendengar kabarnya. Menurutku itu bagus, kalau bisa, dia tidak usah kembali ke Korea dan menetap saja di California selamanya. Jujur saja, keberadaan laki-laki itu masih menjadi bayang menakutkan bagi diriku dan Kim Mingyu.
Suamiku mulai jarang berada di rumah, dia sibuk mengurus pembangunan resort barunya di Thailand sana. Mendapatkan satu hari libur dalam seminggu pun rasanya sulit. Jika tidak dirayu dan dipaksa, mungkin sekarang Kim Mingyu tidak akan ada di taman belakang rumah bersamaku.
"Kau mau beri nama Baby Kim siapa?" Tanyaku sambil menatap langit yang mulai membiru. Sinar matahari pagi baik untuk kesehatanku dan juga bayi dalam kandunganku.
"Kim Minwoo."
Aku sontak menoleh dan menatapnya tidak suka. Laki-laki itu tertawa lalu menarikku kedalam dekapannya. "Aku hanya bercanda."
Tapi candaanmu itu tidak lucu, Kim Mingyu. Apa? Menggabungkan nama Kim Mingyu dan laki-laki itu? Hey! Aku yang merasakan sakitnya saat kita membuat untuk pertama kali hingga berdarah, mengira masuk angin padahal aku sedang hamil, menahan sakit kalau perutku kram dan ditendang, tapi apa? Kurasa Kim Mingyu benar-benar hilang waras.
"Lepas, aku membencimu."
Aku mendorong tubuhnya hingga bergeser, Mingyu mengerucutkan bibirnya. Laki-laki itu melakukan tindakan tak terduga dengan hampir saja menjatuhkanku ke tanah. Aku menutup mataku, takut kalau-kalau tubuhku ini akan bertubrukan dengan rumput teki dibawah sana.
"Buka matamu," dia menyugesti, aku membuka sebelah mataku dan merasakan kalau sekarang aku melayang di udara. Kim Mingyu, laki-laki itu menahan leher bagian belakangku dengan tangannya. Dia tersenyum menggoda lalu mencium bibirku dibawah hangatnya matahari.
"Kau memaafkanku?"
Bagaimana bisa aku marah padamu kalau kau memperlakukanku seperti ini?
"Lepaskan!" aku meronta, namun laki-laki itu enggan melakukan titahku.
Ia membopong tubuhku secara tiba-tiba dan membawaku kedalam rumah, aku mengalungkan tanganku di lehernya. "Kalau aku melepaskanmu, setidaknya kau harus dirawat satu minggu di rumah sakit karena gagar otak dan cedera tulang belakang."
Aku tersenyum malu, menyusupkan wajahku di lekukan lehernya yang berbau lily. "Tapi kau menyebalkan!"
Dia menidurkanku diatas sofa. Laki-laki itu masih tidak melepaskanku, sofa yang sempit ini menjadi pembaringan kami berdua. "Kalau begitu bilang, kau ada saran?" dia balik mendesakku,
"Apapun asalkan bukan nama Korea." dia menjitak kepalaku, Mingyu berdecak.
"Marga ayahnya tidak boleh?"

KAMU SEDANG MEMBACA
A W A Y [KMG]
Fanfiction"He doesn't love me, he loves him." I answered. "Him?" Then I smiled, "Yes, him. he is the guy who standing in front of you now." Warn: The story contain with a MATURE part. Please be careful when you read this (17+) ©