CHAPTER-1

105K 2.6K 38
                                    

Albany, NEW YORK

"Tidak! Hal ini tidak boleh terjadi! Kalian pikir aku senang dengan kebebasan ini? Aku butuh kalian, aku butuh kasih sayang kalian. Ku mohon jangan tinggalkan aku." ucap Veylia di sela bantahan dan isak tangisnya.

"Sebenarnya kami juga tidak menginginkan ini, sayang. Ini semua musibah, perusahaan kita mengalami colabe, kami akan ke Indonesia untuk menyelesaikan ini semua. Percayalah kau akan baik-baik saja disini." Sharon selaku ibu Veylia menenenangkan anaknya yang sedang terpuruk.

"kau harus tetap disini sampai kau wisuda. Setelah kuliahmu selesai, kau boleh menyusul kami ke Indonesia, Vey. Kau paham?" ujar Martin selaku ayah Veylia.

"tapi aku akan merindukan kalian. Sekarang saja kalian di sisiku itu sudah membuatku bahagia karena yang ku tau waktu kalian hanya untuk mengurus bisnis saja. Lalu bagaimana dengan aku? Setiap hari selalu sendiri menantikan kebersamaan ini, begitu sudah bersama kalian malah pamit pergi jauh dariku, sebenarnya kalian sayang tidak denganku?" Veylia menangis terisak, ia terlalu sedih untuk mendengar kabar ini. Dimana ia akan sendiri karena orang tuanya pergi beda negara dengannya. Sangat jauh.

"Apa maksudmu, Sayang? Jelas kami sayang padamu, maka dari itu kami bekerja seperti ini agar kau dapat melanjutkan pendidikanmu selayaknya keluarga Zudith." ucap Sharon menenangkan sembari mengelus rambut Veylia.

"bahkan aku tidak meminta kalian untuk memberiku pendidikan tinggi. Aku hanya ingin kebersamaan keluarga itu saja! Aku bisa kuliah dimana pun yang harganya terjangkau asalkan aku tetap bersama kalian. Jadi biarkan aku ikut dengan kalian." kata Veylia sarkas dan semakin menangis.

"TIDAK! Kau ini bicara apa, Vey? Perilakumu seperti anak kecil. Kau harus bersikap dewasa! Jika kau menikah kelak, kau juga akan berpisah dari kami bukan? Jadi belajarlah mulai sekarang!" Martin berucap tegas kepada Veylia yang terus memaksa untuk ikut ke Indonesia.

"Aku dewasa sebelum waktunya. Aku sudah terbiasa sejak kecil, Dad." lirih Veylia lalu menunduk.

"Sudahlah, kau akan semakin terbiasa dengan keadaan ini. Percayalah kami akan terus memantaumu dan menghubungimu setiap saat." sela Martin meredam emosinya, lalu duduk di sebelah Veylia dan memeluk putri semata wayangnya itu.

"oh.. dan ya satu lagi." Martin menjeda ucapannya sejenak, kemudian melanjutkan, "Besok sebelum ke Bandara,  kami akan mengantarmu ke Apartemen baru yang sudah Daddy belikan untukmu. Tinggal lah disana karena rumah ini bukan milik kita lagi. Rumah ini sudah disita, maafkan Daddy, Vey." Martin mempererat pelukannya kepada Veylia dan Istrinya, Sharon.

Veylia terdiam. Inikah hidupnya sekarang? Jauh dari kata mewah dan glamour? Ah tidak! Veylia tidak memikirkan kekayaan. Ia menerimanya dengan lapang dada, tidak keberatan sama sekali. Namun menjalani lembaran baru dengan kehidupan baru tapi tetap sama tanpa support dan kasih sayang orang tua di sisinya yang membuatnya specheelss.

"baiklah Dad. Tapi jangan lupakan jika kalian punya anak disini." putus Veylia akhirnya.

Martin dan Sharon terkekeh mendengarnya. Mereka mengurai pelukan.

"Kau ini ada-ada saja. Tentu kami tidak akan lupa denganmu." ujar Sharon lalu memeluk Veylia penuh kasih sayang.

JESLYNE VEYLIA ZUDITH seorang gadis cantik blasteran Jerman-Amerika berumur 20 tahun itu sungguh miris. Sewaktu usianya menginjak 12 tahun, ia harus terbiasa tanpa hadirnya orang tua.

Orang tuanya selalu sibuk dengan bisnis. Jangan harap dengan kekayaan yang ia miliki ia bahagia walau tak bersama orang tua. Itu salah! Bahkan dia merasa seperti  gadis tak beruntung yang miskin akan kasih sayang dari orang tuanya. Tak jarang, ia iri dengan teman-temannya yang selalu didampingi orang tua masing-masing di setiap acara.

You are Mine - Robert Series [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang