SEPULUH

76 10 0
                                    

"Happy brithday" bisikku ditelinganya. Entah dia mendengar atau tidak.

••••

"Happy brithday" bisik orang itu ditelingaku.

Aku berbalik dan melihat dia, dia ada disini bersamaku. Dia adalah Coklat.

"Thank you" jawabku lirih.

Aku langsung memeluknya karena takut dia akan pergi juga.

"Are you okay?" Tanya Coklat.

Aku tidak menjawab tetapi aku malah menangis sejadi-jadinya karena menurutku menangis adalah jawabanya.

Kepalaku tang tersandar didadanya membuatku sangat terlindungi dan begitu nyaman.

"Ssttt... don't cry Mel. Apa yang terjadi?" Tanya Coklat sambil menghapus air mataku dengan lembut.

"Mama sama Sofhie...... meninggal. Hikksss" tangisku semakin pecah sekarang.

Kini Coklat sedang mengelus rambutku dengan lembut.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan sekarang Mel. Jangan menangis lagi karena itu membuatku sangat tersiksa"

Aku semakin mengencangkan pelukanku karena takut malam akan mengambil Coklat dari ku.

•••••

Beberapa tahun kemudian...

Setelah insiden 12 Juli tersebut (itulah panggilanku terhadap hari dimana takdir mengambil harta yang paling berharga bagiku) aku memilih untuk pindah ke Jakarta meninggalkan kota kelahiranku.

Di Jakarta aku melanjutkan pendidikanku setelah menyelesaikannya aku bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta, aku hanya bekerja satu tahun disana.

Karena merasa belum bisa melupakan tragedi 12 Juli itu aku memutuskan untuk pindah ke Prancis untuk memulai hidup yang baru dan melupakan semua kenangan pahitku di Indonesia.

Dan hari ini aku akan berangkat ke Paris.

Kringgg....
Bunyi alarmku. Dengan malas aku melirik jam ku yang terus berbunyi.
Oh my god....
Aku terlambat, sebentar lagi pesawatku ke Paris akan berangkat.

Akupun berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Aku tidak mandi lagi... hahahah karena takut ketinggalan pesawat.

Dengan cepat aku memakai baju kaos dan celana jeans dan tak lupa jaketku, rambutku aku biarkan terurai begitu saja.

Kini rambutku sudah ku potong menjadi pendek sebahu tidak seperti dulu.

•••••

Kakiku kini tidak terasa sakit lagi tetapi kenapa masih sulit untuk di gerakan.

"Jangan di paksa dulu ka" tahan seorang wanita didepanku ketika aku mau merangsek maju.

"Jangan panggil aku kaka, kan udah aku bilang panggil saja Romeo" jawabku

"Jangan di paksa dulu ka.. ehh Romeo" ulangnya terbata-bata

Melihat tingkahnya itu aku terkekeh dan yahh... memang aku sering tertawa karena wanita ini karena tingkah konyolnya dan tingkahnya yang tidak masuk akal. Hahaha wanita ini memang sangat menggemaskan.

Tapi tak tahu kenapa aku belum bisa melupakan Karamel.

"Tapi kenapa kaki kaka ehh... Romeo bisa patah seperti ini?" Sambungnya dengan wajah bertanya.

Flashback

"Mel, Mel.." teriakku sambil mengetuk pintu kos Karamel.

Sejak Karamel sendiri, dia memutuskan untuk kos didekat kampusnya padahal sudah aku ajak tinggal dengan ku dan ibu, tapi katanya tidak mau merepotkan orang lain.

"Kaka cari Juli?" Tanya seorang wanita yang mengagetkanku

Dia adalah teman Juli tapi aku lupa namanya mungkin Clara kalau tidak salah.

"Iya, Juli kemana ya?"

Biasanya hari Minggu seperti ini pasti Juli ada di kos.

"Ohh.. tadi Julinya udah pergi pagi-pagi katanya mau ke Jakarta" jawab wanita itu ehhh... Clara ya namanya Clara aku sudah mengingatnya.

"Ini surat dari Juli ka" lanjutnya

Clara memberikanku surat. Surat apa ini? Aku langsung membuka surat tersebut dan mulai membacanya.

Dear, Coklat
     Sorry aku pergi tanpa pamit. Sekarang jangan mikirin aku lagi dan jangan coba untuk mencari aku. Aku bingung harus berbuat apa, aku belum bisa melupakan tragedi 12 Juli kalau aku masih tetap disini. Skali lagi aku minta maaf.

Dengan cepat aku langsung memacu motorku, karena motor ku laju terlalu cepat ketika di perempatan aku ditabrak oleh bus di sampingku sampai terpental dan datang lagi mobil dari depanku yang menabrakku lagi sampai aku merasa semua tulangku sudah remuk dan setelah itu semuanya gelap.

Flashback end.

"Romeo" panggil wanita berpakaian putih didepanku yang berasil membuyarkan pikiranku.

"Kamu nggak perlu tahu kenpa kaki ku begini" jawab ku sungkat karena memang mau menghindari pertanyaan tadi.

Wanita berpakaian putih didepan ku ini adalah Ayu Saraswati, dia bertubuh mungil dan berambut panjang dan dia sngat cantik dengan kulit putihnya.

Sejak aku keluar dari tumah sakit dia yang merawatku dirumah, ibuku sengaja menggunakan perawat pribadi agar aku tidak kesepian dan bisa melupakan Karamel tetapi itu tidak akan terjadi karena Karamel sudah menempati hatiku.

My EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang