ini adalah bentuk apresiasiku buat para pembaca, ataupun silent reader yang udah mau menyempatkan baca cerita gabut, aneh, kebanyakan drama dan ngga jelas ini.
taaruf diperpanjang episodeeeee~
semoga kalian-kalian jadi makin rajin mampir, ngasih komentar atau vote ya.
(aku akan sangat menghargainya. Gamsahamnida ^___^ )
***
Usai hadir di acara kondangan yang 'menghebohkan' itu, kepala Adel jadi berpikir sedikit keras.
SOMPRET si Bima.
dia pikir semua cewek itu tester apa? dicoba dulu baru di nikahin! dikiranya punya bini tuh segampang pilih parfum?
coba deh kalau dia punya anak cewek, tuh di grepe-grepe sama pacarnya, terus hamil?
emang, bener kalau cowok sompret ya dapetnya cewek macem begitu.
Mas Willy yang membawa segelas kopi panas, punya ide jahil buat bikin kaget adiknya.
"WOIIi!!! NGAPAIN LO!! SORE-SORE BENGONG!!"
Reflek gerakan tangan Adel menyambar gelas kopi itu, dan membuat minuman panas itu tumpah tak bersisa.
"untung ini nggak kena tanganmu del." Willy sedikit sewot.
"Dih abang! Sewot. Harusnya aku yang sewot lagi nggibah sendiri malah dikagetin. Kan tumpah tu minuman. Ambil LAP!"
ajaibnya si Willy nurut juga, masuk ke dalam mengambil lap dan membersihkan sisa tumpahan kopi hitam.
"Lagian kamu ghibah in siapa sih? Ghibah kok sendirian. Bagi-bagi dosa kek."
"Mana ada orang yang mau dapet dosa bang Willy." Adel tak kalah gemas.
"Jadi siapa to yang bikin kamu jadi doyah ngibah? Eh gimana tadi? Dateng ke nikahannya Bima? Sama siapa?" Pandangan willy jadi sedikit 'mengejek' "sendirian ya?"
Adel makin sebal, "ya iyalah sendiri. Masa ajak abang grab buat nemenin."
"Si alif?"
"Alif kan belum halal buat Adel om!"
"Ya udah buruan gih cerita. Siapa yang ente ghibain tadi."
Percakapan berlanjut dari prosesi kondangan itu dimulai.
Dimana ia bertemu dengan Bima, Okti hingga pergunjingan bahwa si mempelai wanita hamil duluan.
Parahnya si Adel yang kebanyakan nonton drakor Empress Dignity jadi sedikit nambahin Drama.
"Trus bang. Aku tuh niat pas mau pulang mau nyanyi lagunya Via Vallen. Yang judulnya. Ditinggal rabi."
"Serius lo del?"
Polosnya Willy kena tipu adiknya.
Dan laki-laki itu tengah bertepuk tangan, melihat bagaimana aksi heroik adiknya yang dengan lantang memproklamirkan bahwa dirinya pernah menaruh hati pada mempelai.
"Trus kamu video nggak? abang pengen lihat."
Adel jadi tersenyum jahil. " gimana mau video. Lha wong ceritanya aja NGIBUL." Lalu ia bergegas kabur sebelum bang willy sadar.
Kena tipu dia. Hahahahahahhaha
***
Sorenya adel sedang menggendong Keken. Mbak Vita lagi sibuk melayani suaminya yang mendadak minta dibuatin mie rebus sama telor.
"Kalian bisa nggak sih, mesra-mesranya di kamar aja. Yang nonton Keken gitu." Protes Adel.
Dia sakit mata juga lama-lama.
Lha si Abangnya lagi bergelayut manja, dan si istri juga ngusrek-ngusrek manis ke punggung suaminya.
"CUKUP!!" Teriak Adel.
Untung si bayik kalem, udah biasa dengerin tantenya teriak-teriak.
"Pergi yuk Ken. Ntar kamu kelamaan disini malah punya adek baru ntar."
Bang Willy dan mbak Vita malah tambah kenceng ketawanya.
Seminggu lagi dia menikah, tapi babarblas nggak ada dewasa-dewasanya.
Ya dewasa pas dihadapin sama Bima. Berlagak tangguh, Dingin dan susah di ajak balikan.
Padahal kalau diselami lebih dalam, adel sebenarnya rapuh, butuh sandaran dan ia belum sepenuhnya menyadari kalau pernikahan itu tak seindah di drama korea.
"Del. Sibuk?" Mbak Vita melonggokkan kepalanya
"Nggak mbak. Kenapa?"
Vita perlahan duduk di kasur, sejajar dengan Adel dan berusaha tenang. Karna pembahasannya kali ini jauh lebih intens.
"Kamu beneran udah siap nikah kan, Del?"
"Kenapa mbak Vita tiba-tiba tanya gitu?"Vita tersenyum lembut, "kemarin mbak baru aja ikut kurwap. Dan jadi inget soal kamu."
"Inget gimana mbak?"
Vita lebih mendekatkan posisi duduknya hingga benar-benar 'enak' untuk bercerita.
"Mbak kan udah nggak sebebas dulu untuk ngapa-ngapain. Semua tergantung bang Willy. Kemana-mana musti ijin sama bang willy. Dann....""Dan gimana mbak?"
"Dan mbak udah nggak ada kewajiban buat menomorsatukan orangtua mbak. Tapi beda kalau sama bang Willy. Dia masih ada kewajiban sama Bunda. Kamu paham itu kan?"
"Paham mbak."
Vita menghela nafas lega, mengetahui Adel memahami bahwa pernikahan tidak hanya untuk melepas kegalauan, kalau pas kondangan datengnya sendiri, atau kalau lihat pasangan gandengan rasanya pingin nyakar si mbaknya.
Bukan.
Menikah itu menyatukan dua kepala jadi satu, menyatukan dua jalan berbeda arah menjadi satu, menyatukan dua keluarga besar menjadi satu.
Menikah itu bukan untuk menuruti ego masing-masing, menikah itu untuk mengalah, untuk memecahkan masalah bersama, mencari solusi dengan pasangan.
Menikah itu untuk mendidik anak bersama, meregenerasi menjadi lebih baik dan memikul tanggung jawab masa depan bersama.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf (TAMAT)
Teen FictionTaaruf [Tamat] -> Menikah (Udah RILIS!!!) Bisa di Cek di Karyaku!!! Adel Alif bakal jumpa lagi