Drama 12

2.9K 113 1
                                    

Undangan itu akan dikirim 2 minggu lagi.

Dan persiapan nyaris 89%.

Decor done.

Dress done

Makeup done

Dan Alif hanya bisa memberikan semangat pada Adel. Lewat secarik note diatas meja belajar calon istrinya itu.

Semangat sayang. Aku kerja dulu. Besok habis nikah kita kaburnya ke Jerman 😂. Kamu yang sabar ya 😉.

Duh!! Alif diajarin siapa sih kok bisa nggemesin pagi-pagi.

"Jangan lupa ya Del. Nanti kamu check daftar menu yang udah Mama pilihin kemarin." Ibunda Alif nonggol dari balik pintu.

"Iya. Nanti Adel cek."

Disebuah mini resto, Adel janjian dengan WO yang ditunjuk oleh keluarganya Alif.

Seorang wanita berpenampilan elegant dan menampilkan wajah ramah khas customer service.

"Mbak Adel sendirian?" Tanyanya begitu berdiri sejajar dengan Adel.

"Iya. Mas Alif kerja. Ibu dan Ayah juga sibuk. Hari ini mau bahas soal apa mbak?"

"Daftar menu mbak Adel. Tadi ndak dikasih tahu to?"

Bodohnya Adel kelupaan padahal Mama Alif udah pesen.

"Oh iya. Saya lupa. Maaf eheheh...."

Mbak Ghina namanya.

Ia menyerahkan daftar list Restaurant terbaik dengan sajian mahal nan mencekik leher.

Bahkan ada yang persatu kali makan bisa buat nyicil motor.

Bujubuneh!!

"Hmmm...." Adel menimbang sebentar seraya melirik Ghina. "Mbak. Ini list Restaurannya nggak ada yang agak miring ya?"

"Miring gimana mbak Adel?"

"Agak murah dikit. Kok harganya nggak ada yang nolnya 4 apalagi 3. Semuanya 6."

Ghina terkikik pelan.

Polos banget nih bocah. Batinnya.

"Kita emang sengaja nggak menyediakan harga yang murah mbak. Karna semalam saya dapat telepon, kalau pak presiden bersedia hadir."

Hah? Presiden? Hadir? Dinikahanku? Omigod omigod omigod!!!!!

"Makanya mbak. Saya nyari Restauran yang standart nya terbaik di negeri ini. Mbak bisa mulai milih dari menu rumahan atau western atau oriental. Semua ada."

Mendadak perut kram dan kepala Adel berasa pusing.

***

Ponsel Adel bergetar.

Sebuah nama terpampang disana.

Abimasena calling...


Adel menghela nafas panjang. Dan menerima panggilan itu.

"Ketemu yuk Del." Ajak Bima enteng.

Sialnya. Suara cowok itu masih tetap membawa karisma yang sama.

Dasar cowok nggak peka. Ringan banget ngajakkin ketemuan.

diraihnya sebuah notes warna merah marun. Lalu ia tulisi dengan spidol permanen yang ia temukan di sebelahnya.

Taaruf (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang