38

79 3 0
                                    

Rika berjalan kaki seperti orang bodoh. Bajunya agak tipis dan ia tak mengenakan alas kaki. Tangannya mengeluarkan darah terus menerus. Jelas ia menangis merasakan kekesalan akibat kejadian tadi.

"Kenapa gue cengeng gini sih?!" rutuknya sambil menjambak rambutnya kesal. "Harusnya gue gak usah kenal Taehyung." lanjutnya sambil terus berjalan.

Sebuah motor berjalan di sampingnya. Rika mencoba waspada. "Erika..." Pria itu turun dari motor dan melepaskan helmnya.

"Taehyung? Ngapain lo disini? Mau nyalahin gue?" Rika terpancing emosi kembali.

"Tidak. Aku percaya bahwa Jessica yang menyenggolmu. Aku melihatnya." jelas Taehyung. Rika menghela nafas panjang.

"Bagaimanapun juga, mustahil untuk kita bersama." Rika lanjut berjalan, namun Taehyung mengejarnya.

"Ayah membatalkan pertunanganku dengan Jessica. Ayah membelamu. Dia berkata bahwa Jessica adalah perempuan licik."

"Benarkah?!" tanya Rika tak percaya. Namun Taehyung mengangguk.

"Aku sudah tahu siapa yang menaruh beling di pijakan kakiku. Pak Lucas memberitahukan aku bahwa Jessica yang meletakkan. CCTV sudah aku cek dan ada sosoknya di video tersebut." Taehyung terkejut mendengarnya. Ia  bahkan belum sempat mengurus hal tersebut.

"Kau ingin menuntutnya?" tanya Taehyung.

Rika menggeleng cepat. "Tidak. Biarkan saja." ujar Rika santai.

"Ah, ayo kita ke rumah sakit. Kaki dan tanganmu harus segera diobati." Taehyung berlari mengambil motornya dan menghampiri Rika. Ia menyuruh gadis itu naik. Rika menurut.

"Dulu, kau tahu– aku pernah kecelakaan saat naik motor. Aku kira aku mati, namun takdir berkata lain. Aku koma enam bulan. Ibuku bilang setelah aku sadar, sikapku berubah. Setelah itu aku koma lagi. Mungkin efek kecelakaan membuatku seperti itu. Dan saat aku terbangun aku bertemu denganmu di lorong rumah sakit." Rika berceloteh panjang lebar. Jelas Taehyung mendengarkan secara seksama.

"Kau kenapa masuk rumah sakit?" tanya Rika penasaran.

"Karena kau pergi... setelah kupikir kau pergi, nyatanya kau kembali lagi. Aku sangat bersyukur. Mungkin tak masuk akal bagi banyak orang, tapi bagiku ini adalah anugerah." Taehyung membawa motor dengan kecepatan sedang. Rika memeluk Taehyung erat.

"Aku menyukaimu, kau tahu itu?" tanya Rika malu.

"Saat kau berkata sakit jantung tiap dekatku, sebenarnya aku tahu bahwa kau sudah menyukaiku. Dan kau tahu? Aku memang tampan. Hahaha." Rika sontak mencubit perut Taehyung.

"Entah aku sangat lega kau di sisiku." ujar Taehyung pelan dan membuat Rika mengeratkan pelukannya. Mereka berjalan menembus malam hingga akhirnya tiba di rumah sakit.

Saat di UGD, dokter membersihkan luka di lengan dan kaki Rika yang agak membengkak. Setelah selesai diobati, Taehyung memberikan sendal rumah sakit untuk Rika. Mereka berjalan menuju apotek untuk menebus obat.

"Rika!" panggil Satya mendekatinya. "Lo kenapa, Rik?" tanya Satya cemas. Taehyung pura-pura tak peduli.

"Ini abis kena beling. Eh ngapain lo di sini? Ada yang sakit?" tanya Rika dan ditatap lema Satya.

"Si Gerry koma, Rik. Dia di ICU udah sebulan lebih." ungkap Satya.

"Serius?! Gue mau lihat." Rika langsung ngeloyor pergi tanpa memandang Taehyung. Ia mengikuti langkah Satya yang cepat. Karena ruang ICU yang tidak begitu jauh dari apotek, Rika masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia diminta mensterilkan diri, kemudian memakai baju khusus sebelum masuk ruang Gerry.

Di sana ia bisa melihat sosok sahabatnya lemah. "Gerry." bisik Rika lirih. "Lo kenapa bisa gini? Maaf gue baru jenguk lo." Rika menggenggam tangan sahabatnya itu. Tangannya dingin.

Sosok Gerry yang selalu garang, kuat dan tangguh seakan menghilang dari pandangannya. Kini di hadapannya Gerry terbaring dengan selang infus dan oksigen, serta selang-selang lain yang Rika tidak tahu apa itu fungsinya.

"Ger, kalo lo bangun, ayo kita naik motor lagi. Kita seneng-seneng lagi. Kita..." Rika menangis menahan pilu dan sesak. Ia menggenggam tangan sahabatnya itu.

"Mungkin ini yang lo rasakan saat gue hampir mati. Ayo Gerry, please bangun." emosi Rika tak terbendung. Air matanya kian deras. Tanpa Rika sadari, tangan Gerry bergerak.

"Eh bergerak, susteeeeer! Gerry tangannya bergerak." Rika berlari keluar kamar menuju tempat para perawat. Beberapa dokter langsung mengikuti Rika untuk masuk ke kamar Gerry.

Pria itu sudah duduk dibantu oleh Satya.

"Gerry! Lo gak papa kan?" Rika berjalan cepat menghampiri Gerry yang menatapnya bingung.

"Lo siapa?" tanya Gerry polos dengan pandangan kosong. Tak ada yang menjawab saat Gerry mengedarkan pandangan ke orang di sekelilingnya.

"Lo lupa sama gue?!" ujar Rika kesal.

"Siapa sih ini cewek? Berisik banget. Usirin dia, Sat." suruh Gerry ke Satya.

"Eh, anyiiing! Lo lupa sama gue tapi lo inget Satya. Gue hajar lo!" Rika benar-benar emosi. Kakinya yang luka hendak ia tendangkan ke wajah Gerry namun dicegah.

"Eh Rik, lo mending pergi deh." Satya dibantu beberapa perawat pergi meninggalkan ruangan sambil mencekal bahu Rika. Gadis itu memberontak.

"Awas lo, Ger! Gue bakal dateng lagi!!!" teriak Rika kesal.

Saat di luar Rika masih bete. "Gue gak percaya si brengsek itu lupa sama gue. Sialan! Awas aja gue bikin dia inget sama gue." sungut Rika.

Mata Satya menusuk tajam ke arah Rika. "Lebih baik lo gak usah muncul lagi di hadapan Gerry. Dia udah terlalu lelah dengan masalah hidupnya. Mending lo urusin cowok lo aja tuh." Satya menunjuk Taehyung yang menghampiri Rika. Pria itu kemudian meninggalkan Rika.

"Gimana temen kamu?" Taehyung berdiri di samping Rika.

Rika menghela napas. "Bahkan aku gak percaya dengan ini semua. Kenapa dari semua orang, cuma aku yang Gerry lupain? Kenapaaaa?!" Rika kesal sendiri sambil mengacak rambutnya. Taehyung menggenggam gadis disebelahnya.

"Mungkin Gerry benar-benar amnesia." ujar Taehyung dan mereka berjalan menuju parkir motor.

Dalam perjalanan, keduanya terdiam. Taehyung menepikan motornya di dekat sungai tempat kejadian Gaby dulu. "Turunlah, kita ngobrol sebentar." ajak Taehyung dan Rika menurut membuntuti pria itu.

Taehyung mengambil tempat duduk di rerumputan tak jauh dari motornya. "Tempat ini, tempat yang sangat aku benci." ungkap Taehyung sedih. "Di sini aku melihat bagaimana temanku meninggal dipukuli oleh Gerry." mendengar itu Rika terbelalak.

"Dia berbahaya, Gerry sangat berbahaya. Ia tidak peduli siapa lawannya. Pria atau wanita, semua sama di matanya. Dan aku... aku tak mau kau mengalami hal yang sama seperti temanku." Taehyung terisak pelan. Ia menangis. Rika menepuk pundak lelaki itu dan memeluknya.

"Aku tahu Gerry. Sangat tahu. Sehingga rasanya tidak mungkin ia bisa melupakanku begitu saja. Ia orang yang kuat. Ia tak akan mati secepat itu. Tapi aku sangat menyesal bahwa dengan mudahnya ia melupakan aku. Hmmm, mungkin aku harus pergi dari kehidupannya. Sepertinya ia sengaja menghapus aku dalam memorinya." Rika mengeratkan peluknya pada Taehyung. "Sudah jangan menangis. Aku akan selalu bersamamu."

***

Hai hai...

Jangan lupa VOTE & COMMENT yaaa. Tinggal 2 chapter lagi. Semoga kalian suka. Jika ada ide-ide untuk ceritaku, bisa infokan ke
email : pusuma.maria@gmail.com

Thank you so much 😘😘😘

Love x Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang