roda

39 3 0
                                    

Beberapa hari ini, pikiranku runyam
Apalagi ketika malam
Aku mempertanyakan tentang keadaan dan perasaan
Tak kudapati jawaban
Semua nya tampak temaram

Belakangan ketika aku pulang yang selalu terbayang adalah engkau
Perjalanan yang biasanya aku tempuh hanya 30 menit, kini menjadi 2 kali lebih lama.
Lajuku melambat, detikpun ikut mendukung
Dari perputaran roda kendaraan ku, terputar juga ingatan-ingatan itu
Aku sambil memilah milih diantara ingatan itu mungkin ada hal, kata, atau sikap yang salah dan untuknya aku harus meminta maaf
Sejauh ini masih biasa saja

Semakin aku mengingat-ingat, putaran roda semakin melambat.
Kadang malah terhenti di satu ingatan yang membuat aku sesak karena tak kudapati lagi dirimu yang dulu begitu mesra dipelukan ingatanku

Atau lebih jauh lagi, ingatan dimana pertama kali kita bertemu, lebih tepatnya bertemu kembali
Saat itu kau sudah banyak berubah, lalu dengan guyonan kecil kau bilang 'aku harus beradaptasi dengan kota'

Aku terus melaju, aku berusaha membuat rodaku stabil agar ingatanku tak buyar

Katamu 'aku tak peduli masalah cinta, dia adalah urutan kesekian. Pusing aku mikirin cinta' yang tak aku pahami adalah saat itu kondisimu yang belum beradaptasi lagi. Aku dengan ringkas menyimpulkan bahwa tak akan ada cinta dihidupnya.

Ah betapa bodohnya aku, tak peduli dengan cinta bukan berarti tak akan jatuh cinta lagi.

Tapi satu hal yang tidak aku ceritakan adalah, kondisiku, saat itu aku telah begitu banyak menelan kepahitan dalam cinta, sehingga aku pikir aku tak akan jatuh cinta pada orang yang dirinya pun tak peduli dengan cinta, walaupun aku sangat ingin. Tapi saat itu tlah ku tanam dalam-dalam bibit anti baper yang dilahirkan dari tumbuhan bernama kekecewaan.

BerdikataWhere stories live. Discover now