Tiga hari setelah kejadian dimana Jimin pingsan karena jatuh dari kursi rodanya, Jimin dibolehkan pulang. Jimin memilih menggunakan tongkat berjalannya daripada menggunakan kursi roda.
Jimin kembali ke apartemen Hoseok, karena dirinya menolal ajakan Yoongi untuk tinggal di apartemennya. Sebenarnya,...
Jimin belum yakin akan kebaikan yang Yoongi lakukan padanya.
"Sampai sini saja." ucap Jimin kepada Yoongi yang sudah mengantarnya sampai depam gedung apartemen tempat Hoseok tinggal.
"Aku antar sampai dalam." tawar Yoongi lagi, tapi Jimin menggelengkan kepalanya, "Ayolah. Hoseok kalau datang pasti tidak akan mengenalimu dan,..."
"Tidak apa. Aku bisa jelaskan pelan-pelan padanya." jelas Jimin dengan senyum manisnya, "Hati-hati pulangnya, hyung!"
Jimin berjalan pelan menggunakan tongkat bantu berjalannya memasuki gedung itu sendirian, naik lift pun sendirian, sampai akhirnya mencapai lantai tempat apartemen Hoseok berada.
Jimin memasuki apartemen Hoseok setelah sekian lama menginap di rumah sakit. Seulas senyum terlukis di bibirnya, ia begitu merindukan tempat ini terutama pemiliknya. Yang sekarang sudah benar-benar lupa tentangnya.
"Jung Hoseok..." Jimin berjalan ke arah sofa untuk duduk. Matanya memandang ke sekitar ruangan apartemen itu. Kemudian, dadanya tiba-tiba terasa begitu sesak,...
Sepertinya untuk sekarang, nama Jung Hoseok tidak baik untuk dia ucapkan mulai dari sekarang sampai seterusnya nanti.
Pandangan Jimin mengarah ke luar jendela apartemen, di sana pemandangan langit cerah. Jimin berusaha menyesuaikan perasaannya saat ini dengan pemandangan yang disuguhkan kepadanya, akan tetapi dia tidak dapat melakukannya.
Selang beberapa menit kemudian, bel apartemen terdengar pertama kalinya oleh telinga Jimin. Jimin bergegas menuju ke pintu, pada dinding sebelah pintu, terdapat monitor untuk mengecek tamu yang berada di depan pintu.
"Seungwan-ssi? Tapi,... dimana Hoseok?" batin Jimin ketika melihat seseorang yang ia kenal tidak bersama dengan Hoseok.
Perlahan, tanpa menanyakan hal yang tidak ia ketahui pada dirinya sendiri lagi, Jimin membukakan pintu apartemen itu. Dengan senyuman paling bahagianya, serta jejak air mata yang ia hapus, Jimin menyapa Seungwan.
"Seungwan-ssi." panggil Jimin dengan ekspresi pura-pura senangnya, "Ada urusan apa kemari? Hoseok sedang tidak adaㅡ"
"Aku kemari bukan untuk mencarinya." balas Seungwan dengan raut wajah jahat serta tangannya yang melipat di dada.
"LaㅡLalu,... apa..."
"Hoseok bersamaku. Dia di luar. Karena, dia bilang, kalau dia kembali mengingat kepalanya akan pusing." Dada Jimin semakin sesak setelah mendengar itu dan, lagi... "Dia tidak mau lagi mengingat kehidupan lalunya sebelum ini."
Yah, akhirnya penyamaran Jimin untuk tetap terlihat bahagia, gagal. Air matanya tidak terbendung lagi, Jimin menangis dengan kencang sekarang, tidak peduli Seungwan atau bahkan ada orang yang keluar masuk pintu apartemen mereka sendiri. Jimin tetap menangis, tapi tetap saja sesak di dadanya tidak tertolong sakitnya.
Sementara Jimin menangis di depan pintu apartemen Hoseok, tanpa disadarinya, Seungwan menyerigai...
****
Di depan gedung apartemen tempat dimana Seungwan "berbicara" dengan Jimin, Hoseok memang di sana.
Hoseok sedang bersender pada mobil milik Seungwan, melihat kanan dan kiri, mencoba mengingat tapi tidak berhasil juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ FIRST LOVE || HOPEMIN
Fiksi Penggemar( hopemin ff requested by @HopeLoveGa ) Here's your req ^^ hope you like it! Menceritakan tentang persahabatan dua pemuda, yang satu normal saja dan yang satu memiliki kekurangan. Keduanya bersahabat sejak belia, sampai akhirnya ketika mereka beranj...