Aku tidak bisa menyalahkan habitual ku yang sudah kacau ini, sudah berantakan. Anomaly, mereka menyebutnya. Tapi hanya ketika lewat tengah malam lah aku bisa berpikir banyak hal merenung-renung, menilai semua yang sudah aku lakukan. Ada yang salah dari diriku? Belum tentu jawabannya, karena balik lagi pada teori anti perdebatan ini "setiap orang punya pandaangan dan caranya masing-masing". Dan aku harus setuju dengan itu karena aku sendiripun menjalani teori itu. Tak peduli berapa kali aku merasa kalah, berapa kali aku merasa salah. Pada akhirnya kita semua sadar dan mengambil nilai-nilai dari setiap hal yang terjadi.
Dan well, 4 bulan belakangan ini perkembangan diriku begitu pesat, hmm entah dilihat dari segi apa tapi aku merasakannya. Ada semacam titik lebur, puncak kekacauan, ujung kemuakan, yang secara tiba-tba meledak dan membombardir semua hal yang sedang aku jalani. Segalanya kacau, rutinitas berceceran, harapan menggelar bangunan runtuh, dan aku tidak sedang menyaksikannya malahan aku ditengah-tengahnya.
Tak kuat berdiri aku hanya meringkuk, merengkuh diri sendiri. Badai tengah terjadi. Menerpa dan tidak bersahabat. Yang aku rasakan kemudian hanya kesadaran akan diriku yang lemah dan mini tak sanggup melawan atau sekedar mengucapkan "aku menyerah". Semua gelagatku sudah lebih dari cukup menunjukkan bahwa aku sedang kalah dan menyerah. Kekuatan yang tersisa seadanya yang hanya bisa digunakan untuk bernapas justru menahanku tidak pergi kemana-mana. Bertahan meringkuk sudah lebih baik ketimbang harus mati.
"badai pasti berlalu" hati berbisik hampir tidak terdengar. Sosok-sosok yang pernah ada teringat kembali, betapa mereka semua adalah badai yang pernah aku lalui sebelum yang satu ini. Kucoba tegakkan kepalaku keatas langit dengan susah payah. Menatap dan memperhitungkan kembali mimpi-mimpi yang sudah menggantung hati-hati diatas sana. Terlihat semu karena tertutup debu namun ada. Lalu beberapa mimpi harus mengabur seraya pamit undur diri, jelas aku tahu itu adalah mimpi yang pernah kita gantungkan berdua.
Entah dibagian bumi mana, akan ku temukan lagi sosok mimpi yang pernah pamit, karena disaat yang sama aku yakin kau dan aku berjumpa kembali walau tak jelas dalam wujud apa. Yang pasti ucapan terimakasih itu akan selalu ada.