"Ini siapa sih yang nggelar hajatan?" Seorang ibu-ibu sibuk ngerumpi sama bang Jan (abang blanjaan) didepan kompleks.
Bang jan kebetulan kenal agak akrab sama Alif ikut menimpali, "bukan hajatan buk. Ini baru kumpul keluarganya si Alip. Mau nikah dia bu."
Ibu muda yang lain terperanjat kaget. "Alif yang ganteng sholeh itu? Yah. Kok nikah. Padahal udah aku besanin sama anakku."
Bang jan pengen ketawa tapi nggak jadi.
"Kasian buk kalau nunggu anaknya ibu. Kan baru bisa jalan."
"Lagian anak masih batita dijodohin sama dedek-dedek cakep. Ntar pas si ceweknya lagi onfire dikasur. Cowoknya udah loyo".
Meledaklah tawa diantara mereka. Pagi-pagi udah ngurusin soal kasur.
Dasar ibu-ibu.
***
Keluarganya datang bawa rombongan.
Padahal lebaran tahun lalu ia masih dibully sama sepupunya.
Rata-rata dari mereka emang udah pacaran lama dan sekarang udah keluar anaknya.
Cuma dia sendiri yang duduk dipojokkan sambil ngitung jari.
Ngenes pokoknya.
Yang kemarin malam geger bilangnya mau nikah dan seketika membuat orangtuanya pesan tiket terbang malam itu juga.
"Buk. Ini lho. Fotonya." Alif memperlihatkan sosok Adel.
Rasanya seperti air surga mengalir disela-sela nadi. Membasahi kekeringan yang selama ini melanda.
Ibunda Alif memeluk putranya.
Ia memang sudah dewasa.
"Kalau mas Alif yakin, insyaallah ibu sama bapak restu. Yang penting kan mamas bahagia." Bapak yang baru saja sarapan tiba-tiba muncul dari belakang dan memegang pundak putranya itu.
"Yang penting kamu jangan grogi nanti." Vino, bapak satu anak itu menasehati.
"lebih greget daripada sidang s2 ku Lif." Rachel juga nggak mau kalah.
"Oh ya. Kalau bokapnya Adel galak. Kita siap ko nemenin kamu lari bareng." Vino menambahkan
"Trus nanti upload di IG. Jadi viral tuh."
Sepupu-sepupu Alif cuma ketawa ngikik pas tau wajah cowok itu berubah pucat sekarang.
Barisan panjang juga sudah antri dibelakangnya, Khitbah! Siap dimulai.
Akhirnya kesepakatan telah ditentukan.
3 november 2017, di Semarang.
Mereka akan mengikat janji suci. Terhitung Alif dan Adel hanya punya waktu 2 bulan untuk mempersiapkan semuanya.
"Tapi aku nggak mau nikah seperti Bang Willy, atau Mbak Wina atau Bang Aidra." Adel sedikit ngeyel soal tempat resepsi pernikahannya.
"aku ingin yang sederhana aja buk. Di KUA, terus pengajian dirumah. Soal resepsi mewah-mewah nggak mau."
"Lho, bapak sama ibu itu udah nabung buat pernikahan kamu. Dan Alif juga anak bontot, orangtuanya juga pasti sudah mempersiapkannya Del." Bapak Adel merasa kurang setuju dengan idealis putrinya
"lagian kamu lihat dong, orangtuanya Alif saja direktur BUMN, lha nanti tamunya gimana?"
Adelia terdiam.
Perasaannya kalut, sebenarnya dia punya alasan, mengapa ia tak mau menggelar pernikahan mewah.
"Pokoknya Adel nggak mau nikah gede-gede!"
***
Pernikahan putra tante Lilis di Kendal 4 tahun yang lalu.
Seluruh keluarga besar Wibisana menyambut bahagia.
tante Lilis akhirnya bisa melebarkan paru-parunya, usai anak terakhirnya sah meminang seorang gadis asal Brebes.
Acara Ngunduh Mantu itu di gelar besar-besaran, bahkan sampai melebihi acara resepsi itu sendiri, Ibu Adel dipasrahi menjadi patiserrie chef, sementara Adel memegang job jadi fotografer -dadakan- pengantin.
Namun sebuah kejadian membuat gadis itu berpikir ulang untuk melakukannya.
Saat pihak juru masak masing-masing keluarga saling menyalahkan, karena perbedaan adat yang mereka yakini, di jawa tengah sendiri ada berbagai jenis ukuran untuk menghidangkan makanan pada tamu pengajian, menurut ibu Adel dan neneknya, ukuran yang dihidangkan sudah cukup pas, tapi itu berbeda.
Hingga akhir acara itu barulah terjawab semuanya, biaya Ngunduh Mantu melebihi budget yang dianggarkan. Tante Lilis sampai menjual beberapa sapi peliharaannya untuk menutupi hal itu.
"Lha nanti kalau seperti tante Lilis gimana? Bapak punya sapi? Sawah?" gerutu Adel kesal "Aku nggak mau jadi anak durhaka pak, buk. Tapi ijinkan aku buat bikin acara sederhana aja, nggak usah ada rias, siraman, nginjak telur dan sebagainya. Sederhana aja pak, buk." Kata Adel seraya menggosokkan kedua tangannya, memohon.
Pandangan mata Bapak Ibu Adel hanya pasrah, "ya udah kalau adek pengennya gitu, nanti bapak bantu bilang sama orangtuanya mas Alif."
Adel tertawa bahagia "Makasih pak, buk." Ia melayangkan kecupan di kedua pipi orangtuanya. "Insyaallah aku juga bujuk mas Alif."
______________________________________________________________________________
Terimakasih buat para pembaca, jujur nih beberapa penggalan cerita emang beneran asli kejadian, dan cukup nyesek pas hari bahagia besoknya malah bencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf (TAMAT)
Teen FictionTaaruf [Tamat] -> Menikah (Udah RILIS!!!) Bisa di Cek di Karyaku!!! Adel Alif bakal jumpa lagi