"Ibuku akan sehat seterusnya 'kan? Apakah dia bertanya tentangku? Kau pasti lelah, ya? Ah, aku-"
Cerocosanku barusan harus berhenti karena tanpa permisi Joshua menempelkan telunjuknya dibibirku.
"Berisik, tanpa kau minta, aku akan menceritakan semuanya."
Hong Jisoo! Tahu tidak perbuatanmu barusan itu membuatku hampir saja jantungan! Untung saja bukan bibirmu yang menempel. Suasana Kafetaria juga tidak terlalu ramai, hanya ada orang-orang yang aku duga keluarga pasien yang ada disini.
Joshua menggeser gelas milkshake strawberry yang mulai mengeluarkan uap air itu kesamping. Ia memandangiku dengan tatapan kagum, "Setelah menjadi istri orang, kau semakin cantik"
Aku tersenyum remeh, "Sudah cepat ceritakan!"
"Baik, Nyonya Kim. Saat itu aku tiba pukul 3 pagi, kau tahu? Kondisi ibumu memburuk karena darahnya tidak bisa mengalir."
Aku menutup mulutku, tenggorokanku mulai sakit. Aku tidak tahu apa yang dirasakan ibu saat itu, tapi aku yakin dia kesakitan.
Joshua melanjutkan, "Aku sempat berdiskusi dengan tim dokter disana. Beruntung rumah sakit itu adalah rumah sakit besar. Aku segera membentuk tim, operasinya tidak bisa ditunda. Dan tepat pukul lima, operasi dimulai."
Joshua memutar kembali ingatannya di enam hari lalu, "Sekarang aku tahu kekuatanmu itu berasal dari mana."
Keningku mengernyit, "Maksudmu?"
"Ibumu itu kuat, dia bertahan dengan hebat meskipun sempat terjadi pendarahan beberapa kali. Jantungnya bahkan mengalami shock saat aku sedang memotong arteri-nya yang menyempit." Joshua menarik napas, "Sungguh, dia hebat."
Aku ingin sekali menangis, tapi air mataku ini tidak mau keluar. "Aku tahu dia hebat."
"Kekhawatiranku saat itu adalah takut jika tubuh ibumu menolak. Aku tidak bisa tidur, tapi dalam waktu cepat, Ibumu sadar dan vitalnya menunjukkan kalau ia baik-baik saja."
Aku tetap menyimak, "Keesokannya, dia banyak bertanya kepadaku. Aku tidak terlalu paham bahasa yang dia gunakan, jadi aku memanggil seorang penerjemah bahasa inggris saat itu." Joshua tertawa, matanya menghilang.
"Dia bilang aku tampan. Lalu dia menanyakan bagaimana bisa kau bertemu suamimu. Aku bilang kau menjadi pembantu disana dan dinikahi." Kali ini aku yang tertawa, Joshua ternyata masih ingat alibiku ketika merantau ke negeri ini. "Dia menanyakan pekerjaan suamimu, dan dia bilang... Mengapa tidak aku saja yang menikahimu."
Aku diam, Ibu pasti selalu begitu. Aku bingung apa yang harus aku katakan pada Joshua, rasanya berterimakasih saja tidak cukup.
"Aku harus bilang apalagi selain terimakasih?"
Joshua memandangku dengan intens, "Bayar aku dengan kebahagiaanmu."
Tahu tidak? Hatiku perih.
Saat aku hendak menyentuh punggung tangan Joshua yang menganggur, sebuah suara khas yang tidak asing bagiku merusak segalanya.
"Park Haera." Aku menoleh, laki-laki yang beberapa hari lalu datang ke pernikahanku itu berdiri disampingku dengan setelan jas yang lengkap. "Mari kita pergi." Tanpa permisi dia menarik tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A W A Y [KMG]
Fanfiction"He doesn't love me, he loves him." I answered. "Him?" Then I smiled, "Yes, him. he is the guy who standing in front of you now." Warn: The story contain with a MATURE part. Please be careful when you read this (17+) ©