Jika kalian bertanya bagaimana perasaanku pagi ini, maka jawabannya buruk. Sangat buruk.
Kepalaku berat sekali, mungkin karena aku terlalu banyak tertidur setelah tumbangnya tubuhku kemarin sore. Sungguh, aku bahkan tidak mengerti kenapa diriku bisa menjadi selemah itu. Pergi pagi pulang pagi saja aku sudah biasa dan tidak pernah tumbang seperti ini. Tapi kemarin... Hhh, mungkin imunitasku menurun.
Oh, ayolah. Sejujurnya aku tidak mau terbawa perasaan seperti sekarang. Aku tidak bisa tertidur karena kecupannya di keningku kemarin, bahkan ketika laki-laki itu pulang dalam kondisi setengah mabuk di jam dua pagi, aku masih terjaga dan jantungku... Jantungku berdebar hanya karena mendengarnya mendesah lelah.
Ketika aku bangun beberapa menit lalu, Kim Mingyu sudah tidak ada disampingku. Padahal semalam dia melingkarkan tangannya diperutku dan tertidur pulas disini bersamaku. Ini baru jam 7, matahari saja baru muncul dan Kim Mingyu sudah menghilang.
Aku menoleh kearah samping ketika bau makanan enak tercium oleh hidungku. Ada semangkuk bubur abalon yang masih mengepulkan asapnya diatas nakas bersamaan dengan segelas susu tawar hangat. Secarik note kecil juga tertempel disana dengan tulisan hangul yang ditulis rapi.
'Makan.'
Perintahnya. Suaranya terngiang dikepalaku begitu saja saat aku membaca satu kata yang tertera disana. Aku berdecih pelan, Kim Mingyu memang otoriter. Tidak bisakah dia berbasa-basi sedikit kepadaku? Misalnya, 'Selamat pagi istriku, makan bubur ini ya♥' dengan tanda love diakhir catatan?
Bubur abalon yang entah dibuat Mingyu dengan iklas atau tidak itu aku habiskan hingga tak bersisa. Perutku masih terasa kembung, rasa mual itu bahkan kembali menyerangku tepat ketika aku menghabiskan segelas susu tawar hangat yang tersaji diatas meja. Beruntung kali ini aku tidak sampai muntah, hanya saja produksi liurku yang meningkat membuatku sedikit terganggu.
Tak lama setelah itu Min Yerin tiba ke rumahku dengan setumpuk map yang dibawanya tergesa-gesa. Perempuan itu tidak memiliki waktu barang sebentar saja untuk mengatur napasnya yang terengah.
"Kau kenapa?" Tanyaku ketika dia masuk ke kamarku dan mulai mengobrak-abrik meja Kim Mingyu.
"Kim Mingyu meninggalkan bahan presentasi meetingnya diatas meja kerja. Dia meneleponku." Jawabnya tanpa melihatku.
"Kau terburu-buru sekali, ya?"
"Hm, meetingnya harus dilakukan sebelum jam sembilan pagi. Dia memiliki dua meeting lagi setelah itu dan harus diselesaikan sebelum pukul tujuh." Ada senyum lebar di wajahnya ketika sebuah diska lepas berhasil ia temukan, "Kim Mingyu sudah memberitahumu kan kalau malam ini kalian akan datang ke pesta ulang tahun Presdir Xu?"
Keningku berkerut, "Ulang tahun?"
"Kukira dia memberitahumu. Pokoknya siapkan dirimu dan pastikan ketika Kim Mingyu menjemput nanti kau sudah cantik. Dia meninggalkan black card miliknya disana, kau bisa belanja sendiri kan?" Yerin menunjuk laci bawah meja Kim Mingyu dengan dagunya. Perempuan itu cepat-cepat pamit ketika ponselnya bergetar sekian kali. Barang bawaannya sudah cukup banyak, namun dandanannya cukup mengkhawatirkan. Hotpans serta sepatu setinggi 15 senti itu bisa membunuhnya kapanpun.
Aku mengambil ponselku yang sejak kemarin sore tidak aku buka. Ada dua pesan disana, yang satu dari Kim Mingyu dan satunya dari Jeon Wonwoo. Sebentar, Jeon Wonwoo?
'From : Mr. Jeon
Ada waktu siang ini? Mau berkeliling ke mall bersamaku?'
Tawaran yang bagus, aku tidak punya teman pergi untuk belanja omong-omong.
KAMU SEDANG MEMBACA
A W A Y [KMG]
Fanfiction"He doesn't love me, he loves him." I answered. "Him?" Then I smiled, "Yes, him. he is the guy who standing in front of you now." Warn: The story contain with a MATURE part. Please be careful when you read this (17+) ©