Pada puncak malam, kegelapan menjadi satu-satunya penerangan
Pukul 02.00 pagi, segerombolan hujan memecahkan kesunyian
Jam dinding terdengar mati
Berat. Tak bergerak
Ternyata aku membeku dan meringkuk seperti dirahim ibu
Merengkuh diri sendiri seakan sukma takut kehilangan ragaSelapis kelopak mata membuka
Mataku menjumpai ruangan dalam iglo, tapi lebih mirip rumah patrick pada musim dingin
Angin berhembus seperti belati merajam nadi
Selimut lebih mirip salju, tapi semua hitamSang ibu jari rela melindungi keempat anaknya
Menggigil. memanggil-manggil
Berharap seseorang membawakan segelas air hangat untuk menemani ibu jari sekaligus memecahkan pandangan bahwa masih ada kepedulian dibawah atap iniPintu masih belum diketuk
menggigil, sekali lagi
Mataku benar, petak ini bukan lah ruang kamar
Aku butuh kehangatan dia lebih ramah dari saudara kembar
Dan satu-satunya kehangatan yang bisa aku rasakan hanyalah aliran air mataku.
