10 tahun kemudian
Jimin dan Hoseok tumbuh menjadi anak yang kepribadiannya begitu bertolak belakang, meskipun keduanya ditemukan di hari yang sama dan pada hari yang cerah. Sepertinya, aura kecerahan hanya ada pada Hoseok, sedangkan Jimin hanya kebagian sedikit.
Hari ini adalah hari yang cerah, hari pertama di musim semi setelah musim dingin berlangsung. Hoseok terjaga dari tidurnya pada pagi yang cerah seperti hari biasanya, ia bersenandung seiring berjalan ke kamar mandi untuk menghilangkan bau badannya dan bermain di luar bersama anak lain.
Kemudian ada Jimin.
Jimin tumbuh sehat seperti kalanya Hoseok, namun yang membedakannya dari anak-anak lain adalah kakinya. Sepanjang hari semenjak ia balita, ia harus duduk di kursi rodanya, karena keadaan kakinya yang sudah tak bisa digerakkan sejak dia kecil sampai saat ini. Pihak panti asuhan sudah memeriksakan Jimin dan positif bahwa diagnosa yang dikatakan dokter benar; bahwa penyakit Jimin tidak dapat disembuhkan. Karena, hal tersebut adalah bawaan gen dan bukan dikarenakan oleh virus ataupun sebuah kecelakaan, dengan berat hati, pemilik panti asuhan, Seulgi tidak memberitahukannya kepada Jimin. Karena, jika iya, mungkin semangat hidupnya akan menurun. Seulgi terus saja mengatakan,
"Kakimu pasti akan sembuh, suatu saat nanti. Tunggu saja." ucap Seulgi dengan senyum hangatnya dan Jimin untungnya mempercayainya, sehingga tidak terjadi beberapa pertentangan.
Hari ini hari Minggu, hari dimana mereka semua harus bangun pagi dan mandi untuk menuju gereja. Hoseok tidak ada masalah saat mandi dan memakai bajunya, namun Jimin... ia selalu harus dibantu oleh 'ayah'-nya.
"Appa,..." panggil Jimin dengan suara pelan, ketika sedang dipakaikan baju.
"Iya, Jimin-ah, kenapa?" tanya 'ayah'-nya dengan suara lembut, "Kau sudah siap berdoa kepada Tuhan untuk sembuh hm?"
"Aku selalu siap, Appa.." balas Jimin dengan senyum tipis, "Tapi, Appa... kenapa... kenapa aku tidak bisa seperti anak-anak lain?"
"Apa maksudmu hm? Kau jelas seperti anak-anak lain, hanya saja kau spesial." ucap ayahnya lagi sambil berdiri, "Nah, kau sudah rapih, ayo kita berangkat."
Dengan digendong, Jimin duduk di dalam bis khusus mereka untuk ke gereja, lalu kursi rodanya punya berada di bagasi bis.
Bersama dengan anak-anak lain, Jimin berangkat menuju gereja. Kursi semuanya penuh, sampai tersisa satu kursi kosong di sebelah Jimin.
Jimin terbiasa diperlakukan berbeda dengan teman-temannya, oleh sebab itu, Jimin tumbuh menjadi seorang yang pendiam dan hal itu berbanding balik dengan Hoseok.
"Cepatlah duduk, kita hampir terlambat, Hoseok-ah." ucap Seulgi kepada Hoseok. Hoseok yang berumur 11 tahun itu langsung memasuki bis, kemudian mencari kursi kosong yang bisa ia tempati. Sampai, akhirnya ia menemukan tempat duduknya, di sebelah Jimin.
"Jimin-ah, aku boleh duduk sini?" tanya Hoseok dengan senyum yang tak pernah pudar dari bibirnya. Jimin mengangguk pelan dan disinilah kisah mereka berdua dimulai... #ea
Selama perjalanan, anak lain bercakap-cakap satu sama lain dengan teman sebangkunya. Bis terasa ramai karena percakapan yang terjadi, namun tidak dengan Jimin dan Hoseok. Jimin sibuk menatapi jalanan yang dilewati bis yang dinaikinya, entah apa yang dipikirkan Jimin, yang jelas ia murung.
"Jimin-ah,..." panggil Hoseok dengan lembut. Jimin menolehkan kepalanya ke arah Hoseok dan memfokuskan dirinya kepada orang yang barusan memanggilnya tadi. "Bagaimana kakimu? Sudah baikan?"
"Tidak... sama saja. Tapi, kurasa aku merasakan sedikit perbedaan." balas Jimin, "Aku tidak yakin akan sembuh nantinya dari penyakit ini."
"Hei, jangan bicara begitu. Kami disini mendukungmu, untuk sembuh dan bisa bermain bersama." ucap Hoseok dengan senyumnya, "Oh, dan satu hal. Kau tidak boleh murung lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ FIRST LOVE || HOPEMIN
Fanfic( hopemin ff requested by @HopeLoveGa ) Here's your req ^^ hope you like it! Menceritakan tentang persahabatan dua pemuda, yang satu normal saja dan yang satu memiliki kekurangan. Keduanya bersahabat sejak belia, sampai akhirnya ketika mereka beranj...