66

80 7 0
                                    

"Astaga Rett! Gue ngelakuin dosa sebesar apasih?!" Hilda kesal juga lama-lama memperhatikan Retta yang melihat Hilda dengan tatapan sinisnya.

"Da, I don't freaking know about you guys! Like, are you guys really dating?! I'm worry about you!

Whether you guys really dating or not, but the thing is, Deron has a big crush on you, gurl!" Ucap Retta dengan menggebu-gebu.

"What the hell did you just say? Try to say that again!" Deron menunjuk Retta dengan sendoknua. "I'm not a jerk!" Tambahnya dengan kesal.

Hilda cuma bisa tertawa saja melihat teman-temannya itu. "Thanks for worrying." Hilda melihat Retta dengan senyum santainya. "And this kid, I'm sure he's not gonna do bad things on me." Ucap Hilda sambil melihat Retta, namun ibu jarinya menunjuk Deron yang duduk di sampingnya.

"Mau gue suka, mau gue kagak. Gue gak bakal ngapa-ngapain, lah! Lu kata gue apa?!" Deron masih juga kesal dengan perkataan Retta.

"Gue mau beli minum." Hilda beranjak dari duduknya dan meninggalkan Retta yang duduk berhadapan dengan Deron.

"Lu! Jujur sama gue, kemaren gimana?" Ucap Retta dengan volume suara yang kecil.

Deron sempat terdiam sebentar sambil menyilang kedua lengannya diatas meja. "Lu temen deketnya Hilda kan? Kalo Hilda curhat pasti ke lu juga kan? Lu tau dia bakal gimana kalo dia udah banyak pikiran?"

Retta terdiam sejenak menelan ludah. "Nangis." Jawabnya singkat.

"Kalo dia nangis, lu gimana?"

"Meluk dia. Kalopun dia curhat di telepon, besoknya pas ketemu langsung gue peluk. Tapi gue juga mayan sering meluk dia."

Deron mengangguk pelan. "Yaudah itu tau."

"Hah? Tau apany-.. HAH?!"

"Lebaynya mulai kan." Deron menyipitkan matanya.

Hebatnya lagi setelah Retta menggebu-gebu, tiba-tiba saja wajahnya mulai memurung.

Deron tidak menanyakan, dia cuma terdiam menunggu, mungkin Retta akan mengatakan sesuatu.

"Tapi dia.. nangis lagi, ya?"

Deron masih saja terdiam dan melihat Retta.

Tak lama kemudian Hilda kembali dengan wajah cerianya memegang gelas yang berisi milkshake vanilla. "Abis ngomongin apa kalian?"

Deron melihat Hilda sampai dia kembali duduk di sampingnya. Hilda jelas sadar dengan Deron yang melihatnya, jadi dia ikut melihat Deron. "Kenapa?"

"Kayaknya Retta harus tau."

"Tau apa? Soal kakak gue? Soal ortu gue? Dia kan udah tau." Ucap Hilda dengan berbisik, sambil mengerutkan dahinya.

"Bukan. Apalagi kalo bukan yang itu? Toh waktunya bentar lagi dan sekarang cuma kita bertiga doang, kan?" Jelas Deron tanpa berbisik-bisik.

Hilda melihat Retta, lalu menghela napas. "Jadi, Rett.."

~•~

"Kamu terlalu memaksakannya untuk bercerita."

"Ya abisan gimana? Biar dia kalo ada masalah tuh gak dipikirin sendiri!" Airis menarik rambut bagian depannya ke belakang.

"Aku tau kamu khawatir sebagai kakaknya. Tapi kalaupun ada masalah, kan ada masalah yang bisa diceritain dan ada juga masalah yang tidak bisa diceritain semudah itu.

Aku tau kamu khawatir, tapi bukan berarti setiap masalahnya Hilda kamu juga harus tau dan ikut-ikutan.

Waktu kemarin-marin, Younghwan pernah bilang, biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri dan kita bantu dari belakang saja kalau tiba-tiba tidak sesuai rencana mereka.

Idol SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang