10 May 2017
Tara duduk di salah satu café di mall, memandangi dua mangkuk yogurt yang ada di depannya, karena sedang ada promo ia memesan dua mangkuk yogurt. Tara tersenyum, ia membuka Hpnya lalu memoto yogurt tersebut "I Wish you were here kak". Ia sedang membicarakan Riza, Riza satu-satunya orang yang sering menyantap yogurt dengannya, mantan-mantan kekasihnya yang lain tidak menyukai yogurt, Terutama Arra. Tara melihat sekitar café. Café ini adalah tempat Arra dan teman-temannya biasa belajar sebelum ujian.
"Sekarang ujian kamu udah selesai Ra, sekarang apa kesibukan kamu?" Tara berusaha menahan air matanya. Ia memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam. Muncul dibenaknya momen yang sudah lewat. Adegan yang sama dengan yang ia lakukan sekarang, memejamkan mata dan menarik nafas agar airmatanya tidak jatuh. "Kamu ngantuk?" respon Arra saat melihat tara dalam keadaan tersebut, Tara yang sebenarnya sedang menahan air matanya, tidak ingin membicarakan dengan Arra sekarang. Tara merasa Arra tidak benar-benar untuknya, ia merasa mereka tidak dekat sebagaimana pasangan semestinya. Tara pernah mencoba menyampaikan apa yang ia rasakan pada Arra, tapi hal tersebut hanya membuat Arra marah. Ia tidak ingin mempermasalahkan hal itu saat ini. Ia ingin mempercayai Arra dan membuat hubungan mereka tetap baikbaik saja. "Hoaaamm... Iya aku ngantukk... Let's go home".
"Apa dulu seharusnya aku mengatakan yang sebenarnya?" Tara menghembuskan nafasnya. "Ra, gue... kangen banget sama lo." Tara membuka handphonenya dan membaca chat terakhir mereka.
- Hai ra. Maaf ya kalo ganggu, aku cuma mau nyampein beberapa hal yang mungkin belom aku sampein sama kamu ra. Ya. Aku tau mungkin kita emang udah bener-bener jauh, udah bener-bener pisah. Tapi aku merasa aku nggak akan tenang kalo aku nggak ngelakuin ini. Yang mau aku sampein yang pertama maaf ya Ra, maaf aku nggak bisa nyenengin kamu, sesuai sama harapan kamu, maaf aku terlalu banyak menuntut, aku sadar aku punya banyak kesalahan selama kita samasama, bahkan mungkin aku cuma jadi beban buat kamu selama ini, yang bisanya cuma ngerepotin, minta ini itu tanpa ngasih balesan yang seharusnya.
- Aku juga mau bilang makasih banyak ya.. makasih banyak buat semuanya, semua kenangan manis sama kamu. Makasih buat waktu kamu selama ini. Mungkin waktu kita sama sama emang cuma bentar dan terkesan cuma gitu doang. Tapi itu berarti banyak banget buat aku Ra. Makasih buat selalu ada di susah senengnya aku. Sekalipun itu cuma beberapa saat, dan ninggalin rasa sakit yang dalem, nggak ada satupun momen di antara kita yang aku seselin Ra. Jujur, putus sama kamu berat banget. Tapi it's okay, aku tau ini bakal ada artinya.-
Tara berhenti membaca pesan tersebut. "apa gue salah ngomong gini? Apa seharusnya gue bilang gue nyesel putus sama dia?" ia berbisik dengan dirinya sendiri, menyesali hal yang sudah di katakannya kepada Arra. Yang ia maksudkan dengan 'ini bakal ada artinya' adalah, ia berharap suatu saat mereka akan kembali bersama, dan hubungan mereka jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tara mencoba melanjutkan membaca pesannya.
- Kaya yang kamu pernah bilang, bukan masalah berapa lama kita samasamanya, tapi gimana kita sama-sama saling berusaha buat satu sama lain bahagia.. Aku harap kamu bahagia ya, buat saat ini dan kedepannya, kaya yang kamu bilang juga, ngga perlu putus dan musuhan, dan aku tetep disini dan ngga kemanamana, gitu juga aku kok.
Tara tersenyum pahit membaca kalimatnya sendiri, entahlah, ia merasa kebingungan dengan dirinya sendiri, malam itu tepat setelah ia mengatakan "Udahlah Ra, kalo emang nggak akan ada penyelesaiannya, mending kita udahan aja." Semuanya terlihat blur bagi Tara, ia tidak mengingat dengan jelas apa isi pembicaraannya dengan Arra. Tapi ia ingat satu bagian, Arra berkata "aku nggak kemana-mana kok, aku tetep disini." Kini Tara rasanya sangat mempertanyakan pernyataan itu, "Disini dimana?" ia berbisik dalam hatinya. Ia kembali melanjutkan membaca pesannya
- kamu hrus tau kalo aku bakal tetep selalu ada buat kamu, dan aku ngga akan menghindar, bahkan kl suatu saat km butuh bantuan kalo tugas kamu numpuk aku masih bersedia buat bantuin kamu kok. Jangan ragu buat cari aku ya, dalem keadaan apapun susah seneng dan gimana pun kondisinya. Dan maaf kl chat ini nganggu, aku bukannya berusaha buat ngusik kamu kok, cuma merasa perlu nyampein hal-hal yg pengen aku sampein. Kamu nggak perlu bales kok kl kamu ngga pengen. Skali lgi, thanks for everything
Tara teringat kemarin ada kalimat ""Seandainya kemaren gue nggak ngirim pesan itu, mungkin nggak ya dia ngechat gue?" Tara berbicara dalam hati dengan dirinya sendiri. "It's okay... Udah kejadian, dan setidaknya gue lebih lega kan." Ia kembali menyemangati dirinya sendiri, lalu membenarkan posisi duduknya dan melanjutkan membaca pesan di Hpnya, Balasan dari Arra
· Iya Ra. Aku juga minta maaf ya ra, dan makasih banyak buat semuanya. Maaf Kalo selama ini Tara nganggeo aku cuek atau nggak seneng sama Tara, Ya tapi Arra emang gini oranya, Maafin kekurangan aku ya Ra.
"Aku tau itu sifat kamu, Ra. Aku cuma berharap kamu sedikit mengerti sifat aku. Aku nggak pernah minta kamu buat pergi, Aku cuma butuh kamu sedikit meyakinkan aku kok." Tara menenangkan dirinya yang memanas dengan sendirinya, ia sedikit kesal dengan sikap Arra, tapi disisi lain yang paling banyak ia rasakan adalah rasa bersalah "Mungkin nggak seharusnya aku ngeluhin sifat kamu Ra, Maaf aku nggak bisa ngertiin kamu." Hal ini yang sangat di katakana Tara pada Arra. "aaah." Tara merasa sangat frustasi, ia menggelengkan kepala untuk menyadarkan dirinya lalu lanjut membaca pesan yang dikirimkan Arra
· Maaf kalo aku dibawah ekspektasi kamu. Makasih ya kamu selama ini udh mau repot repot bantuin aku bikin tugas, makasih udh nemenin hari hari aku. Kita udh sama sama besar, bkn berarti hubungan kita berahir bikin silaturahmi kita berahir jg. Aku skrg jg bakal memperbaiki diri dulu, setelah apa yg kamu omongin itu aku ngerasa ada bnrnya jg, aku perlu perbaikin diri dulu. Aku sadar aku msh banyak kurangnya, aku ngerasa blm pantes buat punya hubungan sblm aku bisa perbaiki diri aku.
"Dan saat Kamu udah memperbaiki diri kamu, kamu bakal balik ke aku? Atau menjalin hubungan dengan yang lain? Dengan diri kamu yang telah diperbaiki?" Tara tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal yang dikatakan Arra. Meskipun ini sudah kesekian kalinya ia membaca pesan tersebut ia tetap saja merasakan hal yang sama, sama saat pertama ia membaca pesan tersebut.
· Semangat ya skripsi nya, maaf aku gabisa nemenin kesibukan kamu lagi
Satu tetes air mata Tara akhirnya jatuh. Ia tidak bisa menahannya. Ia berusaha menutup wajahnya, agar tidak ada orang yang menyadari bahwa ia menangis. Pikiran Tara mulai kembali kacau. "seharusnya gue seneng ato sedih sih mbaca itu? Ra... kenapa sih kamu nggak bersikap jahat aja sm aku. Biar aku nggak merasa bersalah sama kamu. Biar aku tau keputusan yang baik pergi dari kamu. Ra.. aku sayang banget sama kamu. Kenapa sih Ra... Kenapa lo berubah secepet itu si Ra? Kenapa Kamu nggak lagi mengusahakan aku? Apa karena kamu merasa aku udah sayang sama kamu?"
Tara mulai kembali menghembuskan nafasnya panjang, Pikirannya sangat kacau. Ia mencoba menghubungi temannya, Disa, sudah berapa lama ia tidak bertemu dengan Disa. Baginya Disa seperti menghindarinya, ntah apakah karena ia sudah tidak senang dengan Tara atau ia benar-benar sibuk. Ketidak adaan Disa membuat Tara kembali berpikir, mengapa sangat banyak orang yang mengabaikannya, padahal ia merasa ia tidak pernah sekalipun mengabaikan orang lain. Tara memang selalu berusaha untuk ada, dan mengusahakan apa yang dapat di usahakannya untuk orang lain.
"Ra, Lo tu nggak selalu harus ngebahagiain orang loh! Percaya kalo lo tuh nggak salah, Lo berhak buat di bahagiain nggak cuma ngusahain buat orang bahagia?" Kalimat itu kembali terngiang di kepala Tara. Sudah beberapa orang meneriakkan kalimat sejenis itu untuk menyadarkan Tara, namun jawaban Tara tidak pernah berubah, "Terus, kalo cara ngebahagiain gue adalah ngebahagiain orang lain dulu gimana?" Jalan Buntu. Tara memang memiliki karakter yang keras, saat ia menghadapi masalah, ia akan memutarbalikan keadaannya, tidak hanya melihat dari sisi lawannya, namun ia juga akan berusaha memahami sifat dan pola pikir lawannya, dengan begitu, keadaan akan berubah, Tara akan melembut dan ia akan menyalahkan dirinya sendiri. Mungkin, prinsip yang digunakan Tara adalah kill them with kindness, tapi terkadang prinsip tersebut tidak bekerja pada beberapa orang, terkadang keadaan malah berubah menjadi 'your kindness will kill you' karena saat kita menjadi terlalu baik orang-orang akan menjadikannya senjata atau umpan balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE FINE DAY
Genç Kız EdebiyatıCerita ini di kemas dengan alur maju mundur, notice the date. Setelah peristiwa putusnya dirinya dan Arra, Tara merasa ada kekosongan dalam dirinya, ia merasa tidak pernah melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri, tidak pernah memahami betapa pe...