19

480 48 0
                                    

"Maaf, karena aku..."

Hilda selesai menandatangani gibs putih pada tangan kanan Yuu. "Done! Setelah itu Mila yang tanda tangan." Hilda menutup spidol. "Oh, kenapa minta maaf?"

"Gara-gara aku ceroboh, kita jadi batal tampil. Pembuatan lagu juga jadi tertunda gara-gara aku tidak bisa memainkan alat musik. Apalagi piano."

"Maaf telat, bagaimana tanganmu, Yuu?" Myunghwan dengan jas rapihnya berjalan cepat mendekati kami. "Saya baik-baik saja, saem. Maaf."

"Kenapa minta maaf?" Pertanyaan Myunghwan sama dengan Hilda. "Ah, apa soal tampil?" Tebak Myunghwan, lu dia menggelengkan kepalanya. "Itu masih lama. Yang penting tanganmu cepat sembuh, apalagi tangan kanan. Oya, dimana Sela?"

"Sedang mengurus beberapa data." Jawab Hilda. "Oya, Hilda. Kamu dijemput Hana?"

"Hana? Oh! Kakak? Saya pulang naik bus." Hilda mengangguk sekali. "Mau bareng saja?"

Hilda dan Yuu sempat saling lihat. "Sepertinya tidak perlu, saem." Hilda melambai-lambaikan tangannya pelan.

"Raut wajahmu mirip sekali dengan Hana. Adikku ikut, kamu juga sudah mengenalnya, bukan? Tidak akan canggung."

Hilda dan Yuu sempat saling lihat lagi. "Saem punya adik?"

Myunghwan mengangguk polos. "Bukannya kamu kenal dia?"

"Ah..?" Hilda melihat sekitar. "Saya baru saja tahu kalau saem punya adik... Jadi..."

"Hyung." Sepertinya seorang laki-laki, dia menggunakan jaket berwarna gelap, dia juga sengaja menutupi wajahnya dengan masker dan tudung jaket.

"Kenapa lama sekali? Dan sejak kapan kamu pakai masker? Tadi kan tidak."

Laki-laki itu menggeleng. "I'm okay."

"Tidak sopan berbicara dengan orang lain tanpa melihat matanya." Myunghwan melepas tudung jaket laki-laki itu.

"Maafkan adikku, dia memang sedikit menyebalkan." Myunghwan tersenyum pada Hilda dan Yuu. "Namanya, Der-.."

"Jam berapa ini?!" Hilda dan Yuu terkejut mendengar adik Myunghwan yang agak keras dan tiba-tiba. "Namanya Deron!" Myunghwan segera berbicara dengan cepat.

Deron kembali mengenakan tudung dan semakin menutup wajahnya dengan tudung jaketnya. Hilda hampir membuka lebar mulutnya, begitu juga dengan Yuu.

"Maaf, tapi-.." Hilda dengan cepat membuka tudung yang dikenakan Deron. Hilda melihat Deron dengan wajah tidak percaya. "Astaga, di bumi itu banyak orang tapi kenapa gue selalu ketemu lu? Lu lagi, lu lagi. Gak di game, gak di sekolah, gak yang berhubungan sama Luminary." Hilda menggelengkan kepalanya.

Author : jodoh kali?
Hilda : ogah!
Author : pegang kata lu, ntar kalo cinlok awas aja
Hilda : Younghwan selalu di hati, thor 😳

"Nah, Hilda. Aku antarkan pulang, ya? Lalu, kalau bisa jangan menolak, karena ada yang harus kuberikan juga." Myunghwan tersenyum hangat seperti biasanya. "Oh, kalau bisa tidak perlu terlalu formal." Tambah Myunghwan.

"Yuu, tangan lu gimana?" Sela Deron. "Ah, sekarang sudah baikan." Jawab Yuu dengan senyumnya.

"Itu kok bisa?" Deron sedikit mendekat pada Yuu. "Kejatuhan barang." Jawab Yuu singkat.

"Lu pianis, kan? Seharusnya lu jaga tangan lu. Mau kanan, mau kiri. Kalo patah gimana? Lama lagi sembuhnya dan buat nyesuain diri lagi itu agak susah. Tapi yah, kalo lu emang udah berbakat sih bisa cepet." Deron langsung berbicara panjang.

"Who's talking now?" Sindir Myunghwan. "Sebelum bicara, lihat dirimu sendiri dulu." Tambahnya.

Deron melihat kakaknya dengan jengkel.

"Dia jug-.."

"Yang jelas! Cepat sembuh!" Deron lagi-lagi memotong perkataan kakaknya, lalu tersenyum tanpa dosa.

~•~

"Sebenernya kita bukan saudara kandung, sih. Gue saudara jauh, tapi dirawat sama mamanya kakak atau yang biasa gue panggil pake hyung. Gue dirawat mama udah dari gue lahir."

"Kenapa?" Hilda bertanya dengan polosnya. "Anggep aja gue gak mau dirawat mama kandung gue." Jawab Deron dengan tidak masuk akal, seperti biasanya. "Lu bilang udah dari lu lahir, yakali lu udah bisa ngomong?" Hilda hampir saja melempar tinjunya.

"Orang tua Deron bercerai, lalu mama Deron meninggal saat melahirkan Deron." Myunghwan menjelaskan secara perlahan. "Maaf..." Respon Hilda.

"Kalian sepertinya akrab, pertama kenal bagaimana?" Myunghwan segera mencari topik lain.

"Tch, akrab darimana? Lu juga bukannya masih marah sama gue?"

"Hah?" Hilda melihat Deron dengan jengkelnya. "Gue juga gak tau kenapa gue ngikutin lo~" Deron mengikuti nada bicara Hilda, tapi agak dilebih-lebihkan.

"Lu bukan orang sepenting itu buat tau~" Balas Hilda dengan mengikuti nada bicara Deron dan juga agak dilebih-lebihkan.

Myunghwan terkikih mendengar perdebatan Hilda dan Deron yang sepertinya tidak ada habis-habisnya. "Sudah, sudah, debatnya dilanjutkan besok saja."

Laju mobil berhenti, Hilda bisa melihat rumahnya di luar jendela. "Ini oleh-oleh, makan bersama keluargamu, ya. Aku juga titip salam." Myunghwan memberikan tas yang lumayan besar pada Hilda. "Ini juga, untuk Hana." Myunghwan memberikan juga buket bunga dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan tas kecil.

"Terima kasih, saem. Um, maaf bukannya aku ikut campur, tapi.. Apa saem suka kakak?" Hilda menampilkam wajah polosnya. Myunghwan tersenyum hangat seperti biasanya. "Deron akan membantumu." Myunghwan tersenyum tanpa dosa pada Deron dan dibalas dengan wajah jengkel Deron.

"Jangan lupa sampaikan salamku pada mama dan papamu juga, ya."

Hilda menunduk. "Terima kasih, saem. Maaf merepotkan."

Deron membantu Hilda membawa sebagian tasnya. "Dulu gue ikut taekwondo, makanya gue pake kaki. Gue juga emang gak boleh pake tangan."

"Kenapa?" Tanya Hilda dengan polos, seperti biasanya. Deron memberikan tas yang dia bantu bawa pada Hilda. "Ya nanti sama kayak Yuu. Udah ya, sampe sini aja. Gue gak online dulu, jadi jangan nyariin."

"Anjir! Emang sejak kapan gue nyariin lu?!"

Deron berlari kecil menyusul kakaknya di dalam mobil. Hilda segera membalikkam badannya dan mengetuk pintu. "Bunda! Ini Hilda!!" Teriaknya.

~•~

"Uwaa dari siapa ini, dek?" Airis menyantulkan poninya yang panjang pada daun telinganya. "Kak, itu dari Myunghwan saem buat kakak."

"Hee?" Airis menunjukkan kepolosannya. "Aku sering denger cerita kak Celandine tentang kakak sama Myunghwan saem. Kakak masa sih gak suka sama saem?"

Airis tersenyum kecil dan ramah seperti biasa sambil membuka tas kecil dari Myunghwan itu. "Ini cokelat kesukaanmu juga, kan? Sini makan bareng." Airis membuka bungkus salah satu cokelat.

"Kak, kenapa gak sama Myungwan saem aja sih? Kan sekalian memperbaiki keturunan."

Airis memukul Hilda dengan bantal. "Dasar emang." Airis tertawa, begitu juga dengan adiknya.

Idol SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang