Kim Mingyu
"Sejak kapan kau tahu?"
"Kemarin lusa, di kamar 281." Wajahku memucat, aku tertunduk dalam-dalam. Kakiku kunaikkan keatas dermaga, sekarang aku duduk dengan posisi memeluk lutut. Jadi perempuan yang aku lihat di lift itu benar-benar Haera?
"Kau... baik-baik saja?" Tanyaku, tangisannya baru saja reda. Seperti sebuah slow motion, perempuan itu menoleh kearahku dengan wajah pucatnya karena terlalu banyak menangis. Sebagian anak rambutnya menempel di wajahnya yang masih basah oleh air mata.
"Tidak, aku tidak baik-baik saja. Bagaimanapun aku ini adalah perempuan yang mencintaimu."
Sakit. Ada rasa perih yang tiba-tiba aku rasakan ketika mendengarnya berbicara. Seharusnya aku tidak begini, tidak boleh ada perasaan pribadi dalam urusanku dengannya yang bisa dibilang merupakan sebuah relasi bisnis. Terdapat luka yang teramat dalam bola matanya yang secoklat kacang Hazel itu. Aku tidak suka melihatnya menangis, dan kalau bisa, aku tidak ingin dia tahu perihal fakta yang membuatnya harus terluka seperti sekarang.
Kami bungkam cukup lama. Ingatanku terputar pada tiga tahun silam, saat Jeon Wonwoo menyelamatkan hidupku dari atap. Saat itu aku kehilangan warasku, merasa kalau hidup yang aku jalani terlalu berat. Bayangkan saja, di usiaku yang masih muda, aku sudah dibebani tanggung jawab atas perusahaan yang diwariskan mendiang orang tuaku.
Jeon Wonwoo bagai malaikat. Dia menarik tanganku yang tergantung di pagar pembatas. Laki-laki itu melakukan segenap upaya untuk manguatkanku, menghiburku dan sebisa mungkin selalu ada di sisiku.
Hingga satu hari yang tak kuharapkan tiba. Kenyataan kalau Jeon Wonwoo menyukaiku tentu membuatku terkejut. Aku tidak menolak karena merasa memiliki hutang budi. Dan aku tidak menyangka kalau penyimpangan orientasinya bisa menular terhadapku dan membutakan hatiku.
Tapi kau tahu? Kehadiran Haera seolah menjadi plot twist dalam hidupku. Aku merasa hidup saat didekatnya, merasa ingin selalu melindunginya. Jati diriku yang sempat hilang kembali padaku. Ia... Perlahan mengikis tembok besar yang membatasi diriku.
Aku ingin selalu bersamanya seperti saat ini, tinggal di pelukannya seperti malam kemarin, mengomeli dirinya yang teledor, mengelus perutnya yang membesar, dan hal-hal sepele lain yang bisa aku lakukan. Tapi... Melepaskan Jeon Wonwoo? Itu sulit juga bagiku, aku tidak tahu kenapa dan tidak mengerti dengan perasaanku sendiri. Aku... Tidak bisa melepaskannya.
Makanya tadi aku bilang, aku mau, tapi aku tidak bisa.
Aku mau bersamamu, tapi aku tidak bisa meninggalkan Wonwoo. Iya, kalian boleh maki aku dengan sebutan egois. Aku tidak akan menyangkal, silakan saja.
Perempuan itu menyentuh pipiku, "Kau pernah jatuh cinta?"
Aku menahan pergerakan tangannya di pipiku. Dulu sekali, saat SMA aku pernah jatuh cinta pada seorang gadis. "Pernah,"
"Apakah rasanya sama seperti saat kau jatuh cinta pada Jeon Wonwoo?"
Jatuh cinta pada Jeon Wonwoo? Apakah aku benar-benar mencintainya? Tapi aku tidak pernah merasakan sesuatu yang serupa seperti saat aku jatuh cinta pada Hyesoo. Ah, benar, perempuan itu pasti sudah menikah sekarang.
"Rasanya berbeda,"
Haera memegang kedua tanganku, ia mencium pipiku dengan bibir ranumnya. Aku... Ah, sial! Kenapa sesuatu dalam dadaku menjadi tidak karuan seperti ini?
"Bagaimana rasanya?"
Aku harus menjawab apa? Rasanya... Indah. Tapi aku tidak boleh begini, Perasaan ini tidak boleh ada. Tidak seharusnya jantungku berdebar untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A W A Y [KMG]
Фанфикшн"He doesn't love me, he loves him." I answered. "Him?" Then I smiled, "Yes, him. he is the guy who standing in front of you now." Warn: The story contain with a MATURE part. Please be careful when you read this (17+) ©
![A W A Y [KMG]](https://img.wattpad.com/cover/125519081-64-k771749.jpg)