"Jimin-ah, aku pulang!"
Mendengar suara yang ia kenal, Jimin langsung berjalan dengan menggunakan tongkat bantu berjalannya menuju ruang tamu. Dengan membawa kertas yang ia temukan, ia memberikan kertas itu kepada Hoseok dengan air mata yang masih mengalir. Batinnya seakan ingin berteriak kepada Hoseok, memarahinya dan membentaknya, akan tetapi kekurangannya menahannya dari melakukan hal tersebut.
Akan tetapi, sepertinya Hoseok mengetahui apa yang Jimin ingin lakukan kepadanya.
Hoseok menggenggam tangan Jimin yang tengah meremas kertas yang mana adalah miliknya tersebut, Hoseok mengambil kertas tersebut dari genggaman Jimin sambil mengisyaratkan pada Jimin,
"Aku tahu, kau marah padaku setelah membaca itu." melihat Hoseok, perlahan air mata Jimin mengalir. "Dari dulu, impianku hanya itu. Aku ingin menyembuhkanmu, Jimin-ah. Aku tidak suka orang melihatmu rendah, aku tidak suka mereka mengucilkan dan mengejekmu."
Jimin lalu membalas...
"Kau tidak perlu melakukannya. Aku bisa melakukannya sendiri, aku bisa membuat orang lain menyukaiku dengan kekuranganku." Jimin berjalan mendekati Hoseok dengan pelan, "Aku ikut denganmu ke kota karena tidak mau merepotkanmu, tapi karena aku ingin mencoba kehidupan yang baru di--"
Hoseok menghentikan pergerakan tangan Jimin, kedua tangannya menahan tangan Jimin dari bergerak. Tongkat bantu berjalan Jimin pun tergeletak di lantai, kini Jimin berdiri bertumpu pada Hoseok saja. Matanya kali ini memandang dengan intens ke arah Jimin. Pandangannya terkunci ke arah Jimin. Perlahan tapi pasti, Hoseok mendekatkan wajahnya pada Jimin, Jimin mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya memejamkan matanya.
"Aku mencintaimu, Jimin-ah..." bisik Hoseok pelan ketika bibir mereka sudah tinggal berjarak beberapa inci lagi.
Perlahan, bibir Hoseok menyentuh bibir Jimin yang tebal, namun dingin. Hoseok memiringkan kepalanya begitu bibirnya menyentuh bibir Jimin, perlahan matanya terpejam dan secara reflek bibirnya bergerak melumat bibir Jimin.
"Mmhhmmㅡ"
Jimin perlahan menggerakkan tangannya yang digenggam Hoseok untuk berpegangan pada tubuh Hoseok. Jimin pula mengimbangi gerakan bibir Hoseok, Jimin melumat balik bibir Hoseok dengan menyesuaikan gerakan bibir Hoseok. Sampai, akhirnya bibir mereka harus terpisah karena keterbutuhan akan oksigen.
Jimin membuka matanya, pandangannya kembali bertemu dengan tatapan Hoseok. Senyum Hoseok terlukis di bibirnya, Jimin menatapnya dengan tatapan bingung, bingung mengapa Hoseok tersenyum ke arahnya.
"Kau kenapa menciumku?" tanya Jimin dengan gerakkan tangannya yang gemetar. Hoseok menggenggam tangan Jimin yang gemetar, kemudian menggendongnya ala pengantin baru, karena daripada harus mengambil tongkat bantu berjalan Jimin ia menggendongnya menuju kamar.
Kamarnya.
Jimin bingung ketika menyadari bahwa Hoseok membawanya ke kamarnya, padahal kan mereka tidak seharusnya sekamar. Apalagi berbagi ranjang berdua.
Jimin pun dibaringkan di ranjang tersebut, diikuti dengan Hoseok yang hanya perlu melepas hoodienya. Hoseok menghadapkan badannya pada Jimin, Jimin pula demikian. Tangannya digenggam erat oleh Hoseok, namun sebelum matanya terpejam untuk istirahat nantinya, Jimin belum melupakan pertanyaannya.
Dengan menatap intens mata Hoseok, Jimin menggerakkan tangannya yang bermaksud sama, "Kenapa kau menciumku, Jung Hoseok-ssi?"
Hoseok tersenyum, namun tidak menjawab pertanyaan Jimin. Hoseok memejamkan matanya untuk mengabaikan pertanyaan Jimin yang dilontarkan kepadanya.
Jimin memukulinya yang mana membuat Hoseok tertawa sekaligus membuka lagi matanya.
"Oke, oke. Aku akan jawab. Karena..." Hoseok sempat menghentikan gerak tangannya, guna membuat Jimin penasaran. "Aku iseng!"
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ FIRST LOVE || HOPEMIN
Fanfic( hopemin ff requested by @HopeLoveGa ) Here's your req ^^ hope you like it! Menceritakan tentang persahabatan dua pemuda, yang satu normal saja dan yang satu memiliki kekurangan. Keduanya bersahabat sejak belia, sampai akhirnya ketika mereka beranj...