Malam ini adalah malam yang mengerikan bagi Hoseok. Sekarang dirinya berada di ruang tunggu rumah sakit, bersama dengan Yoongi yang duduk di sampingnya. Mereka berdua menunggu dokter keluar dari kamar rawat Jimin memberikan kabar tentang kondisi Jimin saat ini, untuk membunuh waktu, Yoongi pun memecah keheningan antara dirinya dengan Hoseok.
"Aku menyesal menyebutmu orang baik, Hoseok-ah."
Hoseok tidak menjawab. Kepalanya masih menunduk ke arah sepatu converse hitamnya, tangannya mengepal ke depan sesekali kukunya ia mainkan.
Kemudian, Hoseok membuka suara untuk membela diri, "Aku tidak menyakitinya, hyung. Dia yang melakukannya." Hoseok membalikkan badannya untuk menghadap ke arah lawan bicaranya itu, "Dan kau, hyung, yang membuat amarahku meluap tadi."
"Kau memang dari dulu tidak bisa mengontrol emosimu." Yoongi beranjak dari kursi tempat duduknya, merapihkan jaketnya sebelum akhirnya berjalan menuju ke pintu keluar. Sambil berjalan, Yoongi mengucapkan sebuah kalimat dengan lantang,
"Kau gagal melindunginya, Jung Hoseok."
.
.
.
.
.
.
Akhirnya, seorang dokter dengan perawatnya keluar dari kamar inap Jimin. Ia melihat ke arah ruang tunggu dan pandangan Hoseok bertemu dengannya.
"Dok, bagaimana keadaannya?" Hoseok was-was, jantungnya berdegup dengan kencang, takut sesuatu akan terjadi kepada Jimin.
"Dia hanya kelelahan. Kakinya tidak apa-apa, hanya saja lebih kaku karena kejadian yang dialaminya." dokter itu menjawab dengan senyuman, membuat Hoseok sedikit lega. "Baiklah kalau begitu saya permisi dulu."
"Iya, Dok. Terima kasih!"
Begitu si dokter dan perawat tadi pergi, Hoseok memasuki kamar inap tersebut. Hoseok menarik kursi ke dekat ranjang, tangannya menggenggam erat tangan Jimin yang dingin, Hoseok menciuminya seperti ketika masih berada di apartemen. Kini dirinya dipenuhi oleh seluruh rasa bersalahnya.
***
Tepat jam 03:00 KST, Jimin menggerakkan jarinya perlahan, ia membuka matanya untuk melihat sekeliling. Satu hal yang terlintas di pikirannya ketika siuman adalah,...
"Jung Hoseok,..."
Badannya lemah, tidak bertenaga lagi, rasanya seperti tubuhnya mati tapi nyawanya masih ada di sana. Kamarnya gelap, seperti pemandangan yang ia lihat dari balik jendela. Gelapnya malam hanya diterangi oleh pancaran sinar bulan, lampu-lampu gedung terlihat memancar cerah menerangi kota Seoul, dan hujan. Hujan yang begitu deras sampai menyamarkan suara elektrokardiograf yang berada di samping Jimin.
Jimin lemah, bahkan ia hanya bisa menolehkan kepalanya saja. Ia jadi heran, ke mana Hoseok, bukankah seharusnya dia di sebelahnya? Selalu bersamanya?
Kemudian, tiba-tiba ada cahaya lampu lorong rumah sakit masuk ke kamar Jimin.
Mata Jimin membelalak ketika tiba-tiba lampu kamar inapnya menyala, ia melihat beberapa perawat dan satu dokter berdiri menghadap ke arahnya. Mereka membicarakan sesuatu, Jimin mencoba memahaminya dengan hanya membaca gerak bibirnya, tapi...
Ia tidak mengerti sama sekali.
Ia ingin berteriak meminta pertolongan. Kenapa ia tiba-tiba didatangi perawat dan dokter?
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ FIRST LOVE || HOPEMIN
Fanfic( hopemin ff requested by @HopeLoveGa ) Here's your req ^^ hope you like it! Menceritakan tentang persahabatan dua pemuda, yang satu normal saja dan yang satu memiliki kekurangan. Keduanya bersahabat sejak belia, sampai akhirnya ketika mereka beranj...