9. Now I Know

4.4K 592 102
                                    

Setelah aku dinyatakan hamil, Kim Mingyu menjadi sangat over protektif terhadapku. Tidak hanya itu, dia juga menjadi suami siaga dalam artian siap antar jaga kemanapun aku ingin pergi. Aku senang karena merasa seperti aku benar-benar menikah dan punya suami, tapi di sisi lain aku sedih karena perhatian yang diberikan Mingyu bukan semata-mata untuk diriku, tapi untuk bayi dalam rahimku-Baby Kim.

Baby Kim juga sedikit manja, dia selalu ingin bertemu ayahnya setiap saat. Tidak jarang aku secara mendadak datang ke kantornya dan mengganggu pekerjaan Kim Mingyu. Atau ketika laki-laki itu berada di luar negeri, aku selalu membombardir ponselnya dengan pesan dan panggilan hingga desahan kesal keluar dari sana.

Satu hal yang harus kalian ingat, Kim Mingyu menjadi lebih sabar dan tak pernah marah kepadaku semenjak kehadiran Baby Kim.

Ketika usia kandunganku menginjak bulan pertama, Kim Mingyu harus ekstra sabar menghadapi perubahan moodku yang cukup drastis. Dia juga harus berganti profesi menjadi seorang perawat ibu hamil ketika berada di rumah jika kebetulan aku sedang mengalami morning sickness atau mual muntah mendadak kapanpun itu.

Di bulan kedua, permintaan aneh mulai bermunculan. Aku tidak tahu bagaimana jenis-jenis keinginan itu muncul, yang pasti semuanya seakan ada yang membisikkan. Salah satunya adalah aku ingin mangga muda dari pohon tetangga, yang mana Kim Mingyu mesti rela digonggong oleh anjing Bulldog sebesar anak sapi hingga seisi komplek menjadi gempar.

Atau ketika aku menginginkan ayam goreng pedas di jam dua pagi. Kim Mingyu langsung pergi dengan motornya entah kemana dan kembali satu jam kemudian dengan wajah lelah dan sekantong ayam goreng. Laki-laki itu bahkan menemaniku menghabiskan semua ayam gorengku hingga tak bersisa sedikitpun selain tulang belulang. Dia bilang, aku tidak sedang ngidam melainkan kesurupan.

Titah Ibu hamil adalah titah Tuhan.

Katakan begitu, karena jika kau tidak melaksanakannya, maka hukumnya dosa bagimu. Entah pemikiran dari mana, namun semua ibu hamil di klub khusus calon Ibu berkata demikian. Dan Kim Mingyu sepertinya menjadi salah satu dari pelaksana titah itu.

Dia suka perutku yang membesar. Katanya, badanku yang kecil membuat kandunganku yang baru menginjak bulan keempat itu seperti kandungan usia enam bulan. Memang sih, entah badanku yang kekecilan atau Baby Kim yang akan mewarisi gen bongsor seperti Ayahnya, aku tidak tahu.

Orangtuaku tidak tahu kalau aku sedang mengandung. Katakan aku tidak mau membuat mereka kecewa karena nantinya anakku tidak bisa mereka anggap cucu karena di akta lahir nanti ibunya bukan diriku. Lain halnya dengan Joshua yang merasa senang dengan kehamilanku. Katanya dia akan menjadi Ayah begitu aku diceraikan Kim Mingyu. Dokter Hong, jika saja kau tahu ada apa dibalik pernikahan dan anak ini, kau pasti tidak akan pernah mau kenal denganku lagi.

Belakangan aku sering mengutuk diriku sendiri. Entahlah, tapi semakin kesini, aku mulai kehilangan profesionalitasku sebagai 'pegawai' Kim Mingyu. Perasaan yang sangat dilarang keberadaannya oleh Yerin dan Chanyeol perlahan mulai muncul. Lagipula, perempuan mana yang akan bersikap biasa saja ketika dirimu dinikahi, dihamili, kemudian diperlakukan seperti ini?

Sejak satu jam yang lalu, aku ditemani Kim Minseo dan Park Chanyeol yang berkunjung ke rumah untuk mengantarkan oleh-oleh dari Brazil kepadaku. Sepasang suami istri itu baru saja kembali berlibur dua hari yang lalu. Entah kenapa, aku merasa iri. Aku juga ingin berlibur seperti mereka.

"Aku yakin keponakanku ini akan tampan seperti pamannya."

"Mana ada! Dia akan cantik seperti ibu dan bibinya."

"Kita belum tahu jenis kelaminnya."

Aku menengahi sambil memindahkan dua gelas lemon tea dari nampan keatas meja. Entah kenapa aku selalu suka dan senyum-senyum sendiri setiap melihat pertengkaran tak berguna dari pasangan ini.

A W A Y  [KMG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang