35

240 28 0
                                    

Tadinya Hilda sibuk mengobrol dengan Retta sambil berjalan santai. Sampai akhirnya Hilda menghentikan langkahnya karena melihat ibu Deron lagi di depan gerbang sekolah.

"Rett, lo bisa duluan aja gak?"

Retta mengerutkan dahinya. "Kenapa emangnya?"

"Gue ada perlu sebentar. Nanti gue nyusul. Lu datengin Mila sama Yuu, ya." Hilda menepuk pelan pundak Retta.

"Yaudah deh, hati-hati." Retta segera melangkahkan kakinya. Hilda menunggu sampai Retta sudah tidak di dekat sekolah, baru dia menghampiri ibu kandung Deron.

"Halo tante." Sapa Hilda ramah. "Oh, halo." Ibu Deron juga balik menyapa dengan hangat.

Hilda terdiam sejenak sambil tersenyum, lalu akhirnya membuka mulutnya. "Tante.. ibu kandungnya Deron,, ya?"

"Ah, kamu tau, ya?"

Hilda mengangguk ragu. "Oh, ya. Tante, sebenarnya aku bukan pacar Deron. Aku cuma temannya saja."

Hilda sesekali melihat kebelakang. "Kemarin dia cerita tentang tante. Dari wajahnya, kurasa Deron tidak membenci tante. Tapi tetap saja kalian perlu bicara."

Ibu kandung Deron mengangguk pelan sambil tersenyum. "Karena itu sebenarnya tante mau minta tolong sama kamu. Kalaupun dia masih tidak mau bicara sama tante, kamu bisa tolong sampaikan pesan tante padanya?"

Hilda terdiam sebentar, lalu menggeleng. "Memang sudah seharusnya kalian bicara. Aku tidak bisa jadi perantara, menurutku itu malah membuat kalian semakin jauh. Tapi aku bisa bantu tante agar Deron mau bicara sama tante." Hilda kembali melihat belakang, lalu mendapati Deron yang sedang berjalan dan sibuk dengan handphonenya.

"Deron kalo dibaik-baikin gitu susah, tante. Jadinya harus dipaksa." Hilda menunjuk sebuah cafe yang biasa didatangi Hilda dan Retta di dekat sekolah. "Tante duluan ke cafe itu, aku bakal ajak Deron kesana. Nanti tante ngumpet dulu, terus tante pura-pura tidak sengaja lihat aku sama Deron."

Hilda kembali melihat kebelakang, ibu kandung Deron juga ikut melihat. Ibu kandung Deron langsung mengangguk dan tersenyum pada Hilda, lalu segera berjalan cepat menuju cafe yang ditunjuk Hilda tadi.

"Hai, Ronron." Hilda segera menahan Deron.

Deron melihat Hilda dengan aneh. "Really? Ronron? Gak ada yang lain apa? Si ganteng kek gitu..?"

Buk. Hilda memukul punggung Deron.

"Gue lagi ada duit. Gue traktir ya! Kan lu udah traktir gue, sekarang gue yang gantian traktir." Tanpa menunggu jawaban Deron, Hilda sudah menarik lengan Deron.

"Gue ada jadwal hari ini, Daa." Deron menahan Hilda.

Hilda mengerutkan dahinya. "Jadwal apaan? Emang lu jadi idol?"

Deron memasukkan kedua tangannya di kantung jaket yang dia pakai, lalu melihat arah lain. "Piano."

Hilda menaikkan kedua alisnya, lalu tersenyum. "Ciee gak jadi berhenti piano nih, yaaa?"

"Bukan gak jadi, emang belom berhenti." Jawab Deron, tapi masih memalingkan wajahnya.

"Kalo lu mau berhenti, pasti lu bakal nerima ajakan gue. Soalnya kan lu pasti ngehindar main piano." Hilda menyeringai dan Deron terdiam cukup lama.

"Argh iya, iya! Bentar aja, lu ya..!" Deron menunjuk Hilda. "Ya lu juga makannya cepet, lah."

Hilda jalan lebih dulu, diikuti Deron yang menyusul dari belakangnya.

Hilda sempat melihat sekitar untuk mengetahui lokasi ibu kandung Deron. Beruntungnya, mata mereka berdua bertemu dan saling senyum yang menandakan untuk melanjutkan rencana.

Idol SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang