6. Am I sick? or...√

6K 755 53
                                    

Ini sudah dua minggu sejak terakhir kali kami melakukan 'itu'. Tidak ada tanda-tanda bahwa aku hamil anak darinya, mungkinkah lahanku kurang subur? Ataukah bibitnya yang kurang unggul? Atau... Tidak, aku tidak mau melakukannya untuk kesekian kali.

Kim Mingyu tidak ada dirumah sejak dua hari lalu, dia memiliki jadwal tour ke Taiwan untuk mendiskusikan perihal pembangunan resort dan tempat wisata barunya disana. Seperti biasa, dia akan meninggalkanku tanpa beban seolah-olah keberadaanku hanyalah hiasan dalam hidupnya. Oke, itu bukan masalah, aku hanya perlu tahu diri.

Aku merasa seperti akan mati kebosanan karena terus berdiam diri dirumah seperti anak gadis. Barusan aku sudah mengirimi Joshua pesan singkat, dan dia bersedia untuk diajak bertemu hari ini. Meski sialnya Seungkwan harus ikut, pun Yerin yang sudah dua hari terakhir membuntutiku seperti seorang bodyguard.

"Kau tidak perlu ikut."

"Kim Mingyu akan membunuhku."

Aku berdecak, ujung dress Babyblue selutut yang aku pakai terangkat sedikit ketika aku menjatuhkan diriku didepan meja rias. "Aku ada kencan dengan Joshua."

"Aku juga, aku memiliki kencan dengan Seungkwan."

Aku membelalak tak percaya melalui cermin, "Kau berbohong kan? Mana mungkin perempuan sempurna sepertimu menyukai Seungkwan."

"Aku serius. Dia kaya dan menyenangkan, aku menyukainya." Aku tidak habis pikir dengan perempuan satu ini... kalau mau, Kim Mingyu bisa saja bertekuk lutut didepannya karena kesempurnaan fisik yang dia miliki. Kenapa harus Seungkwan?

"Oke, aku percaya. Mari kita berangkat, kencanku hari ini harus sempurna." Putusku, tak mau ambil pusing dengan urusan asmara orang lain.

Kami tiba dipinggiran sungai Han satu jam kemudian. Joshua dan Seungkwan sudah tiba disana lebih dulu, mereka memakai kaos santai dan kacamata hitam yang hampir mirip. Keduanya melambai dan tersenyum kepadaku, bergantian dengan Yerin yang tertinggal dibelakang karena kesulitan berjalan akibat hak tinggi yang dipakainya.

"Yeriiiin!!" Aku merinding, sungguh. "Ayo kita berjalan-jalan. Mau kugendong? Ah, kau ini... Sudah kubilang jangan memakai sepatu seperti itu."

Aku dan Joshua saling pandang, tangan malaikatnya menyelinap ke sela-sela jariku yang kecil. Laki-laki itu membawaku pergi menjauh dari Seungkwan dan Yerin, dia mengajakku duduk diatas batu semen yang terletak di pinggiran sungai.

Udara di Sungai Han siang itu terasa begitu sejuk, mungkin karena musim semi baru saja menyapa. Hamparan air berwarna hijau kebiruan itu nampak tenang sesekali terbawa angin hingga mencapai daratan. Beberapa kapal besar sesekali lewat, entah itu Ferry yang digunakan untuk berwisata, ataupun kapal pesiar lain yang mengangkut berbagai jenis benda menuju dermaga.

Joshua masih menggenggam erat tanganku, wajahnya yang damai terasa menyejukkan jiwaku. Dia tersenyum dengan bibir tipisnya yang beberapa kali pernah kucicipi itu. "Apa kabar, Nyonya Kim?"

"Baik, dokter Hong." Balasku, "Kenapa kau tampak sedih hari ini?"

"Aku hanya... Hanya menyesali kenapa aku tidak menikahimu sejak dulu. Rasanya sakit ketika melihatmu menjadi istri orang lain." Aku selalu heran kenapa Joshua selalu tersenyum seburuk apapun kondisi hatinya.

"Joshua, aku tidak pantas untukmu."

"Lantas, Kim Mingyu pantas? Aku tahu Mingyu menang dalam banyak hal, dia kaya dan memiliki-" Aku tidak suka jika Joshua membanding-bandingkan dirinya dengan Kim Mingyu seperti ini. Laki-laki itu terlalu banyak berbicara hingga dengan terpaksa-namun tulus, aku menjejali bibirnya dengan bibirku.

A W A Y  [KMG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang