Astaga.. lutut gue berdarah.. setelah gue liat darah lama-lama semuanya gelap dan gue ngga sadarkan diri.
- - - - -
Dirga segera menangkap badan fifi yang lemas tak berdaya. Sebenarnya fifi paling anti ngeliat darah makanya dia selalu pingsa kalo ngeliat darah.
Dirga yang bingung pun langsung merobek bajunya dan menutupi luka di lutut fifi.
Dia mengambil hp fifi tapi hpnya mati karna lowbat."Nyesel gue ngga nyimpen nomor mamahnya." Sambil mengacak rambutnya.
Dirga mencari taksi dan membawa fifi pergi.
"Apartemen cendana pak."
Taksi pun melaju.Sesampainya di apartemen dirga menggendong fifi masuk ke dalam. Merebahkan fifi di atas kasurnya.
~~~
Fifi tersadar dari tidur panjanya matanya menelusuri setiap titik sudut tempat yang asing ini. Saat matanya akan mengarah ke pintu ia sangat terkejut melihat dirga yang sedang berdiri dan menaruh tangannya di saku celana.
Fifi terkejut matanya melotot.
"Kenapa?"
Gue di mana sih kok ada kak dirga. Hah jangan-jangan di hotel terus dia ngapa-ngapain gue lagi.. batin fifi
Sambil menyilangkan tangan nya di depan dada."Lo lagi di apartemen gue dan gue ga bakalan ngapa-ngapain lo."
Hah.. wah.. ini orang bisa baca pikiran gue..
"Luka lo sudah gue obatin."
Fifi mengingat sesuatu.
Oh iya lutut gue.. tunggu.. mata fifi tajam menatap dirga.
"Berarti kak dirga tadi pegang-pegang aku."
"Ngga usah mikir yang aneh-aneh."
"Astaga.. jam berapa nih. Aduh pasti di cariin mamah deh. Handpone aku mana?"
"Tadi gue udah telfon mamah lo. Maaf gue ngga bermaksud lancang." Katanya sambil duduk di pinggir kasur.
Wah ngga nyangka dia sampe nelpon mamah.. aduh bikin gue meleleh aja sih lo bang..
"Iya kak ngga papa. Mukanya ngga usah tegang gitu. Kaya lagi ngobrol sama presiden aja."
"Lo mandi aja dulu itu baju udah gue sipain gue tunggu di bawah kalo udah selesai."
"I-iyaa" jawab gue
Seketika itu juga gue lupa sama donat gue.
~~~
Setelah mandi gue turun ke bawah. Ternyata dia udah nyiapin makanan.
"Kakak tinggal sendirian?".
"Kelihtannya gimana?"
"Kenapa kakak tinggal di apartemen? Bukanya rumah kakak di komplek pertiwi. Kenapa ngga tinggal sama orang tua kakak aja."
"gapapa."
"Kakak ngga di depak dari rumah kan?"
Dia cuma memeberikan tatapan mematikan ke gue.
Merasa di amabang kematian gue pun mengalihkan pembicaraan."Ngga usah di jawab lanjut aja makanya. Maaf mengganggu."
Hening...
"Kakak tau ngga aku tu takut banget sama dua hal. Darah sama gelap. Aku ngga tau kalo kakak tadi ngga nolongin aku. Mungkin aku sudah hancur sama tuh om-om gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Misterius
Ficção AdolescenteDalam ruang hati ini ada kata yang ingin ku ungkap, bersama rasa yang meluap-luap. Namun ku menyadari bahwa diri ini tak pantas bersamamu dan tak yakin tuk siap melindungimu. - Dirgantara Adrian Saputra Kamu itu seperti mimpi, kadang...