Hulya Malang

18 0 0
                                    

Memasuki ruangan kamar dan membiarkanya gelap adalah hal yang paling aku butuhkan

Kemudian ragaku menenggelamkan diri pada semua perjalanan waktu yang memapahku pada ujung pertahanan, pada detik ini

Betapa hubungan yang terjalin tanpa keteraturan menjadi hantu yang tidak menjejak dibumi

Terjalin tanpa deklarasi, berakhir tanpa narasi

Lalu aku membuka kembali jejak-jejak yang tersisa seperti mengumpulkan tanda-tanda sejarah yang membuktikan pernah ada kau disini

Kemudian aku berpikir, betapa tidak adilnya ini semua

Kenapa hanya dirikulah seorang yang kebagian tugas pengumpulan tanda sisa-sisa keruntuhan kita

Dan memang hanya aku yang masih menyimpannya

Kau mungkin tidak mengerti betapa sulitnya perpisahan yang dilakukan sendirian

Bertanya-tanya namun tetap sesat dijalan

Tidak pernah ada lambaian tangan sebagai penanda perpisahan

Tidak ada sebelah tangan kanan lain sebagai tanda bahwa kesepakatan telah dibuat bersama

Tidak ada suara tapak kaki beranjak pergi sebagai tanda sebuah kepergian

Atau sebaliknya tidak ada kata 'jangan' yang mungkin apabila diucapkan akan membuat aku menghambur kembali

Lalu aku kini hanya bisa berbagi kesedihan itu ketidak relaan itu pada detak detik jam dinding yang berbunyi, pada selimut tipis yang memelukku walau hanya mampu menutup sebagian diriku, pada rintikkan hujan yang ikut jatuh dipipi.

Setelah ini masih akan ada sebagian diriku tepatnya Hulya, yang bertengger tak mau pergi diperbatasan antara usai dan tidak usai

Helyaku, membiarkannya tidak melawan karena lelah melawan Hulya yang mini namun padat.

Kata Helya : "biarkan saja Hulya yang malang itu, karena Hulya seperti awan dilangit yang padat namun ketika disentuh akan membuatnya menghambur tak menentu. Maka ketika awan itu terlihat padat, jangan sentuh dulu, cukup nikmati saja, itu juga bagian dari kuasa Tuhan"

BerdikataWhere stories live. Discover now