01

1.3K 29 0
                                    

Rika POV

Tahun 2005

Dari dulu, kedua kakakku selalu jahat padaku. Mereka berdua kembar, Raka dan Riki. Namaku Rika. Kedua kakakku ikut kelas Taekwondo, dan tak jarang aku selalu dijadikan sasaran tinju mereka. Sebagai anak terakhir dan satu-satunya perempuan, aku merasa diriku ditindas. Setiap kali bermain bersama mereka, pasti ada saja bagian tubuhku yang biru lebam atau berdarah. Aku selalu pulang dengan keadaan kotor dan menangis. Namun Mamahku tak pernah mendiamkan aku, Mamah hanya fokus dengan bisnis judi togel-nya. Papahku sudah meninggal karena liver. Almarhum sangat suka minum-minuman keras dari dulu.

Suatu ketika, saat aku bermain ayunan, Riki membantu mendorongkan ayunanku dengan pelan. Aku tertawa senang sambil berayun. Dibalik derai tawaku, Raka dan Riki saling berbisik kemudian mendorong ayunan makin cepat, cepat dan cepat.

"Kakak, aku gak bisa berhenti. Kakaaaaak!!! Kak Raka, Kak Riki jangan tinggalin Rika. Kakaaaaaaaak!"

Kulihat dibalik tangisku sambil masih terayun kencang, Raka dan Riki pergi sambil tertawa. Sampai aku lihat ada anak laki-laki menghentikan ayunanku, dan dengan sabar membantuku turun dari ayunan.

"Huuuu...huuuu...hiks...hiks..." aku menangis tak bisa berhenti. Anak lelaki itu membelai rambutku.

"Sudah, jangan menangis. Aku akan membelamu. Mari kuantar pulang, dimana rumahmu?"

Kami berdua berjalan menuju rumahku. Aku masih sesenggukan. Sesampai di rumah, Mamah memarahiku dan anak laki-laki itu.

"Kamu dari mana aja?! Kenapa jam segini baru pulang? Kamu siapa?" Mamah melirik anak di sampingku.

"Saya Dafa, tante. Rumah saya dua rumah dari sini, yang pagar hitam. Saya mengantar dia karena tadi saya lihat anak laki-laki kembar mendorong ayunannya dengan sangat kencang kemudian langsung lari meninggalkannya."

Dari balik sofa, aku melihat Raka dan Riki memelototi aku.

"Ah, itu mereka yang sudah jahat dengan adik ini." Dafa menunjuk Raka dan Riki.

Mamah kemudian menjewer Raka dan Riki. "Kalian berdua bohongin Mamah. Sebagai hukuman, kalian bersihkan kamar mandi. Sekarang!" teriak Mamah.

"Iya, Mah." Raka dan Riki manyun kemudian berjalan malas menuju kamar mandi.

"Rika masuk, udah magrib. Kamu anak kecil, sana pulang. Nanti dicariin.

Dafa mengangguk dan pulang. Aku tersenyum dan melangkah masuk.

***

Tak juga jera, kakakku masih terus membullyku. Mamahku selalu memarahiku jika aku hanya bisa menangis.

"Diaaaam! Mamah pusing denger kalian berantem terus. Sana masuk kamar!"

Tak pernah aku merasakan keluarga yang harmonis seperti yang dirasakan teman-temanku.

Malam itu, di meja makan. Aku ingin memberitahukan bahwa ada acara pertemuan orang tua di sekolahku.

"Mah, besok Raka sama Riki ada tanding Taekwondo. Mamah nonton yaa!" ujar Raka sambil mengambil ayam yang paling besar, yang sudah kulirik. Seperti biasa, aku hanya dapat potongan paling kecil.

"Ya, besok Mamah datang."

"Mah, besok orang tua disuruh datang ke sekolah." kataku pelan.

"Ah, kamu bilang aja Mamah sibuk, gak bisa dateng. Males juga Mamah datang, paling cuma bahas uang." jawaban Mamah membuatku sedih.

Ya, begitulah kehidupanku. Miris yaa? 

Tapi semenjak ada Dafa, hidupku menyenangkan. Aku selalu mengadu padanya kalo kakakku jahat dan Dafa selalu membelaku. Bahkan Dafa berhasil mengalahkan dua kakakku di kejuaraan Taekwondo yang ditonton Mamah. Hahaha aku sangat puas!

Sampai suatu ketika, Dafa harus pindah rumah.

"Rika, Dafa besok harus pindah ke Bandung. Kamu jaga diri, yaa. Ingat jurus yang sudah aku ajarkan. Itu sangat berfungsi untuk melawan kedua kakakmu." aku menangis.

"Jangan tinggalkan aku." ujarku dengan suara bergetar. Dafa membelai rambutku dan menghapus air mataku.

"Rika harus kuat. Harus jadi wanita yang tangguh dan gak boleh cengeng." kata Dafa sambil tersenyum. "Semangaaaat!" teriak Dafa dan membuatku tertawa.

Aku di usia lima tahun, bisa merasakan yang namanya kebahagiaan walau sebentar karena Dafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku di usia lima tahun, bisa merasakan yang namanya kebahagiaan walau sebentar karena Dafa. Hanya dia yang sayang padaku.

Setelah kepergian Dafa, aku masuk Sekolah Dasar dan mengikuti kegiatan Taekwondo. Ini kulakukan karena tidak ada lagi yang akan membelaku, sehingga aku harus melawan dua kakakku yang jahat itu.

***

Love x Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang