Hari senin adalah hari yang baik untuk mengawali sesuatu, termasuk David yang bertekad mengawali hari ini seperti siswa pada umumnya dan bersikap normal seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Semua pasang mata tertuju pada David yang berdiri di ambang pintu. Dengan santai ia memasuki kelas tanpa menghiraukan tatapan tajam yang ditujukan padanya. Entah mengapa hari ini ia malas untuk berbuat onar atau hanya sekedar beradu argumen dengan siswa lain. Masalah dengan ayahnya sudah cukup menguras emosinya ditambah lagi ia masih harus mencari tempat tinggal sementara bahkan selamanya jika ayahnya jadi menikah semua itu membuat David lelah. Baru sedetik ia duduk di bangkunya, tiba-tiba teman sebangkunya yang tak lain adalah Nay menggebrak mejanya cukup keras membuatnya terlonjak kaget.
"Heh Kadal Buntung........lo kan yang buat rumor kalo ruang musik itu angker biar bisa buat markas lo sama geng lo itu kan !" Ucap Nay nyolot.
"Ngomong apa deh, ngaco." Ucap David sambil menelungkupkan wajahnya di meja.
"Gak usah pura-pura bodoh lo sekarang semua orang udah tau kalo lo itu yang bikin semua anak SMA Nasional takut ke ruang musik padahal gak ada apa-apanya."
"Oh jangan-jangan lo setan yang menjelma jadi siswa di sekolah ini." Sontak seisi kelas bergidik ngeri bahkan ada yang menjerit.
"Hari ini gue lagi gak mood berantem apalagi sama cewek. Silahkan kalo mau pake ruang musik gak pernah ada yang larang kan lagian kalian aja yang bodoh bisa aja kemakan omongan gue." David bangkit dan berjalan menuju keluar kelas.
Seisi kelas terheran-heran melihat tingkah David yang tidak seperti biasanya. Padahal biasanya ia tak segan untuk menghajar atau memberi pelajaran seseorang yang mengganggunya. Nay berdiri hendak menyusul David yang bayangannya sudah tak terlihat tapi dicegah oleh Mira.
"Udah Nay gak usah dikejar ntar yang ada lo babak belur ditangan dia."Ucap Mira menasehati Nay.
"Siapa juga yang mau ngejar dia, gue juga mau buat perhitungan ke dia soalnya gak cuma gue aja yang ngrasa di rugiin gak bisa pake fasilitas sekolah tapi semua orang kan." Ucap Nay meminta pendapat dari teman-temannya yang dijawab dengan angukkan oleh mereka
"Iya sih, tapi mungkin Kak David punya alasan dibalik ini semua kan?"
"Loh kok lo jadi ngebela cowok sialan itu sih." Ucap Nay tidak terima.
"Nay coba deh lo tenangin diri dulu lo pikir baik-baik apa akibatnya kalo lo sampe berurusan sama dia. Cukup terakhir waktu di mall itu aja lo berurusan sama dia, apa lo gak ingat pernyataan lo yang itu?" Nay diam tidak menjawab semua perkataan Mira dan membenarkannya dalam hati.
"Oiya satu lagi, setau gue Kak David itu gak pernah punya geng bahkan liat dia jalan sama temannya pun gak pernah lihat. Paling biasanya yang selalu ngikutin dia itu Kak Caca pacarnya yang kayak bidadari itu."
"Tapi kemarin itu gue lihat di ruang musik dia sama satu orang cowok kok, lo aja kali yang gak tau." Ucap Nay bersikukuh.
"Yaudah lah Nay terserah lo aja." Mira menghentikkan pembicaraannya dengan Nay karena tidak mau berdebat dengan Nay.
****
Selama pelajaran berlangsung Nay mengerakkan kepalanya resah diatas meja. Berkali-kali ia berusaha memejamkan mata tetapi tetap saja tidak bisa tertidur seperti biasanya. Padahal biasanya setiap pelajaran berlangsung matanya selalu otomatis terpejam khusunya pelajaran hitung-menghitung seperti sekarang ini. Entah mengapa ia kepikiran sikap David yang tiba-tiba seperti itu. Awalnya ia kira akan terjadi pertarungn sengit antara dirinya dan David yang berakhir ia mempermalukan David dan membuat David berhutang budi kepadanya. Tetapi semua itu diluar ekspetasinya. David yang datang tidak terlambat, tidak ada wajah jahil melainkan ekspresi datar, tiba-tiba keluar kelas seperti biasanya. Ini aneh.
Arghhhh
Nay mengacak rambutnya frustasi hingga semua mata menatap kearahnya heran. Bu Warni pun hanya menggeleng frustasi melihat tingkah ajaib Nay. Seketika Bu Warni menjentikkan jarinya seolah ingat sesuatu.
"Nay tolong berhenti bersikap aneh cukup David saja yang membuat saya pusing selama dua tahun ini kamu jangan. Oiya ayo kumpulkan tugas yang saya kasih minggu kemarin. Hampir lupa saya." Nay melotot kaget karena sama sekali belum mengerjakan PR itu. Seketika otaknya bekerja keras mencari alasan.
"Loh itu bukannya tugas kelompok ya bu? PR nya ada di David padahal saya udah suruh dia buat masuk kelas hari ini tapi tetap aja dia gak masuk." Nay memasang wajah frustasi seolah ia memang sudah benar-benar mengerjakan PR itu.
"Oh ya? Tapi saya gak yakin seorang kamu dan David mau mengerjakan PR apalagi David sangat pemalas. Sekarang juga kamu cari David dan ambil PR kalian saya tahu pasti David di sekitar sini." Perintah Bu Warni
"Dia gak datang ke sekolah bu, tadi dia chat saya." Nay berpikir keras untuk mencari alasan agar tidak mengumpulkan PR.
Cieeeeee
Tiba-tiba kelas menjadi gaduh karena perkataan Nay ke Bu Warni barusan. Sepertinya ia membuat kebohongan yang salah.
"Gak gitu, dia chat gue kalo ada hal penting doang kok." Ucap Nay mengklarifikasi
"Padahal punya nomernya aja enggak." Ucap Nay dalam hati
"Stopppp..." Teriak Bu Warni berusaha menghentikan kegaduhan.
"Yaudah kalo gitu besok kalian berdua saya tunggu di ruangan saya untuk mengumpulkan tugas. Karena terlambat mengumpulkan, kalian harus mengerjakan ulang secara individu dan mengerjakan 2x lipat." Perintah Bu Warni.
Bu Warni melanjutkan menjelaskan angka-angka yang tak dipahami oleh Nay. Melihat secara sekilas saja sudah membuatnya mual dan pusing apalagi mengerjakannya. Baru saja ia sedikit lega karena ia lolos dari Bu Warni berkat kebohongan yang ia lakukan demi kebaikannya dan David ternyata besok harus sudah dikumpulkan tugasnya. Nay memijit kepalanya yang terasa pusing karena tugas itu.
"Kebaikan gue dan David? berarti David hutang budi sama gue soalnya secara tidak langsung gue juga bohong demi dia." Ucap Nay menggerutu kesal.
Kepala Nay semakin terasa pusing, ia pun mencoba memejamkan mata agar pusingnya sedikit berkurang.
Kringggg
Baru beberapa detik Nay berusaha memejamkan mata,bel pulang sekolah telah berbunyi nyaring. Nay bergegas bangkit dan membereskan buku yang berserakan di mejanya.
"Nay ayo ke cafe biasanya, gue yang traktir deh."Ucap Esa sembari menghampiri meja Nay yang membuat Nay menatap Mira meminta penjelasan
"Tumben lo mau traktir gue, jangan-jangan kalian habis jadian ya. Ciyee..." Nay menggoda Esa dan Mira yang salah tingkah
"Hehe..." Ucap mereka serentak
"Loh beneran?" Teriak Nay terkejut
"Iya Nay, udah yuk langsung cabut ntar gue ceritain deh cara Esa nembak gue, sumpah garing banget deh." Cerita Mira kepada Nay sambil menatap Esa jahil.
"Iya yukk." Ucap Nay bersemangat
"Eh tunggu bentar deh kayaknya gue tadi punya rencana mau kemana gitu, tunggu bentar." Nay mencoba mengingat rencananya sepulang sekolah.
"Oiya gue mau cari David, paling dia cuma di sekitar sini. Gue mau nyelesaiin pembicaraan tadi pagi yang belum selesai sama PR dari Bu Warni yang sama sekali gue gak ngerti." Jelas Nay pada Mira dan Esa.
"Udah deh Nay gak usah nglanjutin yang tadi pagi, lagian Mira kan udah memperingati lo." Ucap Esa memperingati Nay
"Udah deh Mahesa lo tenang aja deh. Oiya maaf ya gaes gue ga bisa ikut kalian. Kapan-kapan aja deh btw congrats ya kalian semoga langgeng. Yang terpenting jangan lupain gue." Cerocos Nay sambil bergegas meninggalkan kelas.
****
-TBC-
YOU ARE READING
RIFALL
Fiksi RemajaNaymira Fariza adalah seorang cewek berpendirian teguh yang percaya cinta sejatinya adalah seseorang yang ia sukai semenjak masuk SMP hingga kini ia berhasil masuk SMA favorit demi mengejar cinta pertamanya itu. Hingga suatu saat ia bertemu seseoran...