Gue berdiri di depan pagar sekolah. Sambil melamun dan memikirkan apa yang di bilang tasya.
Gimana kalo yang di omongin tasya bener kalo kak dirga mau berantem. Kalo kak dirga bonyok gimana? Atau gue cegah aja ya supaya kak dirga ga jadi berantem. Apaan sih gue mikirin yang begituan. Lagian juga dia bukan siapa-siapanya gue. Ngapain gue harus khawatir. Kalo yang di khawatirin aja juga cuek.

Setelah sekian lama menunggu jemputan dan berfikir. Akhirnya fifi pun membulatkan tekadnya untuk mencegah dirga berkelahi.

Fifi pun segera menelfon tasya.

"Halo." Kata tasya menjawab tepon fifi.

"Halo, tasya kak dirga berantem dimana?". Tanya fifi tergesa-gesa.

"Lah kenapa lo tanya-tanya kak dirga. Buk.."

"Aduh cepetan di mana?"

"Di pasar lama fi. Lo mau ngapa.."

"Oke makasih." Kata fifi langasung mematikan ponselnya.

Setelah itu ia mengirimkan pesan ke papahnya.

Fifi
yah, ga usah jemput fifi. Fifi mau main dulu ke rumah temen.

Fifi pun langsung berlari mencari taksi dan menuju tempat di mana dirga berada.

~~~

"punya nyali juga lo. Mana temen-temen lo yang lain. Pada takut sama gue hah? Makanya temenan sama laki jangan sama banci." Kata seseorang.
Ya dia Raka Gunawan. Musuh bebuyuta si dirga.

"Ga usah banyak bacot lo." Kata dirga.

"Wah nantangin dia." Kata raka.

Adu tonjok pun tak terelakan.

Tanpa ada yang menyadari ada seseorang yang meperhatikan mereka.

~~~

Gue berlalari mencari keberadaan kak dirga sampe gue denger ada suara ricuh di ujung pasar. Gue dateng dan ngga gue sangka kak dirga berantem. Parahnya lagi satu lawan sembilan. Kak dirga sendirian musuhnya sembilan. Gila.
"Aduh kalo kak dirga bonyok gimana." Tanyanya pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba ada yang mukul gue dari belakang. Gue jatuh dan semuanya gelap.
Tapi gue denger ada suara yang neriakin nama gue tapi gue ngga bisa liat dan akhirnya gue ngga sadarkan diri.

~~~

Brukk..

Dirga menoleh ke sumber suara. Semua orang pun fokus  melihat apa yang sedang di lihat dirga.
Dirga kaget dan langsung berlari menghampiri gadis itu. Ya gadis itu fifi, dia pingsan setelah salah satu dari geng raka memukulnya di bagian belakang kepalanya.
"Fifi." Dirga lari menghampiri fifi sambil memangku dan memukul pipi fifi dengan pelan supaya fifi sadar.

Dirga melihat siapa orang yang telah memukul fifi. Dia berdiri dan menghajar orang itu sampai babak belur.

"Sampe dia kenapa-kenapa mati lo anjing." Kata dirga.

"Banci lo semua." Teriak dirga ke arah geng raka sebelum ia benar-benar pergi.

Dirga pun menggendong fifi. Dirga memenggil taksi untuk membawa fifi ke rumah sakit.

"Fii sadar fi." Kata dirga lembut.

"Kemana mas?" Tanya supir taksi.

"Rs cendrawasih." Kata dirga.

Setelah sampai di rumah sakit dirga membopong fifi masuk ke UGD di bantu oleh perawat.

"Maaf mas, silahkan tunggu di luar." Kata salah satu perwat.

Dirga duduk di kursi. Dirga mengambil telepon genggam di tas fifi. Bukanya dia lancang dirga cuma ingin menelpon mamahnya fifi.
Setelah menelpon mamahnya fifi, setelah menelpon mamah fifi dirga mumbuka galeri fifi. Dirga tersenyum dan mengembalikan ponsel fifi ke tas.
Setelah menunggu selama 10 menit mamah dan papah fifi datang.

"Gimna keadaan anak saya?" Tanya dewi. Dewi adalah mamahnya fifi.

"Masih di tangani dokter tante." Jawab dirga.

"Pah gimana ini pah fifi?" Tanya dewi ke khawatir.

"Sudah mah, berdoa aja mudahan fifi ngga kenapa-kenapa." Jawab rahman. Rahman adalah ayah fifi.

"Tante om saya minta maaf gara-gara saya fifi jadi begini." Kata dirga.

"Iya gapapa. Yang penting kamu sudah mau menolong anak saya dan membawa ke rumah sakit." Jawab rahman.

Dokter keluar.

"Gimana keadaan anak saya dok?" Tanya dewi

"Tidak papa dia cuma kaget. Cuma butuh istirahat nanti malam juga sudah boleh di bawa pulang. Kalo begitu saya permisi". Jelas dokter.

"Alhamdullilah." Seru dewi.

"Om Tante boleh saya masuk?" Tanya dirga.

"Ah iya silahkan." Dewi memepersilahkan.

Dirga melihat fifi yang sedang tertidur, ia mendekai tempat tidur fifi. Mengabil sebuah kertas dan menulis sesuatu di sana. Dia meninggalkan kertas itu di atas meja. Dirga memegang tangan fifi.

"Cepet sadar ya fi. Saya minta maaf ngga bisa jaga kamu." gumamnya. Lalu dirga pergi keluar.

"Tante om saya pamit mau pulang."

"Oh makasih ya udah mau anterin fifi ke rumah sakit."

"Iya om."

"Kapan-kapan main ke rumah."

"Ah iya tante." Kata dirga kikuk. Setelah bermpamitan dirga pun langsung pergi.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

"Aduh udah ganteng, sopan, bertanggung jawab lagi." Dewi memuji dirga

"Iya ya mah." Jawab rahman.

"Kapan ya dia di bawa fifi ke rumah?"

"Lah emang dia siapanya fifi mah. Ngga usah ngayal deh."

"Ih ngga papa kali pah kapan-kapan anak kita ngenalin cowok ke kita. Mau anaknya jadi perwan tua."

"Ya engga lah mamah kalo ngomong ya."

"Ya ampun pah sampe lupa mau tanya fifi kok bisa sampe masuk rumah sakit. Papah kok ga tanya sih." Kata dewi

"Mamah sih terlalu terpesona sama tu anak. Ya mana papah inget papah udah terlalu panik tadi. Ntar aja kita tanya sama si fifi." Jawab rahman








Bersambung...
Jangan lupa vote dan commentnya..

Mr. MisteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang