"Kau sungguh akan mengirimku ke Indonesia?"
Park Haera bertanya untuk kali kesekian ratus dalam kurun waktu satu bulan. Semenjak keluar dari rumah sakit beberapa minggu lalu, Park Haera selalu aku bawa kemanapun supaya aku bisa menjaganya dan memastikan jika perempuan itu aman dari apapun. Kadang perempuan itu ikut keluar negeri untuk kunjungan bisnisku, dan dia terlihat menikmati itu.
Aku menyimpan tumpukan kertas yang aku keluarkan dari dalam binder arsip di sudut meja kerjaku, menyeret kursi yang aku duduki agar dapat lebih dekat dengan Haera. Lutut kami bersentuhan, tanganku mendarat di pahanya yang tidak seberapa besar itu.
"Untukmu, untuk baby Kim." Ucapku kemudian mengecup bibirnya sekilas.
"Tapi tetap saja hal itu tidak menjamin keselamatanku, Jeon Wonwoo tahu perihal apartemen dan toko bunga yang kau belikan untukku." Dia mengerucutkan bibirnya, sempat menjilat permukaan bibirnya sendiri untuk merasakan rasa manis dari bibirku tadi. Oh, lucunya.
"Aku tidak seceroboh itu, nyonya Kim. Tak usah khawatir, percayalah padaku." Imbalan yang aku berikan pada Haera tentu tanpa sepengetahuan Wonwoo. Yang laki-laki itu tahu, aku membayar Haera dengan sejumlah uang dan operasi ibunya yang dilaksanakan beberapa bulan kebelakang.
"Kau tidak akan meninggalkanku kan?"
Aku tersenyum padanya, kemudian mengangkat tubuhnya yang mulai menggemuk itu dan membawanya menuju sofa besar di tengah ruang kerjaku. Lantai ke sembilan dari Solid Company tidak bisa diakses oleh sembarang orang, itu artinya aku bisa melakukan apapun yang aku mau tanpa harus takut akan gangguan yang tidak terduga.
"Tidak akan." Jawabanku sepertinya cukup untuk membuatnya diam dan menutup mulut. Aku membaringkan Haera diatas sofa kemudian ikut tertidur disampingnya, membiarkan kepalanya menindih lengan atasku dengan nyaman.
"Besok kau ada jadwal bertemu dokter Seokmin ya?" Haera mengingatkan. Benar juga, besok aku memiliki jadwal konsultasi untuk kelima kalinya di bulan ini. Laki-laki gila itu bilang, aku sudah mengalami perkembangan yang cukup tinggi. Selain karena teknik pengobatannya yang tidak lagi diragukan, dia juga sering melakukan hypnoterapi untuk menghilangkan sugesti-sugesti yang dulu sempat menjadi dasar kenapa aku bersikukuh bertahan untuk Jeon Wonwoo.
"Kau mau mengantarku?" Tanyaku seraya menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajahnya,
"Aku akan mendampingimu kemanapun." Dia terdengar tulus.
Park Haera menatapku, dia tersenyum tipis ketika jemarinya menyentuh tiap mili kulit wajahku. Tangannya memainkan rambutku, dia sangat suka melakukan kebiasaannya yang terbilang aneh itu.
"Aku suka warna rambutmu." Katanya, kemudian dia menyentuh hidungku dan berhenti di bibirku. Semua sentuhannya membuat sesuatu dalam diriku berangsur naik dan minta dikeluarkan. Oh, ayolah, ini bukan waktu yang tepat untuk itu.
"Bibirmu..." Dia mengecup bibirku agak lama, matanya yang indah itu terpejam selama beberapa detik sebelum akhirnya terbuka kembali. "Aku suka bibirmu." Tambahnya, sukses membuat celanaku terasa sangat sempit sekarang.
Aku baru ingat, di setiap pertemuan konsultasiku bersama Lee Seokmin, laki-laki yang berstatus sebagai Psikiater itu selalu memberikanku suntikan hormon. Dia bilang aku harus sering-sering mendapat rangsangan agar dapat pulih sepenuhnya. Dan lihat akibatnya, libidoku merangkak naik hanya karena mendapat sedikit sentuhan dari Park Haera.
"Are you teasing on me, Park Haera?" Haera tertawa, dia menggeleng pelan diatas lenganku.
"Am I?" Ia malah semakin menjadi, sekarang tangannya menyentuh leher dan tengkukku. Dia membuatku menggila dan aku tidak dapat menahannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A W A Y [KMG]
Фанфикшн"He doesn't love me, he loves him." I answered. "Him?" Then I smiled, "Yes, him. he is the guy who standing in front of you now." Warn: The story contain with a MATURE part. Please be careful when you read this (17+) ©
![A W A Y [KMG]](https://img.wattpad.com/cover/125519081-64-k771749.jpg)